Selasa, 20 Desember 2011

MODEL-MODEL INOVASI PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

Model inovasi pendidikan yang akan dibahas adalah beberapa model inovasi yang telah digunakan di Amerika Serikat sebagai contoh bagaimana cara menerapkan proses difusi inovasi dalam bidang pendidikan.

Inovasi termasuk bagian dari perubahan sosial dan inovasi pendidikan merupakan bagian dari inovasi. Karena penyelenggara pendidikan formal adalah suatu organisasi maka yang lebih sesuai diterapkan dalam bidang pendidikan adalah pola inovasi dalam organisasi, walau demikian organisasi pendidikan memiliki karakteristik atau keunikan tersendiri dibanding organisasi lain. Maka untuk memperjelas wawasan tentang model inovasi pendidikan yang baru yang sesuai kondisi dan situasi setempat, ada beberapa faktor yang harus dipahami yang mempengaruhi proses inovasi pendidikan sesuai dengan karakteristik bidang pendidikan.

Kemudian diperlukan pula perencanaan inovasi pendidikan agar proses inovasi berlangsung efektif dengan panduan petunjuk untuk mengadakan inovasi pendidikan di sekolah.

Pembahasan ini, diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pedoman jika seorang guru atau kepala sekolah akan mengadakan inovasi atau suatu perubahan pendidikan disekolah tempat ia bekerja. Pengertian inovasi pendidikan mencakup baik inovasi yang disebarluaskan atau didesiminasikan oleh pemerintah pusat (bersifat nasional), maupun inovasi dalam pengertian ide atau gagasan baru untuk memecahkan masalah atau memperbaiki sekolah tempat guru atau kepala sekolah itu bekerja.

Melalui wawasan luas dan lengkap tentang inovasi pendidikan, diharapkan guru dapat membantu kelancaran proses inovasi pendidikan yang ada dilingkungan kerja. Bahkan jika memungkinkan dapat merencanakan dan menerapkan inovasi pendidikan sendiri untuk meningkatkan kualitas sekolahnya atau memecahkan masalah pendidikan yang dihadapinya.


Tujuan pembahasan adalah untuk memahami tentang :

1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses inovasi pendidikan;
2.
Perencanaan inovasi pendidikan;
3.
Beberapa model inovasi pendidikan;
4.
Petunjuk tentang cara untuk mengadakan perubahan atau inovasi pendidikan pada suatu sekolah.

BAB II

PEMBAHASAN

1.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES INOVASI PENDIDIKAN

Lembaga pendidikan formal adalah suatu subsistem dari sistem sosial, jika terjadi perubahan dalam sistem sosial maka lembaga pendidikan formal juga mengalami perubahan, demikian sebaliknya. Olehnya itu, lembaga pendidikan mempunyai beban ganda yaitu melestarikan nilai-nilai budaya dan mempersiapkan generasi muda agar dapat menghadapi tantangan kemajuan jaman.

Motivasi yang mendorong perlunya diadakan inovasi pendidikan bersumber pada dua hal yaitu : kemauan sekolah (lembaga pendidikan) untuk mengadakan respon terhadap tantangan kebutuhan masyarakat dan adanya usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga pendidikan) untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Antara lembaga pendidikan dan sistem sosial terjadi hubungan yang erat dan saling mempengaruhi.

Ada tiga hal yang berpengaruh besar terhadap kegiatan di sekolah (lembaga pendidikan) :

1.
Faktor kegiatan belajar mengajar.

Yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar ialah kemampuan guru sebagai tenaga profesional. Guru sebagai tenaga yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan institusional yang telah dirumuskan. Dalam pelaksanaan tugas pengelolaan kegiatan belajar mengajar, terdapat berbagai faktor yang menyebabkan orang memandang bahwa pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan yang kurang (setengah) profesional, kurang efektif, dan kurang perhatian.

Beberapa alasan mengapa orang memandang tugas guru dalam mengajar mengandung banyak kelemahan :
1.
Hubungan interpersonal guru dan siswa.

Dengan kemampuan yang sama belum tentu menghasilkan prestasi belajar yang sama jika menghadapi kelas yang berbeda, demikian pula sebaliknya, dengan kondisi kelas yang sama diajar oleh guru yang berbeda belum tentu menghasilkan prestasi belajar yang sama, meskipun para guru tersebut telah memenuhi persyaratan sebagai guru yang profesional.
2.
Kegiatan belajar mengajar terisolasi dari kritik teman sejawat.

Kegiatan guru di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi dari kegiatan kelompok, guru yang lain tidak mengetahui, maka sukar untuk mendapatkan kritik untuk pengembangan profesinya. Apa yang dilakukan guru di kelas seolah-olah sudah merupakan hak mutlak tanggung jawabnya. Padahal mungkin masih banyak kekurangannya.
3.
Ketiadaan kriteria yang baku tentang keefektifan belajar mengajar.

Kriteria pengelolaan kegiatan belajar mengajar sukar ditentukan karena sangat banyak variabel yang ikut menentukan keberhasilan kegiatan belajar siswa.
4.
Waktu yang terbatas.

Dengan keterbatasan waktu guru tidak mungkin dapat melayani siswa dengan memperhatikan perbedaan individual satu dengan yang lain.
5.
Tujuan pembelajaran yang sama untuk siswa yang berbeda.

Berdasarkan perbedaan individual siswa, akan lebih tepat jika pengelolaan kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan cara yang sangat fleksibel. Kenyataannya guru dituntut untuk mencapai perubahan tingkah laku yang sama bagi semua anak dan jika ini tidak tercapai dapat menimbulkan anggapan diragukan kualitas profesionalnya.
6.
Minimnya waktu untuk meningkatkan kompetensi.

Dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya, guru diperhadapkan pada ketiadaan keseimbangan antara kemampuan dan wewenang mengatur beban kerja, tanpa bantuan dari lembaga dan tanpa insentif yang memadai. Hal ini menyebabkan program pertumbuhan jabatan atau peningkatan profesi guru mengalami hambatan.
7.
Banyaknya tuntutan.

Tuntutan kerja yang banyak membuat guru kesulitan dalam menentukan skala prioritasnya, misalnya yang mana didahulukan perubahan tingkah laku atau kognitif siswa. Dan masih banyak lagi tuntutan yang lain.

Jika profesional yang penuh, maka akan memberi peluang pada anggotanya untuk :
1.
Menguasai kemampuan profesional yang ditunjukkan dalam penampilan.
2.
Memasuki anggota profesi dan penilaian terhadap penampilan profesinya, diawasi oleh kelompok profesi (teman sejawat).
3.
Ketentuan untuk berbuat profesional, ditentukan bersama antar sesama anggota profesi.
2.
Faktor internal dan eksternal

Keunikan dari sistem pendidikan adalah baik pelaksana maupun klien adalah kelompok manusia. Perencana inovasi pendidikan harus memperhatikan mana kelompok yang mempengaruhi dan mana kelompok yang dipengaruhi.

Faktor internal yang dimaksud adalah siswa, siswa menjadi pusat perhatian dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan berbagai kebijakan pendidikan.

Faktor eksternal yang berpengaruh dalam proses inovasi pendidikan ialah orang tua, baik secara moral maupun finansial. Di Amerika yang berperan sebagai faktor ekstenal adalah juga para pembayar pajak pendidikan yang diatur tersendiri berdasarkan pada kemampuan atau kekayaan masing-masing.

Ahli pendidik (profesi pendidikan) merupakan faktor internal dan juga faktor eksternal seperti guru, administrator pendidikan, konselor. Para ahli luar organisasi sekolah seperti pengawas, inspektur, penilik sekolah, konsultan dan pengusaha yang membantu pengadaan fasilitas sekolah. Para penatar guru dan organisasi persatuan guru juga dapat dipandang sebagai faktor eksternal.
3.
Sistem pendidikan (pengelolaan dan pengawasan)

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah diatur dengan aturan yang dibuat pemerintah, mulai dari cara berpakaian, kegiatan waktu istirahat, sampai pada kegiatan belajar di kelas.

