Selasa, 20 Desember 2011

KERANGKA KERJA INOVASI

A. Pendahuluan
Kata’’ inovasi’’sering diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan ( s. wojowosito,1972) . inovasi kadang-kadang juga di pakai untuk menyatakan temuan karena hal hal baru penemuan. Inovasi ialah suatu ide tentang barang, kejadian, metode yang di rasakan atau di amati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau masyaraka. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah tertentu. Menurut Prof. Azis , Inovasi berarti mengintrodusir suatu gagasan maupun teknologi baru, inovasi merupakan genius dari change yang berarti perubahan. Inovasi dapat berupa ide, proses dan produk dalam berbagai bidang.
Dalam kontek pendidikan, Inovasi ialah suatu ide tentang barang, metode yang di rasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau masyarakat baik berupa penemuan baru atau pengembangan yang di gunakan untuk mencapai tujuan pendidikan untuk memecahkan masalah pendidikan. Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu diperhatikan mengingat banyak hasil-hasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta pengelolaan informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan.
B. Pengertian Inovasi Pendidikan
Inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang ( masyarakat) baik berupa hasil invensi atau discovery yang di gunakan untuk mencapai tujuan pendidikan untuk memecahkan masalah pendidikan
Berikut ini contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan atau komponen sistem sosial sesuai dengan pola yang di kemukakan oleh B.miles ,dengan perubahan isi sesuai dengan perkembangan pendidikan dewasa ini:
 Pembiayaan personalia: Yaitu menambah suntikan pembiayaan personalia sehingga lebih efektif
 Banyaknya personal dan wilayah kerja : Yaitu menambah personal dan wilayah kerja dalam rangka mensukseskan diberlakukannya inovasi tersebut
 Fasilitas fisik : Yaitu menambah fasilitas fisik yang mendukung berlangsungnya inovasi
 Penggunaan waktu : Yaitu menambah efisiensi waktu
 Perumusan tujuan : Yaitu mengubah struktur tujuan untuk lebih terperinci dan lebih mendalam
 Prosedur : Yaitu Membuat proseduran yang lebih terperinci
 Peran yang di perlukan : Yaitu Menambah beberapa peran yang diperlukan
 Wawasan dan perasaaan : Yaitu menambah wawasan dengan tidak mengabaikan perasaan
 Bentuk hubungan antar (mekanisme kerja) : Yaitu membangun hubungan yang lebih baik sehingga mekanisme kerja berjalan dengan lancer.
 Hubungan dengan sistem lainya : Yaitu memperhitungkan hubungan dengan sistem lainnya sehingga tidak mempengaruhi komponen – komponen yang ada
 Strategi : Yaitu Mengatur strategi yang matang dengan langkah – langkah sebagai berikut:
 Desain : Membuat desain yang lebih baik
 Kesadaran dan perhatian : Memperhatikan aspek kesadaran dan perhatian
 Evaluasi : Mengevaluasi secara rutin inovasi yang ada sehingga kelemahan yang ada dapat segera diantisipasi
Dalam proses inovasi terdapat Slogan “change is a process, not an event “. Inovasi adalah suatu perubahan yang merupakan sebuah proses dan bukan sebuah peristiwa yang langsung terjadi saat itu dengan dampak yang hanya seketika saja dirasakan. Oleh karena itulah sebuah inovasi tidak dapat diterima secara langsung begitu saja, tetapi membutuhkan waktu yang relative apakah lama atau sebentar dalam prosesnya untuk mempengaruhi para calon adopter agar menerima sebuah inovasi tersebut. Faktor yang mempengaruhi proses adopsi inovasi oleh para adopter, yaitu: (1) Sifat inovasi yang diterima, apakah bermanfaat atau tidak,(2) Type keputusan, otoriter, kolektif, kontingen atau opsional, (3) Saluran komunikasi yang digunakan, (4) Sistem sosial yang ada, (5) usaha promosi yang dilakukan.
Faktor tersebut tentunya berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dari inovasi tersebut. Dimana proses pengambilan keputusan inovasi adalah sebuah proses dimana seseorang mengetahui adanya inovasi sampai pada pembentukan sikap terhadap inovasi, memutuskan menerima atau menolak, melaksanakan inovasi dan menegaskannya. Proses tersebut terdiri dari:
• Pengetahuan, dimana faktor yang berperan dalam hal ini adalah penggunaan saluran komunikasi yang dilakukan dengan usaha promosi yang dilakukan secara gencar. Komunikasi dengan menggunakan media massa cukup efektif untuk memberikan pengetahuan kepada calon adopter.
• Persuasi, untuk dapat mengajak dan membujuk para calon adopter sangat efektif kalo kita memperhitungkan factor system sosial yang ada, type keputusan yang digunakan dan juga usaha promosi yang berkelanjutan serta kita menggunakan saluran komunikasi antar personal.
• keputusan, agar calon adopter dapat memutuskan apakah ia akan ikut atau tidak terhadap inovasi yang ada, maka factor sifat informasi berupa bernilai manfaat atau tidak inovasi itu menjadi penting untuk diperhatikan selain 4 faktor yang lain.
• Implementasi dan
• Konfirmasi merupakan hasil komulatif setelah adopter membuat keputusan bahwa ia menerima inovasi dengan melaksanakannya kemudia ia mengevaluasi apakan akan ia terima seterusnya atau tidak akan mereka lanjutkan inovasi tersebut.
Tipe-tipe calon adopter dalam dunia pendidikan sangat relative tergantung inovasi itu berasal dari mana, karena inovasi pendidikan dapat lahir dari mana saja, apakah dari kelembagaan seperti pemerintahan, badan pendidikan baik negeri maupun swasta atau dari individual seperti guru, orang ahli atau masyarakat umum. Dewasa ini inovasi pendidikan lebih banyak bersumber dari kelembagaan pemerintah karena mereka memiliki kewenangan terhadap kebijakan pendidikan di suatu negara. Adapun type calon adopternya adalah sebagai berikut:
• Innovator : berasal dari pemerintahan, biasanya lahirnya dari badan penelitian dan pengembangan yang merupakan bagian dari organisasi pemerintahan tersebut.
• early adaptor : para pimpinan dan staf lembaga di tingkat pemerintahan pusat dan daerah.
• early majority : para pimpinan sekolah, guru, staf dan siswa serta masyarakat yang memiliki hubungan secara khusus dengan sekolah ( orang tua siswa).
• late majority : masyarakat yang tidak memiliki hubungan langsung dengan sekolah tetapi memiliki tatanan nilai sosial yang terbuka ( peduli akan pendidikan)
• Laggard : masyarakat yang tidak memiliki hubungan langsung dengan sekolah dan masih memiliki nilai sosial yang terbelakang ( misalnya suku baduy di Lebak, Banten).


C. Strategi Inovasi Pendidikan
Strategi adalah suatu cara atau tehnik untuk meyebarkan inovasi, Dalam proses penyebaranyan inovasi ini tidaklah mudah untuk dilakukan secara cepat, tetapi akan menggunakan proses yang sangat rumit sehingga penyebaranyapun menggunakan sebuah setrategi. Dalam proses penginovasian akan lebih mudah diterapkan jika kita akan menggunakan sebuah tehnik-tehnik tertentu melalui setrategi yang akan digunakan. Dengan adanya setrategi maka hambatan-hambatan inovasi akan lebih mudah diatasi.
Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan program perubahan Sosial adalah ketepatan penggunaan strategi, tetapi memilih strategi yang tepat bukan pekerjaan yang mudah.
Ada empat macam strategi :
1. Strategi Fasilitatif
Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakqan strategi fasilitatif artinya untuk mencapai tujuan perubahan perubahan sosial yang telah ditentukan, diutamakan penyediaan fasilitas dengan maksud agar program sosial akan berjalan dengan mudah dan lancar. Strategi fasilitatif akan dapat digunakan dengan tepat jika :
Mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari target perubahan.
Merasa perlu adanya perubahan.
Bersedia menerima bantuan dari luar dirinya.
Memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau memperbaiki dirinya.
2. Strategi Pendidikan.
Dengan strategi ini orang harus belajar lagi tentang sesuatu yang dilupakan yang sebenarnya telah dipelajarinya sebelum mempelajari tingkah laku atau sikap baru. Strategi pendidikan dapat berlangsung efektif, perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
 Digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai
 Disertai dengan keterlibatan berbagai pihak, misalnya dengan adanya, sumbangan dana, donator, serta penunjang yang lain.
 Digunakan untuk menjaga agar klien tidak menolak perubahan atau kembali ke keadaan sebelumnya.
Strategi pendidikan akan kurang efektif jika :
 Tidak tersedia sumber yang cukup untuk menunjang kegiatan pendidikan.
 Digunakan dengan tanpa dilengkapi strategi yang lain.
3. Strategi bujukan.
Strategi bujukan tepat digunakan bila klien tidak berpartisipasi dalam perubahan sosial. Berada pada tahap evaluasi atau legitimasi dalam proses pengambil keputusan untuk menerima atau menolak perubahan sosial. Strategi bujukan tepat jika masalah dianggap kurang penting atau jika cara pemecahan masaalah kurang efektif serta pelaksana program perubahan tidak memiliki alat control secara langsung terhadap klien.
4. Strategi Paksaan.
Strategi dengan cara memaksa klien untuk mencapai tujuan perubahan. Apa yang dipaksa merupakan bentuk dari hasil target yang diharapkan. Penggunaan strategi paksaan perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
 Partisipasi klien terhadap proses perubahan rendah.
 Klien tidak merasa perlu untuk berubah.
Berikut ini akan diuraikan tentang bagaimana guru dan kepala sekolah yang akan mengadakan perubahan atau menerapkan inovasi.Tujuan diadakannya inovasi perlu dimengerti dan diterima oleh guru, siswa serta orang tua dan juga masyarakat. Harus dikemukakan dengan jelas mengapa perlu ada inovasi.
Motivasi positif harus digunakan untuk memberikan rangsangan agar mau menerima inovasi. Motivasi dengan ancaman, dengan mengajak agar orang mengikuti yang dilakukan oleh orang lain atau dengan menasehati agar orang menghindari kegagalan, belum tentu dapat berhasil.
Harus diusahakan agar individu ikut berpartisipasi dalam mengambil keputusan inovasi. Guru, siswa, maupun ornag tua siswa, diberi kesempatan ikut berperan dalam mengambil keputusan menerima atau menolak inovasi.
Perlu direncanakan tentang evaluasi keberhasilan program inovasi. Kejelasan tujuan dan cara menilai keberhasilan penerapan inovasi, merupakan motivasi yang kuat untuk menyempurnakan pelaksanaan inovasi.
Ada beberapa srtategi pembaharuan untuk dipertimbangkan dalam rangka mencapai tujuan pembaharuan :
 Strategi Empiris Rasional.
Asumsi dasar strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunnakan akal dan akan bertindak dengan cara-cara yang rasional. Oleh karena itu, tugas inovasi yang utama adalan mendemontrasikan pembaharuan tertentu melalui metode terbaiik yang sahih (valid) akan lebih memungkinkan pengopsianya bagi receiver.
Strategi ini didasarkan atas suatu pandangan yang optimistic, yang dapatditemikan diseluruh dunia barat, strategi ini merupakan dasar bagi praktek liberal dan riset empiris dan pendidikan umum.Dalam pertimbangan strategi ini adalah seperti yang diketengahkan oleh benno dan chin.
 Pemahaman dasar reserver terhadap pembaharuan riset dasar dan persebaran pengetahuan melalui pendidikan umum.
 Pemilihan dan penempatan personal. Sering kali kesukaran dalam menjamin keberhasilan tugas pembaharuan.
 Analisis sytem. Strategi ini adalah suatu strategi yang mendasar diri pada ilmunya.
 Riset Terapan dan sytem-system nata rantai untuk defuse hasil-hasil riset. Strategi ini mendasarkan pada riset terapan dengan pencirian dasr pada suatupihak.
 Pemikiran dalam utropis sebagai perubahan.
 Strategi Normatif-Reedukatif
Strategi ini didasarkan atas tulisan-tulisan Sigmun Fleud, Jhon Devey, Kurt Lewin, dan lain-lain.dalam hal ini yang menjadi pusat kepentingan ialah persoalan mengenai bagaimana klien memahami permasalahanya. Masalah pembaharuan bukan perkara mengisi (supliying) sikap, skill, nilai-nilai, dan hubungan manusia. Pembaharuan sikap justru sama perlunya dengan perubahan produk-produk . menerima sistem nilai klien berarti mengurangi manipulasi dari luar. Pembaharuan dibatasi sehingga kekuatan yang bersifat mengaktifkan didalam system harus diubah.
Asumsi tentang motivasi ini berbeda dengan asumsi-asumsi yang mendasari sytrategi empiris rasional. Bennis, Bennen, dan Chin berkomentar tentang hal ini : ” strategi ini didasarkan atas asumsi bahwa motivasi manusia berbeda dengan setrtegiisetrategi yang mendasari sertategi empiris rasional, rasionalitas dan intelejensi manusia tidak dikesampingkan.
Norma sosial budaya didukung oleh sikap dan system nilai dari tiap-tiap individu, pandangan normative, yang menyokong komitmen-komitmen mereka. Perubahan-perubahan dalam orientasi normatif meliputi perubahan dalam sikap, nilai, skil, dan hubungan-hubungan yang berarti, tidak saja perubahan-perubahan dalam pengetahuan informasi atau alasan-alasan intelektual bagi perbuatan dan praktek.
Intelegensi lebih merupakan (noma) social ketimbang (norma) individu secara sempit. Perubahan bukan saja dalam kelengkapan yang menyangkut informasi yang rasional dari manusia, tertapi juga pada tingkat personal. Dalam kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai, seperti halnya pada tingkat social budaya merupakan perubahan-perubahan dalam struktur normative dalam aturan-aturan dan hubungan-hubungan yang diintitusialisasikan seperti halnya dalam orientasi-orientasi kognitif dan perceptual. Dalam setrategi normative-reedukatif, seorang agen merubah bekerja sama-sama dengan klienya.
Bennis, Bennen, dan Chin menekankan keterlibatan klien dalam pembaharuan. Hal ini didasarkan atas anggapan bahwa agen pengubahan mesti belajar bekerja secara bersekongkol de4ngan klien untuk memecahkan prolema-problema yang dihadapi klien itu. Unsure-unsur yang ada dibawah sadar (nonconcicus) mesti dibawa kedalam kesadaran dengan metode-metode serta konsep-konsep ilmu behjavioral.
Kedua kelompok strategi ini meliputi :
• Pengembangan kemampuan memecahkan problema dari suatu sistem. Tekanannya disini adalah pada potensi sistem klien untuk mengembangkan struktur-struktur dari proses pemecahan masalah mereka.
• Pelaksanaan serta pemeliharaan pertumbuhan didalam diri orang-orang yang menjalankan system itu untuk diubah. Disini tekananya adalah pola diri sendiri (person) sebagian unit dasar dari setiap organisasi sosial. Hal ini didasarkan atas keyakinan bahwa person akan sanggup melakukan perbuatan kreatif jika kondisi-kondisi dibuat menguntungkan.
Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak dipandang sebagi suatu hubungan antara “pengetahuan” dan sesuatu (seseorang) yang akan berubah (seperti dalam strategi empiris-rasional). Sebaiknya, proses tersebut dipandang sebagi suatu dialog yang melibatkan seorang klien dan seorang “agen pengubah”.
Strategi-strategi normative-reedukatif yang didasarkan atas suatu pemahaman idealis akan amat memuaskan manusia dengan suatu asumsi optimistik akan kemungkinanan-kemungkinan (possibelitas) bagi perubahan yang penuh arti yang dimulai oleh individu dan melalui individu. Keefektifan setretegi ini antara lain:
• Perubahan-perubahan mulai dengan individu dan sikapnya, dan bukan dengan stuktur sosial dapat dia hidup.
• Seorang agen pengubah dapat bekerja dalam suatu valuc vakum.
Perubahan-perubahan dapat terjadi tanpa suatu perubahan dalam kekuasaan artau sesudah itu diikuti oleh perubahan dalam hubunga-hubungan kekuasaan diantara individu-individu dan kelompok-kelompok.
.
 Strategi Kebijakan Administratif dan Strategi Gabungan Politik Administratif
Menurut Bennis, Bennen, dan Chin mengatakan :
“Pendekatan kebijakan administrative bukanlah pengguna kekuasaan dalam pengertian pengaruh oleh satu orang atas orang lain atau oleh satu kelompok lain, yang membedakan keluarga setrategi ini dan setratyegi yang sudah didiskusikan.
Bennis, Bennen, dan Chin mengetengahkan sub setrategi
o Strategi tanpa kekerasan (Non Violence Setrategi) : Ini dikembangkan oleh mahasiswa-mahasiswa yang telah dipakai oleh sekolah-sekolah sebagai salah satu setyrategi utama untuk mengubah kondisi-kondisi.
o Gunakan lembaga-lembaga politik untuk mencapai perubahan dalam pendidikan.
o Perubahan melalui rekomentasi dan maniulasi elit-elit kekuasaan.
o Strategi Gabungan Politik Administratif
Dalam pendidikan, setrtegi yang bersifat memaksa telah digunakan untuk beberapa tujuan penggunaan prosedur-prosedur pemilihan, baik untuk para guru maupun untuk para siswa, yang dipandang sebagi sebagi satu setrategi administratif.
Adapun satu perbedaan yang jelas antara setrategi politik administrative dan setrategi yang digambarkan diatas. Perbedaan-perbedaan ideology dan nilai-nilai interest group telah diperlibatkan melalui kekuasaan yang terbukan.

Tidak ada komentar: