Senin, 15 Februari 2010

blogroll


http://missmurisblog.blogspot.com
http://unbaratp.wordpress.com
http://www.proditp.blogspot.com
http://henirietta.wordpress.com

Sabtu, 06 Februari 2010

Waspada Virus Valentine !!!

Waspada Virus Valentine !!!

Valentine’s Day adalah perayaan resmi Nasrani dan ummat Islam dilarang ikut-ikutan merayakan, ini adalah wilayah aqidah yang kita harus tegas dan tidak mencampuradukkan antara hak dan batil.

Dalam The Catholic Encyclopedia, Vol. XV sub judul; Santo Valentino, diurai tentang sejarah Valentino. Sumber ini setidaknya menampilkan kisah Valentino dalam 3 versi. Inti dari semuanya adalah bahwasanya hari Valentine adalah untuk mengenang Pendeta St. Valentine yang hidup di akhir abad ke 3 M di zaman Raja Romawi Claudius II. Pada tanggal 14 Februari 269 / 270 M Claudius II menghukum mati St.Valentine yang telah menentang beberapa perintahnya.

Dalam The Encyclopedia Britania, Vol XII, sub judul: Chistianity, dijelaskan bahwa untuk lebih mendekatkan ke dalam agama Kristen, pada 496 M Paus Glasisus I menjadikan kisah ini menjadi perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Pendeta St. Valentine yang dieksekusi pada tangal 14 Februari (The World Encylopedia 1998).

Semangat Valentine adalah Semangat Berzina dan Pelecehan Kaum Perempuan

Ritus hari Valentine’s yang mengusung panji percintaan dan kasih sayang, diperingati dengan berbagai cara. Ada yang mengekspresikannya dalam bentuk memakai pakaian dan apa saja yang berwarna pink. Pengiriman kartu yang kadang-kadang disertai dengan hadiah yang sarat dengan simbol LOVE. Namun ada yang merayakan dengan menggelar pesta makan, minum yang diiringi musik dansa yang dinyanyikan secara berpasangan. Bahkan diakhiri hubungan seks alias berzina.

Jadi, hari Valentine lebih tepat disebut dengan HARI PELECEHAN KEHORMATAN.

Hukum Merayakan Valentine

Allah Ta’aala berfirman:
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6).

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wasallam bersabda,
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum berarti ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Daud dll).

Para Ulama Rahimahumullah mengatakan bahwa ikut-ikutan dalam merayakan Valentine atau perayaan-perayaan non muslim lainnya hukumnya adalah haram, bahkan lebih haram dan lebih besar dosanya daripada meminum khamer atau narkoba, berzina, berjudi dan dosa-dosa besar lainnya, karena dosa ikut serta dalam perayaan non muslim mengandung unsur syirik dan kufur, yaitu ikut merestui kekufuran dan kesyirikan.

Hari Kasih Sayang Dalam Islam

Islam adalah agama kasih sayang, yaitu kasih sayang yang benar dan bukan pelecehan kehormatan. Dalam Al-Qur’an banyak disebutkan sifat Allah Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wasallam adalah manusia yang penuh dengan kasih sayang dan mengajarkan kasih sayang.

Beliau bersabda: “Orang-orang yang penyayang pasti disayang oleh Sang Maha Penyayang. Sayangi yang di bumi, pasti yang di langit sayang kepadamu.”…
“Siapa yang tidak menyayangi, dia tidak akan di sayangi.”

Jadi, dalam agama Islam setiap hari adalah Hari Kasih Sayang…

Alhamdulillah, aku bangga jadi orang Islam, buat apa meniru-niru yang lain….

SEBUAH WAHYU LANGSUNG UNTUK 'ALI

Suatu hari ketika 'Ali sedang berada dalam pertempuran, pedang
musuhnya patah dan orangnya terjatuh. 'Ali berdiri di atas
musuhnya itu, meletakkan pedangnya ke arah dada orang itu, dia
berkata, "Jika pedangmu berada di tanganmu, maka aku akan
lanjutkan pertempuran ini, tetapi karena pedangmu patah, maka
aku tidak boleh menyerangmu."

"Kalau aku punya pedang saat ini, aku akan memutuskan
tangan-tanganmu dan kaki-kakimu," orang itu berteriak balik.

"Baiklah kalau begitu," jawab 'Ali, dan dia menyerahkan
pedangnya ke tangan orang itu.

"Apa yang sedang kamu lakukan", tanya orang itu kebingungan.
"Bukankah saya ini musuhmu?"