Dengan aturan tersebut timbul permasalahan sejauh mana batas kewenangan guru untuk mengambil kebijakan dalam melakukan tugasnya yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. Demikian pula sejauh mana kesempatan yang diberikan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya guna menghadapi tantangan kemajuan jaman. Dampak dari keterbatasan tersebut menimbulkan siklus otoritas yang negatif bagi guru yang dikemukakan oleh Florio (1973) dan dikutip oleh Zaltman (1977)

SIKLUS NEGATIF OTORITAS GURU

Kurang kepercayaan terhadap guruTidak jelas atau praduga negatif terhadap kewenangan guru

Atasan mengamati guru sebagai Pembatasan kewenangan dan

orang yang kurang mampu atau kesempatan peningkatan

tidak profesional kemampuan profesional


Kurang mempunyai rasa tanggung Kurang mampu untuk mengambil

jawab dan komitmen dalam kebijakan dalam menghadapi

pelaksanaan tugas tantangan kemajuan

akhirnya frustasi dan apatis

Berdasarkan gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan inovasi pendidikan akan lancar jika perhatian tertuju pada peningkatan kemampuan profesional guru serta pemberian otoritas atau kewenangan untuk mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugasnya untuk menyesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. Jika hal ini diutamakan mungkin akan timbul siklus otoritas yang positif bagi guru.

SIKLUS POSITIF OTORITAS GURU


Bertambah kepercayaan terhadap wewenang guru jelas dan praduga

guru positif terhadap guru



Atasan mengamati guru sebagai Diberi keluasan kewenangan dan

guru yang mampu melaksanakan kesempatan peningkatan

tugas dan diberi penguatan kemampuan profesional


Komitmen terhadap pelaksanaan Mampu dan berwewenang untuk

tugas tinggi dan penuh rasa mengambil kebijakan dalam

tanggung jawab menghadapi tantangan kembali

menimbulkan semangat dan gairah kerja tinggi

J. Alan Thomas membedakan tiga macam perspektif tentang fungsi sekolah yang kemudian dilengkapi menjadi 4 perspektif oleh Zaltman seperti berikut :

PERSPEKTIF FUNGSI SEKOLAH

PERSPEKTIF


INPUT


OUTPUT
Administrasi Sumber daya manusia dan material (orang, peralatan, dan sebagainya) Program pendidikan pada suatu sekolah (unit pelayanan tertentu)
Psikologi Unit pelayanan sekolah, waktu belajar, kualitas program belajar, latar belakang sosial ekonomi siswa dan sebagainya. Perubahan tingkah laku dan nilai yang dicapai siswa (hasil belajar siswa)
Ekonomi Peningkatan kesempatan belajar Penambahan penghasilan baik secara individu maupun masyarakat luas
Pembuatan kebijakan Bentuk elemen sistem pendidikan di masyarakat Kemampuan individual untuk berpartisipasi secara produktif dalam masyarakat

Dengan memahami berbagai macam perspektif tentang fungsi sekolah akan mempermudah untuk mengadakan inovasi dengan menentukan pada perspektif mana yang diutamakan terlebih dahulu. Dengan demikian pelaksanaan perubahan pendidikan atau inovasi pendidikan dapat dilakukan secara bertahap.

1.
PERENCANAAN INOVASI PENDIDIKAN

Penyusunan perencanaan disesuaikan dengan keperluan. Perencanaan untuk inovasi yang akan menjangkau wilayah nasional akan berbeda dengan perencanaan untuk inovasi yang akan diimplementasikan pada suatu lembaga pendidikan tertentu atau suatu sekolah.

Faktor dominan pada suatu lembaga pendidikan adalah faktor manusianya. Faktor yang dominan pada suatu sekolah ialah guru dan siswa. Interaksi guru dan siswa merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap proses inovasi pendidikan. Sekolah berada di suatu lingkungan sistem sosial atau merupakan bagian dari sistem sosial. Oleh karena itu perubahan yang terjadi pada suatu sekolah akan mempengaruhi dan mungkin juga dipengaruhi oleh lingkungannya.

Ada tiga macam hubungan antara suatu sistem dengan lingkungannya yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada sistem yaitu : reaktif, proaktif, interaktif. Sebenarnya ada juga hubungan antara sistem dengan lingkungannya yang disebut hubungan inaktif atau beku, artinya dalam hubungan itu tidak terdapat arus tenaga penggerak antara sistem dengan lingkungannya, sehingga sistem itu tidak dapat tumbuh dan berkembang. Dalam hubungan inaktif tidak mendorong adanya perubahan karena hubungan tenaga sumber yang terdapat dilingkungan dengan sistem yang ada. Jadi hubungan antara sistem dengan lingkungannya yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan ada tiga yaitu :

1.
Hubungan reaktif artinya sistem secara kontinu (berkesinambungan) mengadakan respon terhadap kekuatan atau tekanan dari luar misalnya masalah poitik, ekonomi, sosial, kebudayaan dan sebagainya.
2.
Hubungan proaktif artinya sistem memegang peranan sebagai pengambil inisiatif untuk mengadakan perubahan atau inovasi, dan secara aktif untuk berusaha mencari sumber dari lingkungannya (Eksternal)
3.
Hubungan interaktif artinya pertumbuhan dan pengembangan atau perubahan suatu sistem sebagai hasil adanya hubungan interaksi antara sistem dan lingkungannya. Baik sistem dan lingkungannya saling memegang peranan dalam proses terjadinya perubahan atau inovasi.

Dari ketiga macam hubungan antara sistem dengan lingkunganya tersebut, yang sesuai dengan perubahan pendidikan yang direncanakan atau inovasi ialah hubungan proaktif dan interaktif. Jika terjadi hubungan reaktif antara sekolah atau lembaga pendidikan dengan lingkungannya berarti pimpinan lembaga atau kepala sekolah selalu memberikan reaksi terhadap tantangan lingkungannya. Karena datangnya tantangan dapat secara tiba-tiba dan mendesak maka pimpinan lembaga dalam memberikan keputusan juga secara mendadak tanpa ada perencanaan yang mantap. Sehingga perubahan yang terjadi tidak dapat berlangsung secara efektif terarah pada suatu tujuan tertentu.

Hubungan proaktif dan interaktif antara sekolah dan lingkungannya, artinya dalam usaha mengadakan perubahan atau inovasi dapat terjadi saling mengontrol antara sekolah dengan lingkungan (masyarakat). Pimpinan sekolah dan guru dapat bekeja sama dengan orang tua murid untuk mengadakan perubahan atau inovasi guna mengefektifkan proses belajar siswa.

Agar kerjasama dan usaha pendayagunaan sumber yang ada di lingkungan dapat tepat terarah pada sasaran inovasi pendidikan, maka perlu perencanaan yang cermat dan mantap. Elemen-elemen pokok dalam proses perencanaan ialah :

1.
Merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus inovasi pendidikan yang akan dilaksanakan, dengan rumusan yang jelas.
2.
Mengidentifikasi masalah.
3.
Menentukan kebutuhan.
4.
Mengidentifikasi sumber (penunjangdan penghambat).
5.
Menentukan alternatif kegiatan berdasarkan faktor penunjang serta mempertimbangkan hambatan.
6.
Menentukan alternatif pecahan masalah.
7.
Menentukan alternatif cara pendayagunaan sumber yang ada.
8.
Menentukan kriteria untuk memilih alternatif pemecahan masalah.
9.
Menentukan alternatif pengambilan keputusan.
10.
Menentukan kriteria untuk menilai hasil inovasi.

Untuk memperjelas pengertian model perencanaan inovasi pendidikan proaktif/interaktif ditunjukan dengan bagan berikut :


1.
BEBERAPA MODEL INOVASI PENDIDIKAN

Beberapa model inovasi pendidikan yang dibicarakan berikut ini, adalah model-model inovasi pendidikan yang telah digunakan oleh Amerika Serikat. Sebagaimana kita ketahui bahwa peristiwa yang sangat kuat bagi bangsa Amerika untuk mendorong diadakannya inovasi pendidikan ialah peristiwa berhasilnya bangsa Rusia meluncurkan Sputnik ke luar angkasa. Dengan adanya peristiwa itu maka para pendidik di Amerika benar-benar prihatin bagaimana caranya mengubah sistem pendidikannya, untuk menghilangkan rasa rendah diri dan panik terhadap keberhasilan bangsa Rusia. Maka mulai bangkitlah semangat para pendidik di Amerika untuk mengadakan perubahan di bidang pendidikan dan mulailah diadakan pembaharuan kurikulum, penggunaan media, pengorganisasian kegiatan belajar, dan prosedur administrasi sekolah.

Para ahli pendidikan sadar bahwa hasil pendidikan yang selama telah diperolehnya belum cukup baik, masih harus disempurnakan. Berbagai pertanyaan mengusik dan menggelisahkan sehingga mereka selalu berusaha untuk menjawabnya. Pertanyaan-pertanyaan itu antara lain : bagaimana caranya menterjemahkan harapan kita untuk masa depan kedalam pelaksanaan pendidikan pada saat sekarang?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut ada dua hal yang sangat membantu yaitu hasil perkembangan ilmu sosial dan juga ilmu tingkah laku. Kedua ilmu ini ternyata bukan hanya menunjang untuk memahami tentang tingkah laku manusia dan fenomena sosial, tetapi sangat bermanfaat untuk mengadakan rekayasa dan menciptakan sesuatu di masa yang akan datang. Maka bermunculan para ahli ilmu sosial yang tertarik untuk mengadakan penelitian tentang sistem sosial dan juga teknologi tentang bagaimana menginterfensi agar terjadi perubahan sosial diantara para ahli yang tertarik pada perubahan sosial tersebut termasuk ahli pendidikan.

Sebagai hasil usaha para ahli pendidikan di Amerika Serikat ada tiga model perubahan pendidikan atau model inovasi pendidikan yaitu :

1.
Model Penelitian, Pengembangan dan Difusi

Model inovasi ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap orang tentu memerlukan perubahan, dan unsur pokok perubahan ialah penelitian, pengembangan, difusi.
2.
Model Pengembangan Organisasi

Model ini lebih berorientasi pada organisasi dari pada organisasi pada sistem sosial. Model ini berpusat pada sekolah. Model pengembangan organisasi ini berbeda dengan model pengembangan dan difusi.

Model pengembangan organisasi juga berorientasi pada nilai yang tinggi artinya dalam model ini juga mendasarkan pada filosofi yang menyarankan agar sekolah jangan hanya diberi tahu tentang inovasi pendidikan dan disuruh menerimanya, tetapi sekolah hendaknya mampu mempersiapkan diri untuk memecahkan sendiri masalah pendikan yang dihadapinya.
3.
Model Konfigurasi

Model konfigurasi atau disebut juga konfigurasi teori difusi inovasi yang juga terkenal dengan istilah CLER, model dengan pendekatan secara konprehensif untuk mengembangkan strategi inovasi (perubahan pendidikan) pada situasi yang berbeda.

Menurut model konfigurasi kemungkinan terjadinya difusi inovasi tergantung pada 4 faktor yaitu :
1.
Konfigurasi artinya menunjukan bentuk hubungan inovator dengan penerima dalam konteks sosial atau hubungan dalam situasi sosial dan politik. Ada 4 konfigurasi yaitu individu, kelompok, lembaga dan kebudayaan. Setiap bagian dai ke empat konfigurasi tersebut, dapat berperan sebagai inovator dan juga dapat berperan sebagai penerima inovasi (adopter).
2.
Hubungan (linkage) yaitu hubungan antara para pelaku dalam proses, penyebaran inovasi. Inovator dan adopter harus berada dalam hubungan yang memungkinkan didengarkannya dan diperhatikannya inovasi yang didifusikan.
3.
Lingkungan : bagaimana keadaan lingkungan sekitar tempat penyebaran inovasi. Lingkungan dalam pengertian ini semua hal baik fisik, sosial, dan intelektual yang secara umum dapat bersifat netral, mempengaruhi atau mungkin menghambat terhadap tingkah laku tertentu.
4.
Sumber (resources) : sumber apakah yang tersedia baik bagi inovator maupun penerima dalam proses transisi penerimaan inovasi. Sumber yang tersedia sangat penting baik bagi inovator maupun adopter, karena keduanya memerlukan sumber inovasi untuk melaksanakan transaksi .

Inovator memerlukan kejelasan konsep agar dia dapat menyusun disain pengembangan dan menentukan strategi inovasi. Demikian pula dengan adopter memerlukan kejelasan konsep agar memahami inovasi sehingga dapat menerapkan inovasi sesuai yang diharapkan.

Mengembangkan strategi difusi inovasi berarti berusaha untuk mengatur keempat faktor yang mempengaruhi difusi inovasi tersebut agar dapat berfungsi secara optimal. Keempat faktor itu dikenal dengan singkatan CLER (Configuration , Lingkages, Environment, Resources.)

