BAB II.PEMBHASAN
II.1. HAKIKAT, DEFENISI, DAN KONTEKS KOMUNIKASI
Komunikasi adalah topik yang amat sering diperbincangkan, bukan hanya dikalangan ilmuwan komunikasi, melainkan juga dikalangan awam, sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki terlalu banyak arti yang berlainan.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti ”sama,”communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. “Kita mendiskusikan makna,” dan “Kita mengirimkan pesan.”
Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Tanpa komunikasi tidak akan ada komunitas. Komunitas bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu. Oleh karena itu, komunitas juga berbagi bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama, dan bahasa, dan masing-masing bentuk tersebut mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap, perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah komunitas tersebut.
Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik,” atau terlalu luas, misalnya ”Komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih,” sehingga para peserta komunikasi ini mungkin termasuk hewan, tanaman, dan bahkan jin.
Komunikasi adalah komunikasi manusia yang dalam bahasa Inggrisnya adalah human communication.
II.II. KOMUNIKASI HEWAN
Manusia berbagi sejumlah tanda dengan hewan: Banyak refleks sederhana, beberapa bentuk ritual dan beberapa artefak atau invensi yang kompleks. Misalnya, seorang wanita menunjukkan wajah merah karena malu dan mengenakan busana dengan gaya mutakhir, tetapi hewan dan burung pun menampilkan guratan-guratan berwarna.
Komunikasi hewan dan komunikasi manusia merupakan bidang studi yang menarik, kita harus hati-hati membandingkan komunikasi kedua jenis makhluk tersebut. Misalnya, kita sering mengasosiasikan anjing yang ramah dengan mulutnya yang terbuka (tersenyum) dan menganggap kibasan ekornya sebagai isyarat keramahan; kenyataannya anjing mungkin mengibaskan ekornya dan memperlihatkan giginya sebelum ia menyerang atau menggigit hewan lain atau manusia.
Dalam komunikasi antar anjing, misalnya perilaku seekor anjing menjadi stimulus bagi anjing lainnya untuk memberikan respons. Anjing merespons satu sama lainnya dengan menggonggong, menggeram, menyerang, dan sebagainya. Pertukaran isyarat ini bersifat instinktif dan tidak reflektif, tanpa menyadari dan memastikan bukan hanya makna, motif dan maksud isyarat sendiri.
Dalam ungkapan Kenneth Boulding, seekor anjing tidak punya kesadaran bahwa terdapat anjing-anjing lain di bumi sebelum ia lahir dan akan terdapat anjing-anjing lain setelah ia mati.
Manusia mempunyai kemampuan tersebut, dan simbolisasi adalah sarana yang tersedia untuk untuk melakukan tugas tersebut. Simbolisasi adalah alat dan senjata manusia yang paling berharga, berguna dan berbahaya bagi dirinya dan orang lain.
Beberapa jenis hewan seperti: singa, gajah, monyet, kuda, anjing, burung, anjing laut, lumba-lumba dan ikan paus, dapat bekerjasama dengan manusia untuk menampilkan atraksi
yang menghibur, seperti dalam pertunjukkan sirkus, pertunjukkan keliling kuda ronggeng,doger monyet, dan sebagainya, berdasarkan prinsip belajar ”pelaziman operan” (operant conditioning) yang dirintis B.F. skinner.
Rayap, seperti semut dan lebah, adalah serangga sosial yang hidup dalam koloni. Mereka bekerja sama, melakukan tugas khusus untuk kepentingan koloni tersebut. Kebiasaan berkoloni ini menghasilkan berbagai jenis individu rayap atau kelompok rayap yang secara struktural layak melaksanakan berbagai tugas dalam kehidupan koloni: tentara untuk bertahan, raja dan ratu untuk menghasilkan keturunan; dan biasanya kelompok pekerja untuk mengumpulkan makanan, merawat raja dan ratu, tentara dan rayap muda, dan untuk membangun sarang, liang, lubang keluar, terowongan, menara, dan lorong penjelajahan.
Tanda bahaya juga dikomunikasikan ke seluruh koloni lewat dengungan rayap tentara, yang secara lemah ditiru oleh anggota-anggota lainnya. Kita juga melihat, semut-semut berkomunikasi dengan bersentuhan (konon bertukar ludah melalui mulut mereka) ketika mereka ketemu. Tarian lebah tampaknya juga mengisyaratkan bukan hanya letak atau arah makanan, namun juga perkiraan jarak makanan yang telah ditemukan.
Apa kemiripan antara komunikasi ayam dengan komunikasi manusia ? Menurut De Fleur urutan pematukan, dan tindakan mematuk itu sendiri merupakan contoh klasik bentuk komunikasi, yakni komunikasi yang menggunakan tanda alamiah (natural sign). Begitu suatu porsi awal dari suatu tindakan atau serangkaian tindakan mampu membangkitkan respons internal yang sama yang sebelumnya juga dibangkitkan oleh seluruh tindakan atau serangkaian tindakan, tanda itu menjadi suatu isyarat (gesture).
Menurut De Fleur, tindakan komunikatif di antara hewan yang diperoleh lewat belajar ini dilandasi penggunaan tanda alamiah.
Penelitian Asep S. Adhikerana, seorang dosen IPB, untuk disertasi doktornya di Jurusan Ekologi Perilaku Burung, University of St. Andrew, Inggris, mengungkapkan bahwa maksud atau perasaan tertentu seekor burung dapat diekspresikan dengan suara tertentu.
Dari sekian banyak jenis burung, Beo adalah burung yang dapat dilatih meniru suara manusia: kata, frase atau kalimat tertentu.
Dengan asumsi bahwa gonggongan anjing tertentu mengisyaratkan maksud tertentu, salah satu perusahaan mainan terbesar di Jepang, Takara Co Ltd., memproduksi alat bernama bowlingual sejak September 2002, yang dapat menterjemahkan gonggongan 50 jenis anjing, dari Chihuahua hingga Gembala Jerman. Alat ini laku sekali, karena memungkinkan masyarakat Jepang memahami keinginan anjing kesayangan mereka, seperti: ”Aku ingin main,” Aku lapar berat,” atau ”Awas lho ya.”
Sejak tahun 1950-an ketika simpanse bayi bernama Vicki diadopsi oleh suatu keluarga manusia, sejumlah simpanse telah diberi pelajaran bahasa. Empat siswa paling terkenal adalah Washoe dan Nim Chimsky (yang diajari bahasa tanda Amerika);Sarah (yang diajari memanipulasi tanda plastik bermagnit); dan Lana (simpanse yang dilatih komputer).
II.III. KERAGAMAN DAN KONTROVERSI DEFENISI KOMUNIKASI
Apakah komunikasi itu suatu tindakan sesaat, suatu peristiwa, atau suatu proses yang terus berkesinambungan? Tidak ada suatu defenisi pun yang dapat menggambarkan fenomena ini secara utuh? Apakah komunikasi berlangsung hanya bila kita menyengajanya? Dapatkah komunikasi berlangsung tanpa disengaja? Lalu, apakah kesengajaan itu? Seringkali suatu defenisi komunikasi berbeda atau bahkan bertentangan dengan defenisi lainnya. Tahun 1976 saja Fank Dance dan Carl Larson telah mengumpulkan 126 defenisi komunikasi yang berlainan.
Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mandasari defenisi-defenisi komunikasi. Dimensi pertama adalah tingkat observasi (level of observation), atau derajat keabtrakannya. Misalnya defenisi kemunikasi sebagai ”proses yang menghubungkan satu sama lain bagian-bagian terpisah dunia kehidupan” adalah terlalu umum, sementara komunikasi sebagai ”alat untuk mengirim pesan militer, perintah dan sebagainya lewat telepon, telegraf, radio, kurir, dan sebagainya” terlalu sempit.
Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Sebagian defenisi mencakup hanya pengiriman dan penerimaan pesan yang disengaja; sedangkan sebagian defenisi lainnya tidak menuntut syarat ini. Contoh defenisi yang mensyaratkan kesengajaan ini dikemukakan Gerald R. Miller, yakni komunikasi sebagai ”situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.” Sedangkan defenisi komunikasi yang mengabaikan kesengajaan adalah defenisi yang dinyatakan Alex Gode, yakni ”suatu proses yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang.”
Dimensi ketiga adalah penilaian normatif. Sebagian defenisi, meskipun secara implisit, menyertakan keberhasilan atau kecermatan; sebagian lainnya tidak seperti itu. Defenisi komunikasi dari John B. Hoben, misalnya mengasumsikan bahwa komunikasi itu (harus) berhasil: ”Komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau gagasan.” Asumsi dibalik defenisi tersebut adalah bahwa suatu pikiran atau gagasan secara berhasil dipertukarkan. Sebagian defenisi lainnya tidak otomatis mensyaratkan keberhasilan ini.
Seperti dikemukakan Littlejohn, perdebatan mengenai defenisi komunikasi pada awal tahun 1950-an di antara beberapa teoretikus komunikasi, telah menyarankan beberapa kemungkinan untuk mendefenisikan komunikasi.
Anda boleh jadi berkata, ”Saya lelah,” kepada seorang kawan, dan kawan anda kemudian menyadari bahwa anda tampak lelah, meskipun ia tidak memperhatikan hal itu tadi. Lajur ketiga adalah perhatian penuh atau sadar kepada perilaku sumber.
Jadi meminjam pandangan Littlejohn, sekarang kita mempunyai sembilan jenis perilaku yang mungkin dianggap komunikasi.
1A. Perilaku simtomatik yang tidak dipersepsi- Anda menguap, namun tidak seorang pun melihat hal itu. (Kebanyakan orang setuju itu bukan komunikasi. Sekurang-kurangnya, hal itu bukan komunikasi antarpribadi, namun sebagian orang mungkin menyebutnya komunikasi intrapribadi).
1B.Simtom yang dipersepsi secara insidental- Anda menguap, namun kawan anda menyadari kemudian bahwa anda lelah meskipun ia tidak memperhatikannya tadi.
1C.Simtom yang diperhatikan- Anda menguap, dan kawan anda berkata,”Apakah saya begitu membosankan?”
2A.Pesan nonverbal yang tidak diterima-Anda melambaikan tangan, namun ia tidak melihat anda.
2B.Pesan nonverbal insidental-Kawan anda kemudian berkata,”Ma’afkan saya tidak membalas lambaian tangan anda, tetapi saya sedang memikirkan hal lain dan tidak menyadari bahwa anda melambaikan tangan sampai saya berbelok.”
2C.Pesan nonverbal yang diperhatikan-Anda melambaikan tangan kepada seorang kawan, dan ia membalas lambaian tangan anda.
3A.Pesan verbal yang tidak diterima- Anda mengirimkan sepucuk surat kepada seorang kawan, namun surat itu hilang dalam perjalanan.
3B.Pesan verbal insidental- Anda mengoceh kepada putri anda karena kamarnya berantakan, dan meskipun ia tahu anda sedang berbicara kepadanya, ia tidak begitu memperhatikan anda.
3C.Pesan verbal yang diperhatikan- Anda menyampaikan pidato kepada sekelompok orang yang senang mendengarkan apa yang anda katakan.
Banyak defenisi komunikasi bersifat khas, mencerminkan paradigma atau perspektif yang digunakan ahli-ahli komunikasi tersebut dalam mendekati fenomena komunikasi. Paradigma ilmiah (objektif, mekanistik, positivistik) yang penelaahannya berorientasi pada efek komunikasi tampak dominan, mengasumsikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab akibat, yang mencerminkan pengirim pesan atau yang biasa disebut komunikator/sumber/pengirim/enkoder (yang aktif) untuk mengubah pengetahuan, sikap atau perilaku komunikate/penerima pesan/sasaran/khalayak/dekoder (atau yang dalam wacana komunikasi di Indonesia sering disebut komunikan) yang pasif.
Kontras dengan defenisi-defenisi dan model-model komunikasi bersifat linier atau mekanistik, dalam pendekatan terhadap komunikasi yang transaksional atau lebih humanistik, defenisi-defenisi dan model-model komunikasinya pun berbeda. Bila dalam pendekatan saintifik orang-orang yang telibat dalam komunikasi dikategorikan sebagai pengirim pesan (sumber, komunikator) dan penerima pesan (sasaran, komunikate), dalam pendekatan yang lebih humanistik, mereka disebut peserta-peserta komunikasi (communication participants) atau keduanya disebut komunikator (communicator) atau istilah-istilah lain yang setara, misalnya dalam karya Donald Byker dan Loren J. Anderson, Saundra Hybels dan Richard L. Weaver II, Cassandra L. Book, William Gudykunst dan Young Yun Kim, dan Stewart l. Tubbs dan Sylvia Mess. Beberapa ahli menggunakan istilah komunikan (communicant) untuk merujuk pada pihak-pihak yang berkomunikasi atau peserta komunikasi, jadi identik dengan komunikator, bukan sebagai penerima pesan. Dalam Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary, salah satu arti communicant adalah one that communicates (seseorang yang berkomunikasi).
Tubbs dan Moss mendefenisikan komunikasi sebagai ‘proses penciptaan makna antara dua orang (komunikator I dan komunikator 2) atau lebih,” sedangkan Gudykunst dan Kim mendefenisikan komunikasi (antarbudaya) sebagai “proses transaksional, sombolik yang melibatkan pemberian makna antara orang-orang (dari budaya yang berbeda).” Dalam mempelajari komunikasi antarbudaya khususnya, kita lebih baik mendekatinya secara humanistic, tanpa harus mempertentangkannya dengan pendekatan mekanistik. Kita harus menerapkan asas perbedaan ketimbang asas persamaan. Apa yang kita anggap baik, sopan, indah, atau etis dalam budaya kita, belum tentu berarti demikian dalam budaya lain.
Jadi bukan tanpa alasan bila Gudykunst dan Kim menggunakan istilah Orang A (Person A) dan Orang B (Person B) dalam model komunikasi antarbudaya, mencerminkan dua posisi yang setara dan sama-sama aktif (komunikasi sebagai transaksi), ketimbang dua posisi yang berbeda:satu aktif dan lainnya pasif.
Suatu defenisi yang cermat, misalnya, dikemukakan oleh Pace dan Faules, yang selaras dengan defenisi Tubbs dan Moss tadi. Menurut mereka, terdapat dua bentuk umum tindakan yang dilakukan orang yang terlibat dalam komunikasi, yaitu penciptaan pesan dan penafsiran pesan.
II.IV. TIGA KONSEPTUALISASI KOMUNIKASI
Sebagaimna dikemukakan John R.Wenburg dan William W.Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, setidaknya ada tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi Sebagai Tindakan Satu Arah
Suatu pemahaman populer mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searahdari seseorang (atau suatu lembaga)kepada seseorang (sekelompok orang)lainnya, baik secara langsung (tatap-muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar,majalah,radio,atau televisi.
Pemahamankomunikasi sebagai prosessearah ini oleh Michael Burgoon disebut “definisi beroreintasi-sumber” (source-oriented definition). Definisi ini mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara senagaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain.Dalam konteks ini, komunikasi dianggap tindakan yang disengaja (intentional act) untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesutau kepada orang lain atau membujuknya untuk melakukan sesuatu.Pendek kata, konseptualisasi sebagai tindakan satu-arah menyoroti penyampaian pesan yang efektif dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat insrumental dan persuasif.Beberapa definisi yang sesuai dangan konsep ini adalah sebagai berikut:
~ Bernard Berelson dan gary Stiener:
“Komunikasi:Transmisi informasi, gagsan, emosi, keterampilan, dan sebagainya,dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur,grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang disebut komunikasi.”
~Theodoro m. newcomb:
“Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sunber kepada penerima.”
~Carl I. Hovland:
“Lomunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) ntuk mengubah prilaku orang lain (komunikate).”
~Everret M. Rogers:
“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihakan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”
~Raymond S.Ross:
“Komunikasi (intensional)adalah suatu proses menyortir,memilih ,dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.”
~Mary B. Cassata dan Molefi K. Asate:
(Komunikasi adalah) transmisi informasi dengan tujuan mempengaruhi khlayak.”
~Harold Lasswel:
“(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah denagn menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut) Who Says What In Which Chanel To Whom With What Effeck?” Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?
Berdasarkan definisi Lasswel ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain yaitu:
~Pertama, sumber(source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator.Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok,organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara. Kebutuhannya bervariasi ,mulai dari sekadar mengucapkan “selamat pagi” untuk memmelihara hubungan yang sudah dibangun, menyampaikan informasi, menghibur, hingga kebutuhan untuk mengubah ideologi, keyakinan agama dan prilaku pihak lain.Untuk menyampaikan apa yang ada dalam ahatinya (perasaan) atau dalam kepalanya (pikiran), sumber harus mengubah perasaan atau pikiran tersebut kedalam seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang idealnya dipahami oleh penerima pesan. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding).
~Kedua, pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagsan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen: Makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bebtuk organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan, dan perasan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah) ataupun tulisan (surat, esai,novel, puisi,famflet ). Pesan juga dapat dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggokan kepala, senyuman, tatapan mata, dan sebagainya), juga melalui musik, lukisan, patung, tarian,dan sebagainya.
~Ketiga, saluran atau media,ykni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonvebal. Saluran juga merajuk pada cara penyajian pesan: apakah langsung (tatap-muka) atau lewat media cetak (surat kabar, majalah) atau media elektronik (radio, telivisi).
~Keempat, penerima (reciever),sering juga disebut sasaran / tujuan (distination) , komunikate (communicatee), penyandi-balik (decoder) atau khalayak (audience),pendengar (listener), penapsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu,rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaanya,penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol vebal dan atau non verbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami.Proses ini disebut penyandian-balik (decoding).
~Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju),perubahan keyakina, perubahan prilaku (dari tidak bersedia membeli barang yang ditawarakan menjadi bersedia membelinya, atau dari tidak bersedia memilih partai politik tertentu menjadi bersdia memilihnya dalam pemilu,dan sebagainya.
Unsur-unsur lain yang sering ditambhakan adalah, umpan balik (feed back), gangguan / kendala komunikasi (noise / barriers), dan atau konteks atau situasi komunikasi.
2. Komunikasi sebagai interaksi
Dalam arti sempit interaksi berrati saling mempengaruhi (mutual influence). Dengan kata-kata Rosengren,beberapa proses A (termasuk prilaku) bebrubah sebagai hasil beberapa B (termasuk prilaku), dan sebaliknya, dalam setidaknya satu dan lebih dari satu putaran penuh. Sebenarnya seperti dikatakan Rosengren, inilah cara tumbuhan berinteraksi dengan tumbuhan, tumbuhan dangan hewan, dan hewan dengan hewan. Komunikasi manusia tentu tidak sepasif itu, karena manusia memeliki kesadaran.
Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala,kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Pokonya masing-masing dari kedua pihak berfungsi secara berbeda,bila yang satu sebagai pengirim, maka yang satunya lagi sebagai penerima. Begitu pula sebaliknya.
Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis dari pada komunikasi sebagai tindakan satu – arah. Namun pandangan kedua ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima pesan,karean itu masih tetap beroreintasi sumber, meskipun kedua peran tersebut dianggap bergantian.Jadi, pada dasarnya proses interaksi yang berlangsung juga masih bersifat mekanis dan statis.
Salah satu unsur yang dapat ditambahakandalam konseptualisasi kedua ini adalah umpan balik (feed back), yakni apa yang disampaikan oleh penerima pesan kepada sumber pesan, yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas yang ia sampaikan sebelumnya: apakah dapat mengerti , dapat diterima, mengahadapi kendala dan sebagainya, sehingga berdasarkan umpan balik itu, sumber dapat mengubah pesan selanjudnya agar sesuai dengan tujuannya. Tidak semua respons penerima adalah umapan balik.suatu pesan disebut umpan balik bila hal itu merupakan respons terhadap pesan pengirim dan bila mempengaruhi perilaku selanjudnya pengirim.
3. Komunikasi sebagai transaksi
Semakin banyak orang yang berkomunikasi,emakin rumit transaksi komunikasi yang terjadi. Dalam konteks ini komunikasi adalah proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Komunikasi sebagai transaksi bersifat intersubjektif, yang dalam bahasa Rosengron disebut komunikasi penuh manusia. Penafsiran anda ats perilaku verbal dan nonverbal orang alin yang anda kemukakan kepadanya juga mengubah penafsiran orang lain tersebut atas pesan-pesan Anda, dan pada gilirannya, mengubah penafsiran Anda atas pesan-pesan, begitu seterusnya.Menggunakan pandangan ini,tampak bahwa komunikasi bersifat dinamis.Pandangan inilah yang disebut komunikasi sebagai transaksi, yang lebih sesuai untuk kominikasi tatap-muka yang memungkin pesan atau respon verbal dan nonverbal bisa diketahui secara langsung.
Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respon yang dapat diamati. Artinya, komunikasi terjadi apakah para pelakunya menyengajanya atau tidak, dan bahkan meskipun menghasiljkan respon yang tidak dapat diamati.
Dalam kominikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan prilaku orang lain, baik prilaku verbal ataupun prilaku nonverbal. Pemahaman ini mirip dengan “definisi berorientasi-penerima” (reciever-oriented definition) seperti yang dikemukakan Burgoon, yang menekankan variabel-variabel yang berbeda, yakni penerima dan makna pesan bagi penerima, hanya saja penerimaan pesan itu juga berlangsung dua–arah, bukan satu–arah. Dalam komunikasi transaksional ini juga,pengamatan atas aspek tertentu saja, misalnya pesan verbal saja atau pesan nonverbal saja, tidak menunjukkan gambaran komunikasi yang utuh. Istilah transaksi mengisyaratkan bahwa pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam keadaan interdepedensi atau timbal balik, eksitensi atau pihak ditetukan oleh eksistensi pihak lainnya.
Beberapa definisi yang sesuai dengan pemahaman ini adalah,antara lain:
John R. Wenburg dan William W. Wilmot:
“Komunikasi adalah usaha untuk memperoleh makna.”
Donald Byker dan Loren J. Anderson:
“Komunikasi (manusia) adalah berbagi informasi anatara dua orang atau lebih.”
Willam I. Gorden:
“Komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.”
Judy C.Pearson dan Paul E. Nelson:
“Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna.”
Stewart L. Tubbs dan Sylvia moss:
“Komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.”
Diana K. Lvy dan Phil Backlund:
“Komunikasi adalah proses yang terus berlangsungdan dinamis menerima dan mengirim pesan dengan tujuan berbagi makna.”
Karl Erik Rosengron:
“Komunikasi adalah interkasi subjektif purposif melalui bahasa yang berartikulasi ganda berdasarkan simbol-simbol.
Para pakar tesebut mendefinisikan komunikasi sebagai proses karena komunikasi merupakan kegiatan yang ditandai dengan tindakan, perubahan, pertukaran, dan perpindahan.
II.V. KONTEKS-KONTEKS KOMUNIKASI
Secara luas konteks disini berarti semua faktor diluar orang-orang yang yang berkomunikasi,yang terdiri dari: Pertama, aspek bersifat fisik seperti iklim, cuaca.suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan. Kedua, aspek fisikologis, seperti: Sikap, kecendrunagn, prangsangka, dan emosi para peserta komunikasi. Ketiga,aspek sosial, seperti: Norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya. Dan keempat, aspek waktu, yakni kapan berkomunikasi (hari apa,jam berapa, pagi, siang, sore, malam).
Selain istilsh konteks (context) yang lazim, juga digunakan istilah tingkat (level), bentuk (type), situasi (situation), keadaan (setting), arena,jenis (kind), cara (mode), pertemuan, (ecounter) dan kategori. Menurut Verderber misalnya, konteks komunikasiterdiri dari: konteks fisik, knteks sosial,konteks hostoris, konteks fisikologis, dan konteks kultural.
Kategorisasiberdasarkan tingkat (level) paling lazim digunakan untuk melihat konteks komunikasi, dimulai dari komunikasi yang melibatkan jumlah peserta komunikasi paling sedikit hingga komunikasi yang melibatkan jumlah peserta paling banyak.Terdapat empat tingkat komuniksi yang dsepakati banyak pakar, yaitu: Komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa.
Beberapa pakar lain menambahkan komunikasi intrapribadi, komunkasi diadik (komunikasi dua orang) dan komunikasi publik (pidato didepan kalayak).
a). Komunikasi Intrapribadi.
Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)adalah komunikasi dengan diri-sendiri. Contonya berfikir. Dengan kata lain, komunikasi intrapribadi ini melekat pada komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri-sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi dengan diri-sendiri.
b). Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (Interpersonal Commucation) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap setiap peserta orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-istri, dua jerawat , dua sahabat dekat, guru-murid, dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah: pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat , pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal.
c).Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya saling bergantungan), mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka dalah sebagian ari kelompok tersebut, meskipun setiap anggota boleh jadi punya peran berbeda. Kelompok ini misalnya adalah keluarga,tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu kelompok yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.
d).Komunikasi Publik
Komunikasi publik (public communicstion) adalah komunikasi antara seseorang pembicara denagn sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa dekenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah, atau kuliah (umum).
Komunikasi publik biasnya berlangsung lebih vormal dan lebih sulit daripada komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang. Ciri-ciri komunikasi publik adalah: terjadi ditempat umum (publik), misalnya di auditorium, kelas, tempat ibadah (masjid,gereja) atau tempat lainnya yang dihadiri sejumlah besar orang, merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan alih-alih peristiwa relatif informal yang tidak terstruktur, terdapat agenda, beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus, seperti memperkenalkan pembicara,dan sebagainya, acara-acara lain mungkin direncanakan sebelum atau sesudah ceramah disampaikan pembicara.
Komunikasi publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk.
e.) Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi (organizational communication)terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal, dan juga informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Oleh karena itu, organisasi dapat diartikan sebagai kelompok dari kelompok-kelompok. Komunikasi organisasi sering kali menlibatkan juga komunikasi dadik, komunikasi antarpribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi kebawah, komunikasi keatas dan komunikasi horinzontal, sedangkan komunikasi formal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antarsejawat,juga termasuk selentingan dengan gosip.
f). Komunikasi massa
Komunikasi massa (mass communication)adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oelh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum,disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khusnya dimedia elektronik)
1 komentar:
makasih aku telah konsumsi tulisan mbak. bagus and menarik.ku harap ada tulisan ini bisa sayya kopy mmenjadi pustaka? Ok?.
Posting Komentar