Ali memandang tepat di matanya dan berkata, "Kamu bersumpah
kalau memiliki sebuah pedang di tanganmu, maka kamu akan
membunuhku. Sekarang kamu telah memiliki pedangku, karena itu
majulah dan seranglah aku". Tetapi orang itu tidak mampu.
"Itulah kebodohanmu dan kesombongan berkata-kata," jelas 'Ali.
"Di dalam agama Allah tidak ada perkelahian atau permusuhan
antara kamu dan aku. Kita bersaudara. Perang yang sebenarnya
adalah antara kebenaran dan kekurangan kebijakanmu. Yaitu
antara kebenaran dan dusta. Engkau dan aku sedang menyaksikan
pertempuran itu. Engkau adalah saudaraku. Jika aku menyakitimu
dalam keadaan seperti ini, maka aku harus
mempertanggungjawabkannya pada hari kiamat. Allah akan
mempertanyakan hal ini kepadaku."

"Inikah cara Islam?" Orang itu bertanya.

"Ya," jawab 'Ali, "Ini adalah firman Allah, yang Mahakuasa,
dan Sang Unik."

Dengan segera, orang itu bersujud di kaki 'Ali dan memohon,
"Ajarkan aku syahadat."

Dan 'Ali pun mengajarkannya, "Tiada tuhan melainkan Allah.
Tiada yang ada selain Engkau, ya Allah."

Hal yang sama terjadi pada pertempuran berikutnya. 'Ali
menjatuhkan lawannya, meletakkan kakinya di atas dada orang
itu dan menempelkan pedangnya ke leher orang itu. Tetapi
sekali lagi dia tidak membunuh orang itu.

"Mengapa kamu tidak membunuh aku?" Orang itu berteriak dengan
marah. "Aku adalah musuhmu. Mengapa kamu hanya berdiri saja?,'
Dan dia meludahi muka 'Ali.

Mulanya 'Ali menjadi marah, tetapi kemudian dia mengangkat
kakinya dari dada orang itu dan menarik pedangnya. "Aku bukan
musuhmu", Ali menjawab. "Musuh yang sebenarnya adalah
sifat-sifat buruk yang ada dalam diri kita. Engkau adalah
saudaraku, tetapi engkau meludahi mukaku. Ketika engkau
meludahi aku, aku menjadi marah dan keangkuhan datang
kepadaku. Jika aku membunuhmu dalam keadaan seperti itu, maka
aku akan menjadi seorang yang berdosa, seorang pembunuh. Aku
akan menjadi seperti semua orang yang kulawan. Perbuatan buruk
itu akan terekam atas namaku. Itulah sebabnya aku tidak
membunuhmu."

"Kalau begitu tidak ada pertempuran antara kau dan aku?" orang
itu bertanya.

"Tidak. Pertempuran adalah antara kearifan dan kesombongan.
Antara kebenaran dan kepalsuan". 'Ali menjelaskan kepadanya.
"Meskipun engkau telah meludahiku, dan mendesakku untuk
membunuhmu, aku tak boleh."

"Dari mana datangnya ketentuan semacam itu?"

"Itulah ketentuan Allah. Itulah Islam."

Dengan segera orang itu tersungkur di kaki 'Ali dan dia juga
diajari dua kalimat syahadat.

-------------------------
TASAWUF MENDAMAIKAN DUNIA
(Islam & World Peace: Explanation of A Sufi)
oleh M.R. Bawa Muhayyaddin
Penerbit Pustaka Hidayah
Jln. Rereng Adumanis 31, Bandung 40123
Tel./Fax. (022) 2507582

1001 Makna Bunga Mawar


1 tangkai : cintaku hanya untukmu seorang
2 tangkai : kau dan aku saling mencintai
3 tangkai : aku cinta kamu
6 tangkai : jadikan aku milikmu
9 tangkai : saling mencintai selamanya
11 tangkai : kaulah yang paling aku cintai sepanjang hidupku
12 tangkai : perpaduan dua hati yang serasi
13 tangkai : pengagum rahasia
24 tangkai : setiap saat ingat dirimu ( tidak bisa melupakanmu 24 jam )
33 tangkai : aku mencintaimu dari dasar hati yang terdalam
36 tangkai : kehadiran membuat aku terpikat asmara
44 tangkai : janji yang takkan tergoyahkan
50 tangkai : ini adalah cinta yang tidak kusesali
56 tangkai : cintaku
66 tangkai : jalinan cinta yang mulus
99 tangkai : cinta dengan pengertian membuatnya abadi
100 tangkai : jadilah pasangan yang mengasihi sampai lanjut usia
101 tangkai : tiada lain cintaku hanya dirimu seorang
108 tangkai : jadikan aku pasangan hidupmu
111 tangkai : cinta abadi
123 tangkai : cinta yang bebas
144 tangkai : mencintaimu pagi hingga malam selama lamanya
365 tangkai : memikirkanmu setiap hari. mencintaimu setiap hari
999 tangkai : cinta yang bertahan selamanya dan abadi
1001 tangkai : cinta selamanya.

warna warni mawar

mawar merah : cinta romantis makna lain : selamat atas keberhasilannya, anda melakukan tugas dengan baik.

mawar putih : kesucian dan rahasia makna lain:kemurnian , selalu awet muda , aku pantas untukmu.

mawar pink : keanggunan dan kelembutan. makna lain : kebahagiaan sempurna, percayalah padaku.

mawar kuning : persahabatan dan kegembiraan. makna lain : aku peduliu, selamat datang kembali, ingatlah aku.

mawar jingga : hasrat dan semangat. cinta mulai tumbuh dan tangkap segera romantismenya.

perpaduan mawar merah dan putih : kesatuan

perpaduan mawar merah dan kuning : mengucapkan selamat

perpaduan mawar kuning dan jingga : penuh hasrat cinta.

Rabu, 03 Februari 2010

Arti dan Makna Sebuah PERBEDAAN

Saat mengendarai sepeda motor sepulang kerja, di depan saya ada sebuah mobil sedan. Karena jalanan cukup sempit saya nggak bisa menyalipnya dengan mudah. Apalagi dari arah berlawanan sering ada mobil juga. Setiap kali direm, di bagian belakang mobil sedan itu, di balik kaca belakangnya, ada tulisan teks berjalan dengan warna merah yang membuat saya harus berpikir keras untuk menyerap maknanya. Kalimat itu tertulis: “Jangan berani untuk sama”.

Jangan berani untuk sama? Ya, ada baiknya juga memang kalimat tersebut, meski kalimat itu menurut saya sangat bersayap alias bisa berarti banyak. Tergantung siapa yang menerjemahkannya dan untuk menjelaskan beragam maksud. Tentu sesuai pula dengan persepsi masing-masing orang. Itulah sebabnya kalimat tersebut saya nilai sebagai kalimat “bersayap”.

Kalimat “Jangan berani untuk sama”, bisa berarti bahwa kita nggak perlu minder untuk berbeda dengan yang lain. Bahkan perbedaan itu sangat boleh jadi justru sebuah keberanian. Tentu, kalo untuk sesuatu yang sama, nggak usah (terlalu) berani. Begitu kira-kira. Sebuah pilihan yang mungkin saja sudah dipertimbangkan sangat matang. Nggak asal aja.

Misalnya nih, kalo ada temen yang punya hobi mantengin info olahraga sepakbola mancanegara (dari mulai baca sampe nonton setiap pertandingannya di televisi), ya kita nggak perlu harus merasa sama dengan hobi temen kita itu. Apalagi jika kita nggak terlalu suka dengan segala hal yang berkaitan dengan sepakbola. Tapi, karena ingin dianggap gaul soal sepakbola dan supaya diterima dalam komunitas itu, akhirnya kita memberanikan diri untuk punya hobi yang sama. Hmm.. itu salah besar karena nggak mau jujur sama diri sendiri. Betul nggak sih? Meski tentu saja, dalam hal ini, kalo pun pengen sama hobinya dengan teman kita itu, silakan saja. Mubah aja kok.

Persamaan dan perbedaan
Sobat muda muslim, persamaan dan perbedaan itu memang bisa berarti banyak dan bisa banyak persepsi. Itu sebabnya, kita preteli dikit-dikit, pilah-pilah supaya bisa menentukan sikap. Nggak asal beda aja, atau nggak cuma merasa sama dengan yang lain. Setuju kan?

Nah, kalo kita ‘syarah’ (dianalisis dan diperjelas) lagi, insya Allah kita bisa nentuin sikap. Misalnya tentang keputusan kita memilih menjadi aktivis rohis. Tentunya kita memilih berbeda dengan kebanyakan teman lain yang justru saat itu lebih cenderung gabung di klub ekskul olahrga, tari, pecinta alam, atau kegiatan lainnya. Berbeda dari teman lain dengan menjadi aktivis rohis, tentunya ini adalah sebuah keberanian. Iya kan? Berani untuk beda dengan teman yang ‘biasa’ aja, dan berani untuk sama dengan aktivis rohis.

Lalu bagaimana dengan teman kita yang justru ingin berbeda dari komunitas anak rohis? Ia nggak berani untuk sama dengan anak rohis. Tapi berani untuk berbeda dari anak rohis dengan menjadi anak gaul yang hobinya dugem dan gaul bebas dengan lawan jenis. Baginya, menjadi aktivis dugem dan gaul bebas adalah sebuah keberanian untuk tidak sama dengan anak rohis.

Memang sih itu pasti bergantung sudut pandang. Maka, sebuah standar wajib dimiliki. Supaya nggak semua orang bisa mengklaim bahwa dirinya benar. Boleh aja sih merasa dirinya benar, tapi harus bisa buktiin dengan kuat kalo dirinya tuh benar.

Lha, kalo yang kayak gini gimana jadinya? Hmm.. itu sebabnya, menurut saya kalimat itu disebut “bersayap” alias banyak arti tergantung persepsi orang yang menerjemahkannya. Waduh, gimana urusannya dong? Mana yang benar dan mana yang salah? Kapan boleh berbeda dan kapan seharusnya sama?

Tenang sobat, nggak usah keburu bingung atau stres. Ini justru menurut saya adalah bagian dari kelemahan kita sebagai manusia. Dengan demikian, kita memang nggak bisa menentukan sesuatu itu benar atau salah sesuka hati, pikiran, atau perasaan kita (termasuk hawa nafsu kita). Bahaya. Karena apa? Karena bisa jadi banyak persepsi. Singkatnya, kita perlu standar yang mengatur batasan-batasan tersebut. Ya, kudu ada ukuran yang fixed. Nggak bisa sembarangan.

Inilah barangkali alasan kenapa “ukuran panjang satu meter” pun sudah ditetapkan secara internasional. Alat pengukur lain harus dikalibrasi (diuji, dicocokan) dengan standar yang dibuat. Supaya ada kesamaan dan kejelasan penilaian. Bayangin deh kalo untuk sebuah ukuran saja harus ada sekian ukuran yang ditentukan sesuai selera masing-masing, kita pasti bingung pilih yang mana. Iya kan? Misalnya aja ukuran panjang “sedepa” itu diukur lewat panjang rentangan dua tangan tiap orang yang beda-beda. Kalo kemudian masing-masing orang meyakini sesuai pengukurannya, kita pusing. Karena setiap ukuran panjangnya jadi sesuai ‘ukuran’ rentangan tangan masing-masing. Padahal, orang yang tinggi dengan yang pendek pasti beda ukuran rentang tangannya. Betul apa bener?

Boleh beda, tapi ada saatnya wajib sama
Sobat muda muslim, saya menulis artikel ini dengan judul, “arti dan makna sebuah perbedaan” tentu bukan tanpa alasan, lho. Begini nih penjelasannya. Berbeda boleh saja kok. Asal, itu dalam sebuah koridor yang dibolehkan untuk berbeda. Misalnya, untuk selera makan, ya nggak bisa disamain tiap orang.

Rasa suka kepada lawan jenis juga nggak bisa disamain untuk semua orang. Warna baju juga boleh berbeda kok. Termasuk boleh juga berbeda pendapat dalam masalah furu’iyah (cabang). Misalnya, kita nggak bisa maksa orang untuk melakukan sholat shubuh dengan melakukan qunut atau tidak. Karena kedua pendapat itu masing-masing memiliki dalil. Untuk kasus ini nggak perlu ributlah. Nggak perlu mengklaim salah satu benar dan satunya pasti salah. Karena yang seharusnya disalahkan adalah yang nggak sholat shubuh. Seharusnya kedua belah pihak bersatu padu untuk menyadarkan yang masih belum mau sholat shubuh. Tul nggak seh?

Bagaimana dengan yang tidak boleh berbeda (dan itu harus sama), dalam masalah apa aja? Nah, menurut saya di sini berlaku pernyataan bahwa “bagi yang mau sama”, dapet gelar berani. Misal, sebagai muslim kita wajib menjadikan Islam sebagai the way of life kita. Bukan agama lain, atau kepercayaan lain (termasuk ideologi lain) untuk menuntun hidup kita. Ya, cuma Islam. Di sinilah kita wajib sama dan kudu berani untuk sama. Karena kesamaan ini jelas ada dalilnya. Ketika kita sudah menyatakan sebagai muslim, maka seluruh kehidupan kita harus rela diatur oleh Islam. Bukan yang lain.

Lho kok Islam sih? Ya iyalah, memangnya mau aturan yang mana? Apakah kepala sekolahmu nggak marah dan murka kalo sekolah di sekolahnya, tapi kamu malah milih aturan sekolah lain, atau setidaknya nggak percaya dengan aturan di sekolahmu sendiri. Adil nggak sih? Begitu juga dengan Islam. Kalo udah menyatakan masuk Islam, berarti kudu setia diatur sama Islam. Iya ndak?

Allah Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan..” (QS al-Baqarah [2]: 208)
Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir menyatakan: “Allah Swt. telah memerintahkan hamba-hambaNya yang mukmin dan mempercayai RasulNya agar mengadopsi sistem keyakinan Islam (‘akidah) dan syari’at Islam, mengerjakan seluruh perintahNya dan meninggalkan seluruh laranganNya selagi mereka mampu.” (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir I/247)

Imam an-Nasafiy menyatakan bahwa, ayat ini merupakan perintah untuk senantiasa berserah diri dan taat kepada Allah Swt. atau Islam (Imam an-Nasafiy, Madaarik al-Tanzil wa Haqaaiq al-Ta’wiil, I/112).

Imam Qurthubiy menjelaskan bahwa, lafadz “kaaffah” merupakan “haal” dari dlamiir “mu’miniin”. Makna “kaaffah” adalah “jamii’an.” (Imam Qurthubiy, Tafsir Qurthubiy, III/18)

Diriwayatkan dari Ikrimah bahwa, ayat ini diturunkan pada kasus Tsa’labah, ‘Abdullah bin Salam, dan beberapa orang Yahudi. Mereka mengajukan permintaan kepada Rasulullah saw. agar diberi ijin merayakan hari Sabtu sebagai hari raya mereka (padahal mereka sudah masuk Islam). Selanjutnya, permintaan ini dijawab oleh ayat tersebut di atas.

Terus nih, Imam Thabariy juga menyatakan: “Ayat di atas merupakan perintah kepada orang-orang beriman untuk menolak selain hukum Islam; perintah untuk menjalankan syariat Islam secara menyeluruh; dan larangan mengingkari satu pun hukum yang merupakan bagian dari hukum Islam.” (Imam Thabariy, Tafsir Thabariy, II/337)

Ini artinya, kita nggak boleh menawar-nawar lagi untuk melakukan ibadah yang bukan berasal dari Islam. Misalnya aja, bagi seorang mualaf, karena dulunya setiap minggu ke gereja untuk kebaktian, maka setelah masuk Islam udah nggak boleh lagi tuh ikutan kebaktian di gereja. Karena emang udah bukan lagi ajaran dari Islam. Sebaliknya wajib taat sama Islam.

Sobat muda muslim, dengan ayat ini, berarti kita kudu total dalam memeluk Islam. Nggak boleh belang-belang. Nggak boleh setengah-setengah. Jangan sampe berbagai aturan kita pake untuk ngatur hidup kita, padahal kita muslim. Itu namanya “malapraktek”. Kita ngakunya muslim, tapi nyuri barang orang lain jadi hobi kita. Kita bilang ke mana-mana bahwa kita aktivis rohis, ternyata kita malah melakukan pacaran. Ortu kita rajin ngajinya, tapi yang diulik bukan al-Quran, melainkan primbon Jawa atau ajaran sekularisme. Lha, ini jelas salah prosedur, guys!

Di sinilah kita harus berani untuk sama. Nggak boleh nekat berbeda. Allah kembali menjelaskan dalam firmanNya, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS al-Ahzab [33]: 36)

Sebagai kesimpulan, bahwa “arti & maknah sebuah perbedaan” itu kudu jelas batasannya. Ada saatnya kita boleh berbeda, tapi ada saatnya kita harus sama. Tapi standar boleh dan tidaknya kita berbeda atau sama itu hanya aturan Islam. Ya, itu karena kita sebagai seorang muslim.

Guys, jangan sampe kita berani untuk beda, tapi ternyata “bedanya” kita itu malah dibenci dalam ajaran Islam. Karena apa? Karena perbedaan yang kita kampanyekan justru melanggar ajaran Islam. Misalnya, kita sebagai muslim berani beda dengan cara mengkampanyekan pentingnya demokrasi dan sekularisme sebagai the way of life kita. Atau, kita menganggap bahwa Islam nggak boleh diterapkan sebagai ideologi negara. Wah, itu sih namanya perbedaan yang tak pantas disandang dan bahkan mencoreng kepribadian kita sebagai Muslim. Bukan pahala yang didapat, tapi dosa. Ati-ati ya Bro! Yuk, kita berani sama menjadi seorang muslim yang taat dan pejuang Islam. Itu baru oke!