1.
PETUNJUK PENERAPAN INOVASI DI SEKOLAH.

Pengertian inovasi pendidikan bukan berarti selalu perubahan atau pembaharuan yang bertaraf nasional dan diusahakan oleh panitia dipusat pemerintahan. Inovasi pendidikan dapat diusahakan oleh guru, kepala sekolah, dan mungkin juga ide pertama dari siswa. Namun perlu diketahui bahwa suatu lembaga tidak mudah berubah.

Beberapa uraian tentang apa dan bagaimana menerapkan ide untuk memperbaiki atau memecahkan masalah sekolah, yang merupakan sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru (inovasi) adalah sebagai berikut.

1.
Buatlah rumusan yang jelas tentang inovasi yang akan diterapkan. Untuk mempermudah perumusan tentang kebutuhan dan inovasi yang akan diterapkan disarankan menggunakan pertanyaan antara lain; apakah anda akan mengatur sistim kepenasehatan siswa ? mengubah cara kerja konselor ? mengembangkan pembagian tugas dewan guru dalam menunjang kelanjaran program sekolah ? dan pertanyaan lain yang mengarah pada tujuan inovasi yang akan dilakukan.
2.
Gunakan metode atau cara yang memberi kesempatan untuk berpartipasi secara aktif dalam usaha merubah pribadi maupun sekolah. Merubah sekolah sebenarnya merubah orang yang berada di sekolah yaitu guru dan siswa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengadakan pembaharuan atau menerapkan inovasi:
1.
Tujuan diadakannya inovasi perlu dimengerti dan diterima oleh guru.
2.
Motivasi positif harus digunakan untuk memberikan rangsangan agar mau menerima inovasi.
3.
Harus diusahakan agar individu ikut berpartisipasi / di beri kesempatan dalam mengambil keputusan inovasi.
4.
Perlu direncanakan tentang evaluasi keberhasilan program inovasi.
3.
Gunakan berbagai macam alternatif pilihan untuk mempermudah penerapan inovasi. Hal ini dikemukakan berdasarkan pemikiran bahwa yang menerapkan inovasi baik guru, maupun siswa memiliki perbedaan individual.
4.
Gunakan data atau informasi yang sudah ada untuk bahan pertimbangan dalam penyusunan perencanaan dan penerapan inovasi.
5.
Gunakan tambahan data untuk mempermudah fasilitas terjadinya penerapan inovasi.
6.
Gunakan kemanfaatan dari pengalaman sekolah atau lembaga yang lain. Pengalaman sekolah yang telah menerapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan dalam pelaksanaan inovasi di sekolah. Ada beberapa 10 hal untuk melancarkan penerapan inovasi di sekolah berdasarkan pengalaman model school project di Amerika Serikat:
1.
Menggunakan guru penasehat untuk setiap kelompok siswa.
2.
Menyediakan pilihan (option) untuk mengantisipasi perbedaan individual anak .
3.
Mengembangkan material (bahan media) sebagai konsekuensi option.
4.
Merevisi kurikulum dengan menggunakan mini cources.
5.
Membuat tempat belajar yang lebih baik.
6.
Membuat jadwal yang fleksibel.
7.
Meningkatkan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar.
8.
Mengadakan penilaian program penerapan inovasi.
9.
Mengadakan penilaian dan pelaporan hasil belajar siswa
10.
Membentuk team supervisi
7.
Berbuatlah secara positif untuk mendapatkan kepercayaan. Walaupun didunia pendidikan sukar untuk memperoleh dana guna mengadakan pembaharuan, namun demikian pimpinan pendidikan harus melakukan langkah atau mensukseskan usahanya yaitu:
1.
Kepala sekolah harus benar-benar memahami apa yang diperlukan untuk perbaikan sekolahnya.
2.
Kepala sekolah harus menghayati kenyataan bahwa inovasi memang perlu diadakan untuk perbaikan.
3.
Kepala sekolah harus yakin bahwa sekolah ini tepat untuk menerapkan inovasi.
8.
Menerima tanggungjawab pribadi. Guru perlu mendapatkan tempat, juga peranan sekolah, dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan dengan sangat cepat kepala sekolah, guru dasn siswa akan menjumpai tantangan yang kompleks, pada tingkat dimana mereka bekerja atau belajar.
9.
Usahakan adanya pengorganisasian kegiatan yang memungkinkan terjadinya kepemimpinan yang efektif, mantap dan konsisten untuk menjawab tantangan.
10.
Usahakan mencari jawaban atas berbagai macam pertanyaan dasar tentang inovasi di sekolah. Dengan menjawab pertanyaan tersebut dapat menunjang kelancaran program inovasi akan dilaksanakan di sekolah.

BAB III

PENUTUP


Antara masyarakat (sistem sosial) dengan lembaga pendidikan formal terjadi hubungan yang saling pengaruh mempengaruhi perubahan sistem sosial dapat mempengaruhi perubahan pendidikan dan sebaliknya, perubahan pendidikan berpengaruh terhadap perubahan sistem sosial. Perubahan yang terjadi bersifat dinamis, yang disebabkan adanya hubungan interaktif antara lembaga pendidikan dan masyarakat.

Tujuan utama inovasi di sekolah ialah untuk meningkatkan kualitas sekolah. Tanda-tanda sekolah yang kualitasnya baik antara lain proses belajar mengajar efektif, prestasi hasil belajar siswa tinggi, para guru mempunyai waktu yang cukup banyak serta kondisi yang baik melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya, kepala sekolah menggunakan sebagian besar waktunya untuk bekerja lebih akrab dengan siswa dan guru serta selalu berusaha untuk memperoleh balikan guna meningkatkan kualitas sekolah. Setiap orang yang bekerja disekolah melakukan tugasnya sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk mengembangkan kariernya.

Dari pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

*
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses inovasi pendidikan yaitu kegiatan belajar mengajar, faktor internal dan eksternal, dan sistem pendidikan (pengelolaan dan pengawasan).
*
Perencanaan merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan untuk suksesnya suatu difusi, adopsi, implementasi dan institusi inovasi pendidikan. Perencanaan ialah suatu persiapan dan pengambilan keputusan untuk berbuat secara sistematik. Perencanaan merupakan serangkaian keaktifan berkelanjutan dan saling melengkapi untuk mencapai suatu tujuan. Perencanaan juga merupakan proses yang berkesinambungan yang berupa kegiatan-kegiatan diagnosa, pengumpulan data, analisa data, perumusan masalah, perumusan kebutuhan, peninjauan, dan pemilihan sumber, penentuan faktor penunjang dan penghambat, alternatif pemecahan masalah (inovasi), pengambilan keputusan, pembuatan jadwal kegiatan, monitoring, balikan dan evaluasi. Penyusunan perencanaan disesuaikan dengan keperluan.
*
Beberapa model inovasi pendidikan yaitu : model penelitian, pengembangan dan difusi; model pengembangan organisasi; dan model konfigurasi.
*
Petunjuk penerapan inovasi pendidikan sekolah :

1.
Buatlah rumusan yang jelas tentang inovasi yang akan diterapkan.
2.
Gunakan metode atau cara yang memberikan kesempatan anggota sistem sekolah untuk berpartisipasi secara aktif dalam usaha merubah pribadi maupun sekolah.
3.
Gunakan berbagai macam alternatif untuk mempermudah penerapan inovasi.
4.
Gunakan data atau informasi yang sudah ada untuk bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan penerapan inovasi.
5.
Gunakan tambahan data untuk mempermudah fasilitas terjadinya penerapan inovasi.
6.
Gunakan kemanfaatan dari pengalaman sekolah atau lembaga lain.
7.
Berbuatlah secara positif ujntuk mendapatkan kepercayaan.
8.
Menerima tanggung jawab pribadi.
9.
Usahakan adanya pengorganisasi kegiatan yang memungkinkan terjadinya kepemimpinan yang efektif.
10.
Usahakan mencari jawaban atas berbagai macam pertanyaan dasar tentang inovasi di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim. 1988. Inovasi Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ibrahim. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung : Imtima.

Irmim S. dan Abdul R. 2004. Menjadi Guru Yang Bisa Digugu Dan Ditiru. Jakarta : Seyma Media.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo : Masmedia Buana Pustaka.

Tidak ada komentar: