Jadilah manusia yang pada saat kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tapi hanya kamu sendiri yang menangis. Dan pada saat kematianmu semua orang menangis sedih, tapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.
Kamis, 08 Januari 2009
EFEKTIVITAS KOUNIKASI DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat terselesaikan sesuai yang diharapkan.Dalam makalah ini kami membahas “Efektivitas Komunikasi dalam Komunikasi Antar Pribadi”,
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul, guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Baturaja, 25 November 2008
P e n u l i s
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................... 2
BAB I. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG......................................................................................... 3
BAB II. PEMBAHSAN MATERI................................................................................... 4
BAB III. PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................. 9
DAFTAR BACAAN........................................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pada hekekatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini paling efektif mengubah sikap, pendapat, atau prilaku seseorang. Komunikasi antar pribadi bersifat analogis. Artinya, arus balik terjadi langsung. Komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikasi saat itu juga. Komunikator mengetahuai secara pasti apakah komunikasinya positif, negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak berhasil maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
Menurut Kumar (2000: 121-122) efektifitas komunikasi antar pribadi mempunyai lima ciri, sebagai berikut :
1.Keterbukaan (openess). Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan antar pribadi.
2.Empati (empathy). Merasakan apa yang dirasakan orang lain.
3.Dukungan (supportiveness). Seseorang harus memiliki peranan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi konduktif untuk interaksi yang efektif.
4.Kesetaraan (equality). Pengetahuan secara diam-diam bahwakedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
BAB II
PEMBAHASAN
EFEKTIVITAS KOUNIKASI DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Sumeber-sumber informasi di pedesaan dari negara-negara berkembang, seperti Indonesia, cendrung melalui komunikasi antar pribadi. Caranya menggunakan jasa juri penerangan, penyuluh, tokoh mayarakat dan tokoh agama. Peranan keempat sumber informasi tersebut cukup penting sebagai agen prubahan dalam penyebaran ide-ide baru.
Ketika sesorang tidak mempunyai banyak informasi mengenai isu tertentu, maka pesan dari sumber yang mempunyai kreditilitas tinggi dapat dengan mudah diterima tanpa banyak berfikir. Umpan balik yang diperoleh dalam komunikasi antar pribadi adalah berupa umpan balik positif, negatif dan netral.
Komunikasi antar pribadi mempunyai peranan cukup besar untuk mengubah sikap. Hal itu karena komunikasi ini merupakan proses penggunaan informasi secara bersama (sharing process). Peserta komunikasi memperoleh kerangka pengalaman (frame of experience) yang sama menuju saling pengertian yang lebih besar mengenai makna informasi tersebut. Krangka pengalaman yang sama diartikan sebagai akumulasi dari pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan dan sifat-sifat lain yang terdapat dalam diri seseorang. Komunikasi berlangsung efetif apabila kerangka pengalaman peserta komunikasi tumpang tindih (over lapping), yang terjadi saat individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diteriama dari lingkunganya. Drajad hubungan antar pribadi turut mempengaruhi kekuasaan (depth) hubungan psikologis sesorang.
Taylor dan Altman, sebagaimana dikutif oleh joseph Devito (19997: 237-238) menekankan, bahwa dengan berkembangnya hubungan sosial, maka kekuasaan dan kedalaman komunikasi antar pribadi akan meningkat. Tingkat kekuasaan informasi yang dibicarakan dalam proses komunikasi antar pribadi dapat diilustrasikan dengan lingkaran. Pda lingkaran luar, informasi dibicarakan masih dangkal,. Informasi tersebur biasanya berlangsung antar invidu dan kenakalan. Lingkaran tengah menggambarkan hubungan yang lebih akrab, misalnya dengan kawan. Pada tahap ini informasi dibicarkan lebih mendalam. Lingkaran dalam, memperlihatkan hubungan sangat dekat. Jenis hubungan ini terjadi diantara saudara kandung, orang tua, atau sahabat karib. Hal tersebut biasanya ditandai dengan membicarkan pesan tertentu untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi.
Di masa lalu pendekatan komunikasi antar pribadi ditekankan pada situasi dua orang atau kelompok kecil. Dengan adanya perubahan perspektif tentang bagaimana kounikasi berlangsung, pendekatan komuniksi antar pribadi berubah menjadi bersifat hubungan. Perubahan perspektif teoritis ini menyebabkan komunikasi antar pribadi lebih melihat hubungan diantara individu. Individu sebagai personal network. Hal ini meningkatkan lingkaran pergaulan seseorang pada suatu isu tertentu, seperti: gizi bayi, kesehatan anak atau kampenye-kampanye publik lainnya. Variasi hubungan sesorang bergantung pada isu yang didiskusikan. Di samping itu,orang-orang tertentu mungkin saja menjadi pemuka pendapat pada suatu isu tertentu, tetapi tidak pada isu-isu yang lain.
Broome (1997: 173-175) menemukan bahwa orang-orang sering berkomunikasi dengan orang lain dengan memiliki karakteristik serupa. Istilah sosiologi yang dipkai untuk menunjukkan keserupaan di antara orang-orang itu adalah homofili. Prinsip yang paling dasar dalam komunikasi manusia (human communication) adalah berupa penerusan gagasan-gagasan. Paling sering terjadi karena antara sumber dan penerima terdapat kesamaan-kesamaan tertentu. Konsep homofili digunakan untuk menerangkan tingkat pasangan individu-individu yang berkounikasi dengan memiliki kesamaan atribut-atribut tertentu. Hla tersebut ditandai kesamaan keyakinan, nilai-nilai sosial, pendidikan dan status sosial.
Individu-individu yang mepuyai kesamaan atribut tadi kemungkinan besar merupakan anggota kelompok tertentu, hidup saling berdekatan, dan terikat pada kepentingan yang sama. Persamaan secara fisik dan sosial mendorong kearah homofili. Apabila sumber dan penerima informasi saling berbagi makna yang sama (common meaning), maka komunikasi akan berlangsung efektif. Bagian terbesar dari individu-individu yang berinteraksi satu sama lain, mempunyai kesamaan dan persamaan dalam status sosial, pendidikan dan keyakinan.
Ketika masyarakat menjadi semakin kompleks, atribut psikografik seperti gaya hidup dan tata nilai dalam mayarakat, menjadi lebih terdefevensiasi. Orang-orang yang tidak memiliki kesamaan cendrung kurang berkomunikasi satu sama lain. Ketidaksamaan diantara orang-orang itu disebut sebagai heterofili. Individu-individu yang mempunyai banyak perbedaaan karakteristik, memerlukan usaha (effort) untuk mengurangi jurang perbedaan agar komunikasi efektif.
Interaksi heterofili kemungkinan menyebabkan ketidakserasian kognitif (cognitive dissonance). Hal itu disebabkan penerima terkena keterpaan informasi yang tidak konsisten dengan keyakinan yang dimiliki. Untuk menjebatani komunikasi yang heterofili, diperlukan kemampuan yang empati dari sumber informasi.
David berlo (1997:172) mengembangkan konsep empati menjadi sebuah teori komunikasi. Untuk itu Berlo mengindentifikasikan empat tingkst ketergantungan komunikasi.
1.Peserta komunikasi memiliki pasangan yang sesuai dengan dirinya. Ketika keduanya saling berkomuikasi, maka satu sama lain akan saling berganti peran sebagai sumber dan penerima.
2.Tanggapan yang diharapkan dari komunikator berupa umpan balik yang didinginkan sumber adalah tanggpan positif dari informasi yang disampaikan.
3.Individu mempunyai kemampuan untuk menaggapai, mengantisifasi bagaimana merespon informasi, serta mengembangkan harapan-harapan tingkah laku partisipan komunikasi
4.Terjadi pergantian peran, untuk mencapai kesamaan pengalaman dalam prilaku empati. Kemampuan seseoramg untuk memproyeksikan dirinya kedalam pranan orang lain. Apabila sumber atau penerima atau keduanya berada dalam kondisi heterofili mampu mengatasi perbedaan satu sama lain, maka komunikasi akan lebih efektif. Heterofili yang tadinya merupakan hambatan utama untuk berkomunikasi secara efektif, dapat diatasi melalui empat sumber peberima.
Berlo juga membagi teori empati menjadi dua, yakni sebagai berikut :
1.Teori Penyimpulan ( Inference Theory)
Orang dapat mengamati atau mengindentifikasi prilakunya sendiri. Orang tersebut dapat menghubungkan prilakunya sendiri dengan prilaku orang lain. Seseorang mampu membangun dirinya sendiri berdasarkan pengamatan dan interpretasi prilaku dirinya sendiri. Dengan teori ini, orang akan mampu mengartikan dirinya sediri dan menyimpulkan dirinya.
2.Teori Pengambilan Peran (Role Taking Theory)
Seseorang harus terlebih dahulu mengenal dan mengerti prilaku orang lain. Tahpan pengambilan peran orang lain adalah sebagai berikut :
Seseorang menerima peran orang lain tanpa interpretasi
Memainkan peran orang lain dengan penuh pengertian, serta
Memerankan dan menempatkan diri pada orang lain sampai mengahayati prilaku yang diperankan
Adapun proses empati itu berlangsung melalui tiga tahapan sebagai berikut :
1.Kelayakan (Decentering)
Boden (1994:50-51) mengemukakan bahwa kelayakan adalah bagaimana seseorang individu memusatkan perhatian kepada oang lain, mempertimbangkan apa yang dipikirkan dan yang dikatakan orang lain tersebut.
2.Pengambilan Peran (Role-taking)
Mead memberikan pengertian bahwa pengambilan peran adalah mengindentifikasikan orang lain ke dalam dirinya, menyentuh kesadaran diri melalui peran orang lain.
Pengambilan peran dapat terjadi pada tiga tingkatan yang berbeda yaitu :
Tingkatan budaya (cultural level), yaitu mendasarkan pada keseluruhan karakteristik yang menjadi atribut norma atau nilai kelompok masyarakat.
Tingkatan sosiologis (sociological level), yaitu mendasarkan pada asumsi sebagai kelompok dan kebudayaan.
Tingkatan psikologis (psychological level), yaitu mendasarkan pada apa yang dialami individu tertentu dan asumsi mengenai karakteristik-karakteristik atau sifat-sifat yang unik.
Pengambilan peran dapat pula terjadi pada tiga ranah isi, yaitu proses perseptual, proses konseptual, dan ranah efektif. Kemampuan pengambilkan peran tidak selalu berurutan dari tiga ranah yang berbeda tersebut. Dalam proses komunikasi antar pribadi, seseorang dengan mudah menduga informasi masuk pada ranah isi tertentu dan ranah lainny, yang tidak berhubungan dengan aspek lain dari pengalaman seseorang.
3.Empati komunikasi (empathic communication)
Komunikasi meliputi penyampaian perasaan, kejadian, persepsi, atau proses yang menyatakantidak langsung perubahan sikap atau prilaku penerima. Barnland mengungkapkan bahwa komunikasi memberikan fasilitas untuk menampung suasa kreativitas yang tidak perluditafsirkan.
Blumer mengembangkan pemikiran Mead melalui pokok pikiran interaksionisme simbolik sebagai berikut :
“ Manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai objek tersebut bagi dirinya. Makna yang dipunyai berupa sesuatu tersebut berasal dari interaksi soasial antara seseoarang dengan sesamanya. Makna tersebut diubah melalui suatu proses penafsiran (interpretation process) yang digunakan seseorang dalam menghadapi sesuatu. Makna itu tidak begitu saja diterima seseorang melainkan ditafsirkan lebih dahulu (Kumanto Suharto, 1993: 44)”
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Komunikasi antar pribadi mempunyai peranan cukup besar untuk mengubah sikap. Hal itu karena komunikasi ini merupakan proses penggunaan informasi secara bersama (sharing process). Peserta komunikasi memperoleh kerangka pengalaman (frame of experience) yang sama menuju saling pengertian yang lebih besar mengenai makna informasi tersebut. Krangka pengalaman yang sama diartikan sebagai akumulasi dari pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan dan sifat-sifat lain yang terdapat dalam diri seseorang. Komunikasi berlangsung efetif apabila kerangka pengalaman peserta komunikasi tumpang tindih (over lapping), yang terjadi saat individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diteriama dari lingkunganya. Drajad hubungan antar pribadi turut mempengaruhi kekuasaan (depth) hubungan psikologis sesorang.
Komunikasi memberikan bimbingan kepada peserta komunikasi agar saling berbagi asumsi, perspektif, dan pengertian mengenai informasi yang dibicarakan untuk memudahkan proses empati.
DAFTAR BACAAN
Bitthen, John R. 1985. Broadcasting And Telecommunication,
An Introduction. New jersey: Prentice-Hall
Wiryanto, 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo
Boden, Margaret A. 1994. Piaget. London: Fontana Fress
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar