Minggu, 05 Desember 2010

PENGERTIAN EVALUASI PENDIDIKAN

Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives," Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.

Sedangkan, Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai "setiap usaha atau proses dalam menentukan nilai". Secara khusus evaluasi atau penilaian juga diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan. Dan menurut Anne Anastasi (1978) mengartikan evaluasi sebagai "a systematic process of determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils". Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan yang jelas.

Evaluasi berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan tidak berbeda (indifferent), walaupun pada hakekatnya berbeda satu dengan yang lain. Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai. Evaluasi
meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan.

Evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik bagi siswa/peserta pendidikan, pengajar maupun manajemen. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi dimana siswa mendapatkan nilai yang mernuaskan maka akan memberikan dampak berupa suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih meningkatkan prestasi. Pada kondisi dimana hasil yang dicapai tidlak mernuaskan maka siswa akan berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat diperlukan pemberian stimulus positif dari guru/pengajar agar siswa tidak putus asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

RUANG LINGKUP
Evaluasi pendidikan mencakup dua sasaran pokok, yaitu : evaluasi makro (program) dan evaluasi mikro (kelas). Secara umum, evaluasi terbagi dalam tiga tahapan sesuai proses belajar mengajar yakni dimulai dari evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi output.

Setiap jenis evaluasi memiliki fungsi yang berbeda satu dengan yang lain. Evaluasi input mencakup fungsi kesiapan penempatan dan seleksi. Evaluasi proses mencakup formatif, diagnostik dan monitoring, sedangkan evaluasi output mencakup sumatif.

Fungsi kesiapan penempatan dan seleksi adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui ketrampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program tersebut. Fungsi seleksi yaitu penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, seperti ujian saringan masuk perguruan tinggi tertentu dengan berdasarkan kriteria tertentu.
Fungsi formatif yaitu penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Adapun fungsi diagnostik dan monitoring adalah penilaian yang bertujuan untuk mengidentifikasi kelemahan kelemahan siswa dan faktor yang menjadi penyebab serta menetapkan cara untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut.

Fungsi surnatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, dengan tujuan untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa. Dengan kata lain berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh suatu proses pendidikan telah mencapai tujuan yang telah ditentukan.

EVALUASI PROGRAM
Para ahli evaluasi telah mengembangkan beberapa jenis evaluasi program. Jenis evaluasi program tersebut sangat beragarn dan variatif, namun kesemuanya dapaat ditsimpulkan bahwa pada akhirnya hasil dari evaluasi digunakan sebagai kepentingan pengambilan keputusan. Berikut ini diuraikan berbagai jenis evaluasi program yang samappai saat ini masih digunakan, sebagai berikut:

CIPP (Context Input Process Product)

CIPP merupakan salah satu evaluasi program yang dapat dikatakan cukup niemadai. Model ini telah dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebearn dkk (1967) di Ohio State University. CIPP merupakan akronim, terdid dari : context evaluation, input evaluation, process evaluation dan product evaluation dan setiap tipe evaluasi terikat pada perangkat pengambilan keputusan yang menyangkut perencanaan dan operasi sebuah program.

Evaluasi Konteks

Meliputi analisis masalah yang berhubungan dengan lingkungan program yang dilaksanakan, yang secara khusus berpengaruh pada konteks masalah yang menjadi komponen dalam piogram. Evaluasi konteks menjelaskan atau
menggambarkan secara jelas tentang tujuan program yang akan dicapai. Secara singkat dapat dikatakan evaluasi konteks; merupakan evaluasi terhadap kebutuhan, yaitu memperkecil kesenjangan antara kondisi aktual dengan kondisi yang diharapkan.

Dapat disimpulkan bahwa evaluasi konteks adalah evaluasi terhadap kebutuhan, tujuan pernenuhan dan karakteristik individu yang menangani. Seorang evaluator harus sanggup menentukan prioritas kebutuhan dan memilih tujuan yang paling menunjang kesuksesan program. Menurut Gilbert Sax, evaluasi konteks merupakan pengambaran dan spesifikasi tentang lingkungan program. Evaluasi konteks terutama berhubungan dengan intervensi yang dilakukan dalam program.

Untuk memudahkan memahami evaluasi konteks, evaluator dapat menjawab pertanyaan pertanyaan sebagai berikut :

1) Kebutuhan kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh kegiatan program ?
2) Tujuan program apa saja yang menjadi prioritas pencapaiannya ?
3) Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ?
4) Tujuan tujuan manakah yang paling mudah dilaksanakan ?
5) Tujuan tujuan program manakah yang benar benar sangat diinginkan masyarakat ?

Dalam menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut, stufflebleam memberikan saran sebagai berikut, misalnya dalam menentukan kebutuhan yang belum terpenuhi dengan meninjau kembali tujuan program kemudian menilai pelaksanaan program. Dan kedua hal ini diketahui kesenjangannya. Hal itulah yang menjadi kebutuhan yang belum terpenuhi.

Evaluasi Masukan

Meliputi pertimbangan tentang sumber dan strategi yang akan digunakan dalam upaya mencapai suatu program. Informasi informasi yang terkumpul selama tahap evaluasi hendaknya dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk menentukan sumber dan strategi analisis masalah yang berhubungan dengan lingkungan program yang di dalam keterbatasan dan hambatan yang ada.

Penilai masukan boleh rnempertimbangkan sumber tertentu apabila sumber-sumber tersebut terlalu mahal untuk dibeli atau tidak tersedia, dan pada pihak lain terdapat alternatif yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program. Demikian juga berkaitan dengan tenaga tenaga yang dapat melaksanakan program dapat diperhitungkan sebagai sumber masukan.

Evaluasi masukan membutuhkan evaluator yang memiliki pengetahuan luas dan berbagai ketrampilan tentang berbagai kemungkinan sumber dan strategi yang akan digunakan mencapai tujuan program. Pengetahuan tersebut bukan hanya tentang evaluasi saja tetapi juga dalam efektifitas program dan pengetahuan subtansi program itu sendiri dan berbagai bentuk dalam pengeluaran program yang akan dicapai.

Menurut Stufflebean evaluasi masukan dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1) Apakah strategi yang digunakan oleh program sudah sesuai dengan pencapaian tujuan?
2) Apakah sumber sumber termasuk (SDM) yang ada sudah sesuai dengan beban program yang akan dijalankan?
3) Apakah strategi yang diambil ini merupakan strategi yang benar benar sudah disepakati bersama oleh pengelola program?
4) Strategi yang manakah yang sudah ada sebelumnya dan sudah cocok untuk pencapaian tujuan yang lalu?
5) Sumber sumber daya manakah yang benar benar mempunyai kontribusi yang paling dominan?
6) Prosedur dan jadwal khusus manakah yang digunakan untuk melaksanakan strategi tersebut?
7) Apakah yang dapat dikatakan sebagai ciri khusus dari kegiatan yang dilaksanakan di dalam program dan apa pula akibat yang ditimbulkannya.
8) Bagaimanakah urutan prioritas sumber daya dan strategi yang paling mempunyai kontribusi terhadap pencapaian program?

Evaluasi Proses

Meliputi evaluasi yang telah ditentukan (dirancang) dan diterapkan di dalam pratek (proses). Seorang penilai proses mungkin disebut sebagai pemonitor sistern pengumpulan data dari pelaksanaan program sehari hari. Misalnya saja evaluator harus mencatat secara detail apa saja yang terjadi dalam pelaksanaan program. Pemonitor harus mempunyai catatan harian dan perkembangan setiap langkah dalarn pelaksanaan program. Tanpa mengetahui catatan tentang data pelaksanaan program tidaklah rnungkin pengambil keputusan menentukan tindak lanjut program apabila waktu berakhir telah tiba. Tugas lain dari penilai proses adalah melihat catatan kejadian kejadian yang muncul selama program tersebut berlangsung dari waktu ke waktu. Catatan catatan semacam itu barangkali akan sangat berguna dalam menentukan kelemahan dan kekuatan atau faktor pendukung serta faktor penghambat program jika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan.

Suatu program yang baik (yang pantas untuk dinilai) tentu sudah dirancang mengenai siapa diberi tanggung jawab dalam kegiatan apa, apa bentuk kegiatannya, dan kapan kegiatan tersebut sudlah terlaksana. Tujuannya adalah membantu penanggung jawab pemantau (monitor) agar lebih mudah mengetahui kelemahan kelemahan program dari berbagai aspek untuk kemudian dapat dengan mudah melakukan remedial atau perbaikan di dalam proses pelaksanaan program.
Stufflebean mengemukakan pertanyaan pertanyaan sehubungan dengan evaluasi proses ini, yaitu :
1) Apakah kegiatan program sudah sesuai dengan jadwal yang ditentukan ?
2) Apakah pelaksana sudah melakukan tugasnya sesuai dengan job-nya ?
3) Komponen apa saja yang belum sesuai dengan rancangan yang telah dibuat ?
4) Target komponen apa saja yang kiranya sulit dicapai dalam pelaksanaan program ? mengapa ? dan bagaimana solusinya ?
5) Perlukah para staf pelaksana diberi orientasi kembali mengenai mekanisme kegiatan program ?
6) Apakah fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola telah sesuai dengan kegunaan fungsinya ? kalau tidak mengapa ?
7) Apakah fasilitas dan bahan penunjang lain telah digunakan secara tepat ?
8) Hambatan hambatan penting apakah yang dijumpai selama pelaksanaan program berlangsung dan perlu diatasi ?

Untuk membantu menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut, Stufflebeam mengajukan saran kepada penanggung jawab program agar setiap kali diadakan diskusi yang diikuti oleh para staf pelaksana agar para staf tersebut selalu sadar akan mekanisme program. Disamping itu hambatan hambatan yang timbul selama dalam proses, segera dapat diidentifikasi, dan sambil jalan dapat diatasi dan diperbaiki.
Evaluasi Hasil

Adalah evaluasi yang dilakukan oleh penilai di dalam mengukur keberhasilan pencapaian tujuan tersebut dikembangkan dan diadministrasikan. Data yang dihasilkan akan sangat berguna bagi pengambil keputusan dalam menentukan apakah program diteruskan dimodifikasi atau dihentikan.

Pengembangan jenis evaluasi program model CIPP telah menekankan kerjasama dan keakraban antara tim penilai, pengelola dengan pengambil keputusan tentang program. Setiap bentuk evaluasi yang dijelaskan di atas telah menekankan tiga tugas pokok yang dilakukan yaitu :

1) Membeberkan semua jenis informasi yang diperlukan oleh pengambil keputusan.
2) Memperoleh informasi.
3) Mensintesakan informasi informasi sedemikian rupa sehingga secara maksimal dapat dimanfaatkan oleh para pengambil keputusan.

Evaluasi hasil merupakan tahap terakhir di dalam jenis CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Fungsinya adalah membantu penanggung jawab program dalam mengambil keputusan : meneruskan, memodifikasi atau menghentikan program. Evaluasi hasil mernerlukan perbandingan antara tujuan yang ditetapkan dalarn rancangan dengan hasil program dicapai. Hasil yang dinilai dapat berupa skor tes, data observasi, diagram data, sosiometri dan lain sebagainya, yang masing masing dapat ditelusuri kaitannya dengan tujuan tujuan yang lebih rinci. Kita dapat memperbandingkan pencapaian tujuan dengan hasil yang dicapai rnelalui presentase tiap tiap komponen program. Kemudian membuat analisis kualitatif mengapa sekian persen dicapai dan mengapa hal itu terjadi.

Stufflebeam telah menyarankan beberapa pertanyaan berkenaan dengan evaluasi hasil, sebagai berikut:

1) Tujuan tujuan manakah yang sudah dicapai ?
2) Pertanyaan pertanyaan seperti apakah yang dapat dibuat yang menunjukkan hubungan antara spesifilkasi prosedur dengan hasil nyata dari kegiatan program?
3) Kebutuhan individu manakah yang telah terpenuhi sebagai akibat dari kegiatan program ?
4) Hasil jangka panjang yang nampak sebagai akibat dan kegiatan program ?

Apabila tujuan yang ditetapkan program telah tercapai maka ukurannya tergantung dari kriteria yang telah ditetapkan. Ada kriteria (tolak ukur) yang menggunakan 100% sebagai standar, ada pula yang hanya 80%. Hal itu tergantung dari kepentingan setiap aspek yang diukur misalnya kesulitan pencapaian, kesederhanaan aspek bagi program dan sebagainya.

Eksperimen tentang perlakuan ada kalanya dinilai dengan membandingkan keberhasilannya melalui dua program atau lebih. Berhasil tidaknya variabel eksperimen dilihat pada akhir pemberian eksperimen tersebut. Efektifitas perlakuan yang diterapkan pada satu program dapat dilihat dengan cara membandingkan rerata (mean) skor akhir kedua program yang satu merupakan kelompok eksperimen dengan yang bukan. Tidak jarang terjadi bahwa pimpinan yang berstatus sebagai pengambil keputusan, tidak begitu memaharni tentang strategi eksperimen. Dalam hal seperti ini mereka disarankan bertanya kepada ahli yang rnemahami atau pada para pakar di perguruan tinggi.

Walaupun hasil eksperimen menunjukkan adanya perbedaan antara kedua kelompok (yang dikenal eksperimen dan yang bukan) namun pengambil keputusan tidak dapat begitu cepat mernutuskan untuk meneruskan, memodifikasi atau menghentikan perlakuan tersebut. Faktor faktor fain yang harus diikutsertakan sebagai bahan pertimbangan misainya biaya yang harus dipikul oleh individu atau masyarakat. Kemanfaatan (benefit) program yang nampaknya baru dapat dilihat atau dinikmati setelah jangka waktu lama. Perlu dipertimbangkan pengambilan kaputusannya dalam jangka waktu yang relatif lama pula.

Model Kesenjangan (Discrepancy)

Evaluasi kesenjangan program, begitu orang menyebutnya. Kesenjangan program adalah sebagai suatu keadaan antara yang diharapkan dalam rencana dengan yang dihasilkan dalam pelaksanaan program. Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standard yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program tersebut.

Standar adalah: kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan dengan hasil yang efektif. Penampilan adalah: sumber, prosedur, manajemen dan hasil nyata yang tampak ketika program dilaksanakan.

Langkah Langkah dalam Evaluasi Kesenjangan

Langkah langkah atau tahap tahap yang dilalui dalam mengevaluasi kesenjangan adalah sebagai berikut:

1. Pertama : Tahap Penyusunan Desain.
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan
a. Merumuskan tujuan program
b. Menyiapkan murid, staf dan kelengkapan lain
c. Merumuskan standar dalam bentuk rumusan yang menunjuk pada suatu yang dapat diukur, biasa di dalam langkah ini evaluator berkonsultasi dengan pengembangan program.

Contoh rumusan standar:
"Keberhasilan Program KPSM yang distandarkan adalah 70 % Warga Belajar meningkat pendapatannya dan ketrampilannya.
2. Kedua : Tahap Penetapan Kelengkapan Program Yaitu melihat apakah kelengkapan yang tersedia sudah sesuai dengan yang diperlukan atau belum. Dalam tahap ini dilakukan kegiatan
a. Meninjau kembali penetapan standar
b. Meninjau program yang sedang berjalan
c. Meneliti kesenjangan antara yang direncanakan dengan yang sudah dicapai.
3. Ketiga : Tahap Proses (Process)
Dalam tahap ketiga dari evaluasi kesenjangan ini adalah mengadakan evaluasi, tujuan tujuan manakah yang sudah dicapai. Tahap ini juga disebut tahap “mengumpulkan data dari pelaksanaan program”.
4. Keempat : Tahap Pengukuran Tujuan (Product)
Yakni tahap mengadakan analisis data dan menetapkan tingkat output yang diperoleh. Pertanyaan yang diajukan dalam tahap ini adalah .apakah program sudah mencapai tujuan terminalnya?"
5. Kelima : Tahap Pembandingan (Programe Comparison)
Yaitu tahap membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini evaluator menuliskan semua penemuan kesenjangan untuk disajikan kepada para pengambil keputusan, agar mereka (ia) dapat memutuskan kelanjutan dari program tersebut. Kemungkinannya adalah a. Menghentikan program b. Mengganti atau merevisi c. Meneruskan d, Memodifikasi

tujuannya (?)

Kunci dari evaluasi discrepancy adalah dalam hal membandingkan penampilan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

DESAIN EVALUASI
Sebelum melakukan desain evaluasi maka terlebih dahulu harus dilakukan fokus evaluasi yaitu mengkhususkan apa dan bagaimana evaluasi akan dilakukan. Bila evaluasi sudah terfokus, maka ini berarti proses dan desain dimulai. Ada tiga elernen dalam proses pemfokusan, yaitu : mempertemukan pengetahuan dan harapan, mengumpulkan informasi, dan merumuskan rencana evaluasi.

Penyusunan desain evaluasi program merupakan langkah pertama dan menyangkut aspek perencanaan. Di dalam tahap perencanaan ini diuraikan garis garis besar mengenai hal hal lain yang berkaitan dengan kegiatan evaluasi tersebut. Evaluasi program merupakan pelayanan bantuan kepada pelaksana program untuk memberikan input bagi pengambilan keputusan tentang kelangsungan program tersebut. Oleh karena itu, maka pelaksana evaluasi program harus memahami seluk beluk program yang dinilai.

1. Pengambilan keputusan mengeluarkan kebijakan mengenai pelaksanaan suatu program.
2. Kepala Sekolah menunjuk evaluator program (dapat dari bagian dalam pengelola ataupun orang luar dari program) untuk melaksanakan evaluasi program setelah melaksanakan selama jangka waktu tertentu.
3. Penilai program melaksanakan kegiatan penilaiannya, mengumpulkan data, menganalisis dan menyusun laporan.
4. Penilai program menyampaikan penernuannya kepada pengelola program.

Adapun komponen komponen evaluasi program, sebagai berikut:

1. Tujuan yang ditetapkan oleh pengambil keputusan dan diberitahukan kepada pelaksana program.
2. Kegiatan semua aktifitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, kegiatan harus relevan benar dengan tujuan
3. Sarana fasilitas penunjang kegiatan
4. Person pelaksana kegiatan
5. Hasil keluaran sebagai akibat dari kegiatan,

Efektifitas program ditentukan oleh sejauh mana hasil ini telah mendekati tujuan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan seorang evaluator dalam penyusunan desain evaluasi program. Sebelum evaluator menyusun desain terlebih dahulu harus mengetahui betul apa tugasnya. Secara garis besar terdapat tiga hal yang harus ditangani oleh seorang evaluator, yaitu :

1. Keberhasilan pencapaian tujuan:
Hubungan antara tujuan dengan hasil merupakan hal utama yang harus ditangani oleh seorang evaluator. Mereka harus memusatkan perhatiannya terhadap keberhasilan ini. Namun, evaluator tidak boleh terpaku terlalu erat dengan tujuan. Hal ini disebabkan, ada beberapa program mencanturnkan dengan jelas apa yang ingin dicapai dengan kegiatannya akan tetapi ada pula yang ticlak merumuskannya sama sekali. Pada kondisi ini, evaluator harus mencari informasi mengenai tujuan program tersebut karena ticlak mungkin seorang evaluator bekerja tanpa mengetahui tujuan apa yang ingin dicapai.

2. Tujuan program, yang dirumuskan oleh pengembang program.
Tujuan umum suatu program akan dijadikan titik awal kegiatan evaluator dalam menyusun desain evaluasi.

3. Proses yang terjadi dalam program, meliputi kegiatan, sarana penunjang dan personil pelaksana program.

Dalam hal ini, kegiatan merupakan aktualisasi yang ditentukan oleh para pengembang program. Kegiatan menunjukkan pada aktivitas yang diperhitungkan dari prosedur, teknik dan proses lain yang berkaitan dengan sumber pencapaian tujuan. Banyak evaluator program hanya terpaku pada hasil pencapaian dan kurang memperhatikan kegiatan yang menghasilkan pencapaian tujuan tersebut. Sarana biasanya terwujud


pada peralatan, ruangan, biaya dan hal hal lain yang diperhitungkan antara lain: Apakah sarana yang digunakan sudah tepat ? Apakah program itu mahal ? Apakah ada biaya yang belum diperhitungkan ?; sedangkan Person adalah pelaksana program baik yang tergolong sebagai tenaga edukatif, administratif maupun pengelola.

Langkah Penyusunan Desain

Sesudah memahami tentang isi yang terdapat di dalam program yang merupakan objek evaluasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penyusunan desain. Adapun hal hal yang perlu dilaksanakan, antara lain:

1 . Latar belakang.
2. Problematika (yang akan dicari jawabannya).
3. Tujuan evaluasi.
4. Populasi dan sampel
5. Instrumen dan sumber data
6.Teknik analisis data.

Langkah Penyusunan Instrumen

Adapun langkah langkah yang harus dilalui dalam menyusun instrumen, adalah :
1. Merurnuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun. Bagi para peneliti pemula, merumuskan tujuan seperti ini tidak lazim. Padahal sebenarnya langkah ini sangat perlu. Ticlak mungkin kiranya, atau apabila mungkin akan sukar sekali dilakukan, menyusun instrumen tanpa tahu untuk apa data terkumpul, apa yang harus dilakukan sesudah itu, apa fungsi setiap jawab dalam setiap butir bagi jawaban problematika dan sebagainya.
2. Membuat kisi kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel dan jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengukur bagian variabel yang bersangkutan.
3. Membuat butir butir instrumen.
Sesudah memiliki kisi kisi seperti contoh di atas, langkah penilai berikutnya adalah membuat butir butir instrumen.

Menyusun instrumen bukanlah pekerjaan yang mudah. Bagi peneliti pemula atau orang yang kurang tertarik pada pekerjaan evaluasi, tugas menyusun instrumen merupakan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi.

Kriteria Evaluator

Untuk memperoleh hasil evaluasi yang akurat, maka diperlukan kriteria keberhasilan dan kriteria tertentu terutama bagi evaluator program, di bawah ini diuraikan kriteria tersebut

Memahami mated

Memahami mated yaitu memahami tentang seluk beluk program yang dievaluasi, antara lain :

1 . Tujuan program yang telah ditentukan sebelum dimulai kegiatan
2. Komponen komponen program
3. Variabel yang akan diujicobakan atau dilaksanakan
4. Jangka waktu dan penjadualan kegiatan
5. Mekanisme pelaksanaan program
6. Pelaksanaan program
7. Sistem monitoring kegiatan program

Kriteria keberhasilan yang ditetapkan adalah dilihat dari mated, maka Evaluator membuat format pencapaian materi program yang direncanakan
dibandingkan dengan yang telah digapai berdasarkan penjabaran point 1 sampai dengan 7.

Menguasai Teknik

Menguasai teknik yaitu menguasai cara cara atau teknik yang digunakan di dalarn melaksanakan evaluasi program. Karena kegiatan evaluasi program mengenai sejumlah evaluasi, maka evaluator program dituntut agar menguasai metodologi evaluasi, yang meliputi

1. Cara membuat perencanaan evaluasi
2. Teknik menentukan populasi dan sampel
3. Teknik menyusun instrumen
4. Prosedur dan teknik pengumpulan data
5. Penguasaan teknik pengolahan data
6. Cara menyusun laporan evaluasi

Untuk metodologi yang terakhir ini evaluator program harus menguasai sesuatu yang lebih dibandingkan dengan peneliti karena apa yang disampaikan akan sangat menentukan kebijaksanaan yang terkadang memiliki resiko lebih besar.

Kriteria keberhasilannya adalah seorang evaluator harus dapat membuat point 1 sampai dengan 6 secara opersional.

Objektif dan Cermat

Tim evaluator adalah sekelompok orang yang mengemban tugas mengevaluasi program serta ditopang oleh data yang dikumpulkan secara cermat dan objektif. Atas dasar tersebut mereka diharapkan, mengklasifikasikan, mentabulasikan, mengolah dan sebagainya secara cermat dan objektif pula. Khususnya di dalam menentukan pengambilan strategi penyusunan laporan, evaluator tidak boleh memandang satu atau dua aspek sebagai hal yang istimewa dan tidak boleh pula memihak. Kriteria keberhasilan yang dipakai adalah apabila hasil penilaian dari evaluator dapat menunjukkan hasil yang objektif dengan alasan rasional dan didukung oleh data data yang akurat.

Jujur dan Dapat Dipercaya

Evaluator adalah orang yang dipercaya oleh pengelola dan pengambil keputusan, oleh karena itu mereka harus jujur dan dapat dipercaya. Mereka harus dapat memberikan penilaian yang jujur, tidak membuat baik dan jelek, menyajikan data apa adanya. Dengan demikian pengelola dan pengambil keputusan tidalk salah membuat treatment akan programnya.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang evaluator agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara tepat, yaitu :

1. Evaluator hendaknya merupakan evaluator yang otonom artinya orang luar yang sama sekali tidak ada ikatan dengan pengambilan kebijaksanaan maupun pengelola dan pelaksanaan program.
2. Ada hubungan baik dengan responden dalam arti dapat memahami sedalam dalamnya watak, kebiasaan dan cara hidup klien yang akan dijadikan sumber data evaluasi.
3. Tanggap akan masalah politik dan sosial karena tujuan evaluasi adalah pengembangan program.
4. Evaluator berkualitas tinggi, dalarn arti jauh dari biasa. Evaluator adalah orang yang mempunyai self concept yang tinggi, tidak mudah terombang-ambing.
5. Menguasai teknik untuk membuat desain dan metodologi penelitian yang tepat untuk program yang dievaluasi.
6. Bersikap terbuka terhadap kritik. Untuk mengurangi dan menahan diri dari bias, maka evaluator memberi peluang kepada orang luar untuk melihat apa yang sedang dan telah dilakukan
7. Menyadari kekurangan dan keterbatasannya serta bersikap jujur, menyampaikan (menerangkan) kelemahan dan keterbatasan tentang evaluasi yang dilakukan.
8. Bersikap pasrah kepada umum mengenai penemuan positif dan negatif. Evaluator harus berpandangan luas dan bersikap tenang apabila menemukan data yang tidak mendukung program dan berpendapat bahwa penemuan negatif sama pentingnya dengan penemuan positif.
9. Bersedia menyebarluaskan hasil evaluasi. Untuk program kegiatain yang penting dan menentukan, hasil evaluasi hanya pantas dilaporkan kepada pengambil keputusan dalam sidang tertutup atau pertemuan khusus. Namun untuk program yang biasa dan dipandang bahwa masyarakat dapat menarik manfaat dari evailuasinya, sebaiknya hasil evaluasi disebarluaskan, khususnya bagi pihak pihak yang membutuhkan.
10. Tidak mudah membuat kontrak. Evaluasi yang tidak memenuhi persyaratan persyaratan yang telah disebutkan sebaiknya tidak dengan mudah menyanggupi menerima tugas karena secara etis dan moral akan merupakan sesuatu yang kurang dapat dibenarkan.

CONTOH DESAIN EVALUASI

Latar belakang :

Dari pengamatan beberapa tahun diketahui bahwa program program peningkatan pendapatan dan ketrampilan ternyata kurang berhasil dari yang diharapkan. Dit. Diktentis sebagai lembaga yang menangani pembinaan teknis edukatif ingin mencoba program baru EMPE di SKB. Pedoman disusun oleh tim Dit. Diktentis yang dikoordinasikan oleh Direktur Diktentis dan dikirim langsung ke SKB dalam bentuk jadi, disertai dengan biaya penunjang.

Setelah program tersebut berlangsung beberapa bulan, Balitbang Dikbud ingin mengetahui efektifitas modul, untuk menentulkan kebijaksanaan selanjutnya: karena dipikirkan kelangsungan dan penyebarannya untuk sekolah sekolah lain.

Problematika :

Sebagai problematika umum yang akan dicari jawabannya adalah "apakah program EMPE dapat meningkatkan ketrampilan dan pendapatan anggotanya dalarn kurun waktu tertentu ? untuk mempermudah mencari jawaban, maka dirinci sebagai berikut:

1. Aspek Warga Belajar, antara lain
a. Apakah warga belajar aktif dalam kegiatan EMPE ?
b, Apakah tiap warga belajar mempunyai peran aktif ?
2. Aspek kegiatan EMPE, antara lain :
a. Apakah kegiatan EMPE berjalan sesuai rencana ?
b. Apakah fasilitator dan pengelola aktif dalam kegiatan EMPE ?
c. Apakah kegiatan EMPE dapat dilaksanakan secara lancar ? Bila tidak apa
sebabnya ?
d. Bagaimanakah kegiatan pemasaran hasil EMPE ?
e. Bagaimanakah manajemen EMPE ?
f. Hambatan apa dalam kegiatan EMPE ?

3. Aspek sarana, antara lain :
a. Sesuaikah dan kurangkah sarana/alat yang disediakan untuk keperluan kegiatan
EMPE ?
b. Apakah warga belajar tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan sarana / alat
tersebut ?
4. Aspek Fasilitator dan pengelola, antara lain
a. Apakah fasilitator dan pengelola, tidak mengalami kesulitan dalam membina dan
mengelola EMPE ?
b. Bagaimana hubungan antara Fasilitator dan Pengelola dengan warga belajar
dalam kegiatan EMPE ?
5. Aspek Hasil Belajar, antara lain :
a. Secara keseluruhan apakah kegiatan EMPE dapat meningkatkan ketrampilan dan
pendapatan warga belajar ?
b. Kalau dapat berapa prosen kenaikan tersebut ? dan kalau tidak apa sebabnya ?
berapa prosen ketidakmeningkatan tersebut ?
6. Aspek Tujuan Evaluasi :

Tujuan umum: tujuan evaluasi program adalah mengumpulkan informasi mengenai efektifitas pelaksanaan kegiatan EMPE.

Tujuan khusus : dari tujuan umum tersebut dapat dirinci atas tujuan-tujuan khusus sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui tanggapan warga belajar, pengelola, tutor, fasilitator dan penanggung jawab program terhadap kegiatan EMPE.
b) Untuk mengetahui hal hal yang berhubungan dengan kegiatan EMPE.
c) Untuk mengetahui ketepatan sarana dalam menunjang pelaksanaan kegiatan EMPE.
d) Untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi pengelola, fasilitator, penanggung jawab dan orang yang terlibat dalam kegiatan EMPE.
e) Untuk mengetahui prosentase peningkatan ketrampilan dan pendapat warga belajar.

7. Populasi dan sampel
Evaluasi dilakukan pada SKB yang dilaksanakan EMPE. SKB yang akan dijadikan tempat evaluasi dilakukan terhadap populasi maupun sampel, menurut variabel yang dinilai.
8. Instrumen dan sumber data :
Khusus evalusi program ini cukup banyak dan komprehensif, oleh karena itu instrumen untuk rnengumpulkan data perlu bervariasi.
a. Untuk rnengetahui tanggapan warga belajar tentang kegiatan EMPE dengan modul digunakan wawancara dan pengamatan dengan sumber data para warga belajar yang aktif dalam kelompok.
b. Untuk mengetahui hal hal yang berhubungan dengan kegiatan pengelola digunakan :
1. Pengamatan di dalam kelompok dengan sumber data kegiatan langsung dari aktifitas yang diamati.
2. Wawancara dengan sumber data yaitu : pengelola, tutor dan orang orang yang terlibat aktif.
3. Dokumentasi tentang pelaksanaan kegiatan EMPE dengan sumber data buku pengelolaan, buku kerja, buku laporan tugas, dan catatan catatan lain (paper).
4. Angket tentang pengelolaan sarana / alat kepada pengelola.
5. Untuk mengetahui ketetapan sarana yang digunakan dalam kegiatan, data dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi, sumber data dapat laboratorium, kegiatan praktikum warga belajar dan pengelola.
6. Untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem EMPE data dikumpulkan melalui wawancara dengan fasilitator, warga belajar pengelola dan tanggung jawab.
7. Untuk mengetahui peningkatan ketrampilan dan pendapatan warga belajar, datanya dikumpulkan melalui : dokumentasi pembukuan, pengamatan terhadap kegiatan warga belajar, wawancara kepada warga belajar mengenai hasilnya. Sedangkan untuk mengetahui pengelolaan sistem EMPE, datanya dikumpulkan melalui wawancara dengan para pengelola kelompok.

9. Teknik analisis data
Teknik yang digunakan untuk menganafisis data disesuaikan dengan bentuk problematika dan jenis data.
a. Problematika yang mengandung variabel tunggal, dianalisis secara diskriptif kualitatif.
b. Problematika komparasi atau korelasi dijawab dengan jawaban dari data yang diolah
dengan teknik statistik korelasi, t-test, ANAVA.
BENEFIT MONITORING AND EVALUATION (BME)

Sistem Evaluasi dan Monitoring Benefit atau biasa disebut sebagai Benefit Monitoring and Evaluation (BME) adalah kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap suatu program atau proyek dalarn rangka mengetahui sejauh mana program atau proyek tersebut memberikan manfaat sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.

Salah satu pihak yang mempromosikannya adalah ADB (ASIAN DEVELOPMENT BANK). BME dirnaksudkan untuk menghimpun berbagai informasi berkaitan dengan impact sebuah proyek dan atau nilai guna (benefit).

Pengertian tentang benefit ini sendiri sangat beragam, ada yang mengartikannya sebagai keuntungan/laba/profit (berkaitan dengan uang), adapula yang memberi arti lebih fieksibel yaitu nilai manibatinilai guna (tidak harus berupa uang), dari sebuah hasil produksi (barang, jasa, tenaga manusia). Kegunaannya antara lain, untuk meningkatkan kebijakan tentang efektifitas dari sebuah proses produksi.

Monitoring dan evaluasi dinilai sebagai himpunan kegiatan penting yang memungkinkan para pihak (stakeholders) untuk mernperkirakan perkembangan sebuah proyek selarna kegiatannya termasuk di dalarnnya adalah intervensi intervensi tentang keberhasilan atau kegagalan. Monitoring meliputi pengurnpulan data selarna pengernbangan bila intervensi diberlakukan. Adapun evaluasi biasanya terkait dengan impact yang meliputi lingkungan hidup, misalnya peningkatan akses kepada sumber daya dan asset untuk kelornpok khusus kaum miskin, perubahan tentang kerniskinan dan kesejahteraan atau tentang kapasitas tertentu (latihan, skill, pengetahuan). Evaluasi biasanya dilakukan pada pertengahan proyek berjalan (melalui intervensi), pada akhir proyek, ataupun setelah proyek dinyatakan selesai. Evaluasi yang dilakukan dapat berbentuk formative atau summative.

Evaluasi formative digunakan untuk membantu peserta dalam belajar dari pengalaman dan perubahan tindakan yang terjadi. Adapun evaluasi summative digunakan untuk mengembangkan gagasan dari keseluruhan impact yang timbul dalam mencapai keputusan tertentu.

Evaluasi yang dilakukan juga dapat dipandang secara subyektif atau obyektif, dapat pula menggunakan indikator kualitatif atau kuantitatif. Indikator kualitatif misalnya persepsi tentang inequality, derajat ketidakamanan pangan/food insecurity, persepsi tentang kekuatan dan kelemahan. Adapun Indikator kuantitatif misalnya pendapatan, belanja dan tabungan, tingkat produksi pertanian, stok populasi ternak.

Dengan kata lain, kegiatan evaluasi dan monitoring benefit terhadap suatu program atau proyek dilakukan secara komprehensif dan dinamis, mencakup pengkajian berbagai komponen input, process, output (hasil) dan outcome (dampak) dari program atau proyek yang dilaksanakan. Dari hasil pengkajian terhadap seluruh kornponen tersebut diharapkan dapat diketahui seberapa jauh manfaat suatu program atau proyek, dibandingkan dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

Namun, terdapat tiga area kesulitan yang menurut Eric Diggest sering terjadi dalam supervisi dan pengendalian pada pendidikan tinggi, yaitu :

1. Ukuran, pengalaman inventory, chek list, hasil riset yang tak sepadan dapat melernahkan reliabilitas dan validitas.
2. Trainee bidang konseling bebas untuk mengembangkan kernampuan konseling tetapi tidak mendapat gelar akadernik.
3. Para supervisor tidak dapat mengartikulasikan sasaran supervisi yang diinginkan oleh administratur pendidikan tinggi karena kurang menguasai teori supervisi.

Hal yang menjadi penyebab di atas, dikarenakan BME itu sendiri terdiri dari tiga kegiatan yang berbeda, yaitu:

1. Persiapan dan analisis benchmark (baseline) informasi. Benchmark informasi meliputi info yang bersifat kualitatif dan kuantitatif tentang arti pentingnya karakter sosial ekonomi individu dan atau kelompok yang terkait dengan proyek. Informasi ini bermanfaat untuk merancang sebuah proyek agar sesuai dengan kebutuhan dan kemanfatannya bagi user/customer.

2. Monitoring benefit rneliputi penyampaian pelayanan, kapan dan bagaimana pelanggan memanfaatkannya, efek segera dari pelayanan yang disediakan melalui proyek.

3. Tiga Iangkah utama evaluasi benefit meliputi penyiapan TOR (terms of reference) untuk organisasi evaluasi, seleksi organisasi dan supervisi selama evaluasi beriangsung.

Dalam bidang pendidikan, kegiatan benefit monitoring and evaluating telah banyak dilakukan di Indonesia, terutama terhadap program atau proyek yang selama ini sudah dilaksanakan seperti proyek pendidikan dasar atau Basic Education Project (BEP), baik di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional untuk tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah, dan di Iingkungan Departemen Agama untuk tingkat madrasah lbtidaiyah dan Tsanawiyah.

Sebagai contoh, untuk kegiatan BME BEP di Iingkungan Departemen Agama telah dilakukan sejak tahun 2000 sampai tahun 2002 untuk mengkaji proyek BEP yang sudah dijalankan pada madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. Proyek BEP itu sendiri telah berlangsung mulai tahun 1995/1996 sampai tahun 2001. Melalui kegiatan BME, dilakukan pengkajian apakah proyek BEP di Departemen Agama tersebut dapat memberikan manfaat bagi peningkatan mutu pendidikan dasar khususnya di madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. Pengkajian dalam hal ini mencakup kelancaran distribusi bantuan yang disampaikan dan manfaat bantuan proyek BEP bagi sekolah, pembelajar, tenaga pendidik, kepala madrasah, pengelola madrasah, yayasan, pengelola proyek, lembaga pelatihan, dan masyarakat pada umumnya.

Kamis, 02 Desember 2010

HAKIKAT KTSP

HAKIKAT KTSP

A.Landasan Penyusunan KTSP
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dalam penyusunannya, KTSP jenjang pendidikan dsar dan menengah mengacu kepada Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi.
Lulusan untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah, Peraturan mentri pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Peraturan Mentri Penbdidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 tahun 2006, dan berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan standar Nasional Pendidikan (BSNP).
B.Pengertian KTSP
KTSP yang merupakan penyempurna dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan / sekolah.
Penyusunan KTSP yang dipercayakan pada setiap tingkat stauan pendidikan hampir senada dengan prinsip implementasi KBK ( Kurikulum 2004) yang disebut pengelolaan Kurikulum Berbasis sekolah (KBS). Prinsip ini diimplementasikan untuk memberdayakan daerah dan sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengelola serta menilai pembelajaran sesuai dengan kondisi dan aspirasi mereka.
Dengan adanya Pengelolaan KBS, banyak pihak/ instansi yang akan berperan dan bertanggung jawab dalam melaksanakannya, yaitu seklah, kepala sekolha, guru, dinas pendidikan kabupaten atau kota. Dinas pendidikan provinsi dan Depdiknas.
C.Prinsip dan Acuan Pengembangan KTSP
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut :
1.Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
2.Beragam dan tepadu
3.Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
4.Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5.Menyeluruh dan berkesinambungan
6.Belajar sepanjang hayat
7.Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Selain itu, KTSP disusun dengan meperhatikan acuan operasional sebagai berikut :
1.Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
2.Peningktan potensi, kecerdasan, dan minat sesuia dengan tingkat pekembangan dan kemampuan peserta didik
3.Keragaman potensi dan karekteristik daerah dan lingkungan
4.Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
5.Tuntutan dunia kerja
6.Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
7.Agama
8.Dinamika perkembangan global
9.Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
10.Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
11.Kesetaraan gender
12.Karakteristik satuan pendidikan
D.Komponen KTSP
KTSP ada empat komponen, yaitu sebagai berikut :
1.Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Rumusan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan mengacu pada tujuan umum pendidikan berikut :
a.Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b.Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c.Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
2.Struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan
Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam Standar Isi, yang dikembangkan dari kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
a.Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b.Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c.Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d.Kelompok mata pelajaran estetika
e.Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/ atau kegitan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 7.
Muatan kurikulum tingkat stuan pendidikan meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bai peserta didik pada satuan pendidikan. Disamping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk kedalam isi kurikulum.
a.Materi pelajaran
b.Muatan lokal
c.Kegiatan pengembangan diri
d.Pengaturan beban belajar
e.Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan
f.Pendidikan kecakapan hidup
g.Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
3.Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan msyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi.
4.Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompotemsi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Berdasarakan silabus inilah guru bisa mengembangkannya menjadi rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan ditetapkan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bagi siswanya.
E.Struktur KTSP
Secara dokumentatif, komponen KTSP dikemas dalam dua dokumen.
1.Dikumen I emuat acuan pengembangan KTSP, tujuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, dan kalender pendidikan.
2.Dokumen II memuat silabus dari SK/KD yang dikembangkan pusat dan silabus dari SK/KD yang dikembangkan sekolah (muatan lokal, mata pelaran tambahan).

REFERENSI

Muslich Masnur, 2007. KTSP. Jakarta. Bumi Putra

resume andragogi

BAB I
PRINSIP PENDIDIKAN ORANG DEWASA

A.Hukum Belajar

Hukum belajar itu sendiri terdiri atas beberapa unsur, yaitu :

1.Keinginan belajar
Keinginan belajar merupakan hal yang sangat penting yang dapat meningkatkan efektivitas belajar. Keinginan belajar dapat timbul karena rasa tertarik yang mendalam terhadap sesutu objek, atau mungkin dapat disebabkan karena adanya kebutuhan terhadap suatu pengetahuan atau keterampilan tertentu, atau dapat tumbuh dari dorongan atau motivasi dari orang lain. Tugas pendidik adalah menumbuhkan keinginan kuat peserta didik mempelajari materi yang diajarkan. Belajar adalah masalah emosional sekaligus masalah intelektual. Oleh karena itu, peserta didik perlu mempunyai keinginan belajar jika ingin berhasil. Tanpa keinginan belajar, rasanya peserta didik sulit dapat berhasil.

2.Pengertian terhadap tugas
Peserta didik harus memperoleh pengertian yang jelas tentang apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuna yang telah ditetapkan. Ia harus mengetahui apa yang perlu dibaca, apa yang perlu dicacat, apa yang pelru dipelajari, apa yang perlu dilatihkan, apa yang perlu didiskusikan, apa yang perlu diteliti, apa yang perlu dipratikkan, dan apa yang perlu dilakukan agar dipelajarinya “memberi makan anak” dirumah.

3.Hukum Asosiasi
Belajar dengan menghubungkan ide atau fakta dengan ide atau fakta lain cendrung dapat menghasilkan ingatan yang lebih permanen daripada apabila tidak menghubungkannya. Belajar dengan menghubungkan tersebut adalah salah satu ciri kelebihan orang dewasa dibanding anak-anak, sebab orang dewasa mempunyai stock ide atau informasi yang dapat menarik pelajaran baru. Orang dewasa mampu menghubungkan konsep yang trekait dan menganalisisnya sampai mencapai suatu kesimpulan. Mereka dapat menetapakan prisnip-prinsip yang sedang dipelajari yang berlaku untuk situasi tertentu ke situasi lain yang sejenis.

Ciri penting hukum asosiasi adalah bahwa ide atau pengalaman baru akan menimbulkan emosi, jika dihubungkan dengan ide atau pengalaman nyata sebelumnya. Hal ini akan snagat berguna untuk meningkatkan semangat.

4.Minat, Keuletan, dan Intensitas
Dengan hanya sekedar latihan atau pengulangan tanpa disdari dengan minat, hasil belajar tidak alkan efektif. Keuletan dan intensitas dari suatu pengalaman mempunyai pengaruh yang memebkas pada ingatan. Seseotrang secara otomatis akan selalu ingat peristiwa kemengan dalam meraih penghargaan atau peristiwa tercapainya sesuatu yang diharapakan. Seseorang peserta didik akan selalu ingat pada nilai yang tinggi dalam salah satu mata pelajaran yang diambilnya apabila nilai tersebut dicapai dengan usaha yang ulet dan inetnsitas yang tinggi.

Jika minat tinggi, peserta didik akan merasa terikat dengan tugasnya, membrikan perhatian yang besar terhadap apa yang dikerjakan, dan menikmati pekerjaannnya. Dengan demikian, ia hanya memerlukan sedikit usaha yang dilakukannya secara sadar dalammenjalani proses belajar.

5.Ketetapan Hati
Ketetapan hati sangat menentukan, apakah seseorang akan tetap melanjutkan aktivitasnya atau tidak sama sekali. Sedangkan prasangka, kecurigaan, dan ketertutupan semuanya akan menghambat proses belajar yang efektif.
6.Pengetahuan tentang keberhasilan dan kegagalan
Seseorang peserta dalam pendidikan orang dewasa tidak akan memperoleh kemajuan dalam proses belajarnya kecuali jika ia mengetahui dalam hal apa saja is berhasil dengan baik dan dalam hal apa saja ia gagal. Situasi ini sangat dikendaki dalam pendiidkan orang dewasa adalah situasi dimana orang dewasa mampu menilai pekerjaanya sendiri dengan menggunakan kriteria atau standar yang dirancang khusus untuk pekerjaan itu.

B.Penetapan Tujuan

Kunci keberhasilan dalam pendidikan orang dewasa adalah mempunyai tujuan khusus tentang perilaku maupun performansi yang jelas dan bergerak menuju ke tujuan tersebut secara konsisten. Namun, sebelum sampai pada tujuan khusus, alangkah baiknya dibahas lebih dahulu tujuan umum pendidikan.

1.Tujuan Umum
Tujuan umum pendidikan orang dewasa sangat bervariasi, tergantung pada visi dan misi lembaga yang menyelenggarakannya. Sebagai gambaran mengenai tujuan umum ini, marilah kita gunakan tujuan umum pendiidkan di Amerika Serikat yang disebut dengan Tujuh prinsip Utama yang diambil dari artikel yang berjudul What Knowladge is of Most larangan filsuf terkenal Herbert Spencer. Tujuh Prinsip utama yang telah mengalami sedikit modifikasi ini adalah sebagai berikut :
a.Kesehatan : fisik, mental, dan keselamatan/keamanan.
b.Anggota keluarga yang berguba
c.Pekerjaan : bimbingan, latihan, dan efisiensi ekonomi
d.Pendidikan kewarganegaraan : prinsip demokrasi yang benar, lokal, negara bagian, dan nasional
e.Pemanfaatan waktu luang : rekreasi jasmani, pikiran, dan spiritual; pengayaan dan pengembangan kepribadian
f.Etika: nilai moral, jiwa pelayanan, dan tanggung jawab pribadi
g.Penguasaan pengetahuan dasar: sarana belajar seperti membaca, menulis, bahasa, metode berfikir secara ilmiah

Sebagai pembanding marilah kita lihat lagi catatan kita mengenai tujuan Pendidikan Nasional Indonesia yang dirumuskan oleh MPR, yaitu meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memeprkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (GBHN, 1978).

2.Maksud Pendidikan
Untuk memberikan gambaran maksud pendidikan ini, kita gunakan maksud pendiidkan di Amerika yang din\kenal dengan The Purposes of education in American Democraci, yang terdiri atas empat tujuan khusus, yaitu
a.Penyadraan diri
b.Hubungan masyarakat
c.Efisiensi ekonomi
d.Tanggung jawab warga negara (morgoan, et al,. 1976)

Sebagai pemabanding, di Indonesia, pendiidkan berurusan dengan pembinaan dan pengembangan daya-daya yang melekat pada diri manusia, yaitu daya fisik, daya nalar, daya rasa, daya cipta, daya karsa, an daya budi. Dalam pendidikan Pancasila maniefestasi dari daya-daya tersebut diharapkan akan mampu membuahkan manusia Indonesia yang sehat jiwa dan raganya, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, luhur budi pekertinya, mencintai bangsa dan sesama manusia.


3.Tujuan Khusus
Untuk tujuan khusus ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.Ciri tujuan khusus yang baik
Tujuan khusus yang baik akan dirumuskan untuk berbagai macam program pendidikan orang dewasa harus lebih spesifik daripada tujuh prinsip utama ataupun tujuan Pendidikan nasional yang telah disebut diatas. Disamping itu, suatu tujuan khusus penhajaran harus menyatakan perubahan perilaku )gulo, 2002; Raudabaugh, 1973; morgan , et al,. 1976).
Dari pendapat ketiga ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri tujuan khusus yang baik ialah sebagai berikut :
Harus ada sasarannya
Harus menunjukkan perubahan perilaku yang spesifik, jelas, dapat dicapai, dapat didemonstrasikan, dan dapat diukur
Harus diterima oleh sasaran sebagai tujuannya sendiri dan memberi kesempatan kepada sasaran untuk bergerak menuju apa yang mereka inginkan
Harus mengarah ketujuan umum
Biasanya dinyatakan dalam istilah pengetahuan, pengertian, kemampuan, keterampilan, minat atau rasa tertarik. Penghargaan, idealisme, penerapan dan kebiasaaan.
b.Tipe tujuan khusus
Pedoman telah disuusn untuk memperbaiki program pendidikan agar lebih sesuai dengan minta dan kebutuhan nyata dari peserta. Proses ini memerlukan evaluasi yang teliti terhadap tujuan khusus, dalam beberapa hal juga terdapat instruktur baru yang menyusun tujuan khusus.
Klasifikasi tujuan khusus
c.Menentukan tujuan khusus untuk kegiatan pendiidkan khusus




























BAB III
PROSES BELAJAR MENGAJAR ORANG DEWASA

Proses belajar mengajar adalah suatu proses berlangsungnya kegiatan belajar yang dilakukan oleh pelajar atau peserta didikdan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh pendidik atau pembimbing. Proses ini juga dapat dikatakan sebagai proses “menerima-memberi” dalam arti peserta didik menerima pelajaran dan pendidik memberi pelajaran.

A.Tahap Proses Belajar

Melalui proses belajar, seorang pelajar atau peserta didik yang tadinya tidak tahu suatu hal menjadi tahu. Proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar berlangsung melalui enam tahapan, yaitu : Motivasi, perhatian pada pelajaran, menerima dan mengingat, reproduksi, generalisasi, dan melaksanakan tugas belajar dan umpan balik.

B.Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi orang dewasa ketika dia berada dalam situasi belajar. Faktor-faktor tersebut mencakup faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri peserta didik. Faktor internal dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yakni faktor fisik dan non fisik. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri peserta didik atau lingkungan.

C.Ciri-ciri Belajar Orang Dewasa

Cara belajar orang dewasa berbeda dengan cara belajar anak-anak. Oleh karena itu, proses pembelajarannya harus memperhatikan ciri-ciri belajar orang dewasa berikut :
1.Motivasi belajar berasal dari dirinya sendiri.
2.Orang dewasa belajar jika bermanfaat bagi dirinya.
3.Orang dewasa akan belajar jika pendapatnya dihormati.
4.Perlu adanya saling percaya antara pembimbing dan peserta didik.
5.Mengharapkan suasana belajar yang menyenangkan dan menantang.
6.Orang dewasa belajar ingin mengetahui kelebihan dan kekurangannya.
7.Orientasi belajar orang dewasa terpusat pada kehidupan nyata.
8.Sumber bahan belajar bagi orang dewasa berada pada diri orang itu sendiri.
9.Mengutamakan peran orang dewasa sebagai peserta didik.
10.Belajar adalah proses emosional dan intelektual sekaligus.
11.Belajar bagi orang dewasa adalah hasil mengalami sesuatu.
12.Belajar adalah hasil kerja sama antara manusia.
13.Mungkin terjadi komunikasi timbal balik dan pertukaran pendapat.
14.Belajar bagi orang dewasa bersifat unik.
15.Orang dewasa umumnya mempunyai pendapat, kecerdasan, dan cara belajar yang berbeda.
16.Belajar bagi orang dewasa kadang-kadang merupakan proses yang menyakitkan.
17.Belajar adalah proses evolusi.
Ciri-ciri belajar orang dewasa tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan dan menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi orang dewasa.

D.Suasana Belajar yang Kondusif

Orang dewasa yang sedang belajar memerlukan suasana belajar yang kondusif agar proses belajarnya dapat berjalan dengan lancar. Berikut ini adalah suasana belajar yang kondusif bagi orang dewasa:
1.Mendorong peserta didik untuk aktif dan mengembangkan bakat.
2.Suasana saling menghormati dan saling menghargai.
3.Suasana saling percaya dan terbuka.
4.Suasana penemuan diri.
5.Suasana tidak mengancam.
6.suasana mengakui kekhasan pribadi.
7.Suasan membolehkan perbedaan, berbuat salah, dan keragu-raguan.
8.Memungkinkan peserta belajar sesuai dengan minat, perhatian, dan sumber daya lingkungannya.
9.Memungkinkan peserta didik mengakui dan mengkaji kelemahan dan kekuatan pribadi, kelompok, dan masyarakatnya.
10.Memungkinkan peserta didik tumbuh sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat.

E.Fungsi Pendidik

Memperhatikan bahwa belajar bagi orang dewasa akan menghasilkan perubahan prilaku, baik dalam hal pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, maka fungsi pendidik dapat dikatakan sebagai :
1.Penyebar pengetahuan.
2.Pelatih keterampilan
3.Perancang pengalaman belajar.
4.Pelancar proses belajar.
5.Sumber belajar.
6.Pemimpin kegiatan belajar.
7.Penjelas tujuan belajar.
8.Tutor simulasi.
9.Fasilitator KEJAR.


F.Sikap Pendidik

Sikap pendidik orang dewasa mempunyai arti penting dan pengaruh yang besar. Ada beberapa alasan untuk itu, antara lain : orang dewasa lebih kritis, orang dewasa mempunyai bahan pertimbangan untuk menilai sikap pendidik, orang dewasa berpegang pada norma-norma yang berlaku di masyarakat. Maksud sikap di sini adalah sikap mental maupun sikap fisik.
Dari beberapa pendapat, sikap pendidik yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1.Bekerja dengan suasana hati awal yang menyenangkan.
2.Tenggang rasa (empati).
3.Wajar (jujur, apa adanya, wajar, terus terang, konsisten, dan terbuka).
4.Respek, mempunyai pandangan positif terhadap peserta didik.
5.Komitmen terhadap kehadiran, bersedia menghadirkan diri secara penuh.
6.Mengakui kehadiran dan menghargai peserta didik.
7.Membuka diri, bersedia menerima dan memberi pendapat.
8.Tidak menjadi ahli, menjawab setiap pertanyaan seolah-olah menjadi ahli dalam segala hal.
9.Tidak diskriminatif, memberi perhatian kepada semua peserta didik secara rata.
10.Suka membantu, riang, humoris, akrab, menunjukkan perhatian.
11.Membangkitkan keinginan belajar.
12.Tegas, menguasai kelas. Membangkitkan rasa hormat.
13.Tidak memotong bicara dan menanggapi pertanyaan/komentar tidak dengan sikap emosional.
14.Tidak suka mengomel. Mencela, mengejek, menyindir.
15.Menerima gagasan yang mungkin bertentangan dengan harapan yang diinginkan.
16.Memberi dorongan peserta didik dalam mengembangkan pribadinya.
17.Mampu mengorganisasikan kelompok belajar.
18.Menumbuhkan prakarsa dan meningkatkan partisipasi peserta didik.
19.Menerima keterbatasan diri.

G.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Fungsi Pendidik

Menurut Lippit (Lunandi, 1982) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap pendidik, antara lain :
1.Tujuan dan rancangan pendidikan.
2.Lamanya pendidikan
3.Komposisi peserta didik.
4.Harapan peserta didik.
5.Harapan penyelenggara.
6.Profesi pendidik.
7.Keadaan pendidik.

























BAB VII
METODE DEMONSTRASI

A.Pengertian Metode Demonstrasi
Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa.
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstran cukup baik apabila di gunakan dalam penyampaian bahan pelajaran fiqih, misalnya bagaiamana cara berwudu, shalat, memandikan orang mati, tawaf pada waktu haji,dan yang lainnya.
B.Keuntungan dan Keterbatasan Metode Demonstrasi
1.Keuntungan Metode Demonstrasi
Ada beberapa pendapat mengenai keuntungan dan keterbatasan metode demonstrasi, namun jika disermati ternyata pendapat-pendapat tersebut memiliki banyak kesamaan, hanya sedikit perbedaannya, yaitu terletak pada penekananan dan sudut pandang dari penyumbang pendapat (Morgan, et al, 1976; Flores, Boeno dan Lapastora, 1984). Dari ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan beberapa keuntungan metode demonstrasi sebagai berikut :
a.Donstrasi menarik dan menahan perhatian
b.Dmonstrasi menghadirkan subjek dengan cara yang mudah dipahami
c.Dmonstrasi menyakinkan hal-hal yang meragukan apakah dapat atau tidak dapat dikerjakan
d.Mtode demonstrasi adalah objektif dan nyata
e.Mtode demonstrasi menunjukkan pelaksanaan ilmu pengetahuan dengan contoh
f.Dmonstrasi memepercepat penyerapan langsung dari sumbernya
g.Dmonstrasi membantu mengembangkan kepemimpinan local
h.Mtode demonstrasi memebrikan bukti bagi paraktik yang dianjurkan
2.Keterbatasan Metode Demonstrasi
Beberapa keterbatasan metode demonstrasi anatara lain sebagai berikut :
a.Dmonstrasi yang baik tidak mudah dilaksanakan. Keterampilan yang memadai diperlukan untuk melaksanakan demonstrasi ayng baik
b.Mtode demosntrasi terbatas hanya untuk jenis pengajaran tertentu
c.Demonstrasi hasil memerlukan waktu yang banyak dan agak mahal
d.Demonstrasi memerlukan hanya persiapan awal
e.Demosntrasi menimbulkan iri, misalnya bagi petani yang tidak menjadi operator
f.Demosntarsi dapat terpengaruh oleh cuaca
g.Demosntrasi dapat mengurangi kepercayaan jika tidak berhasil
C.Jenis Metode Demosntrasi
1.Metode Demosntrasi Cara
Demosntrasi cara menunjukkan bagaimana mengerjakan sesuatu. Hal ini termasuk bahan-bahan yang digunakan dalam oekerjaan yang sedang diajarkan dengan bagaimana mengerjakannya, serta menjelaskan setiap langkah pekerjaannya. Metode demosntrasi cara biasanya dapat diselesaikan dalam waktu yang relative singkat dan tidak memerlukan banyak biaya. Demosntrasi cara sering digunakan adalam acara program televisiatau program radio. Sebagai contoh, program yang menjelaskan langkah-langkah memasak, kerajinan, permianan kartu, dan olahraga (Morgan, et al, 1976). Di bidang pertanian dapat dipergunakan untuk menunjukkan cara membajak, memupuk, teknik bercocok tanam aru untuk mrnghindari erosi, dan sebagainya (Kang & Song , 1984); Flores, Boeno & Lapastora, 1983).
2.Metode Demonstrasi Hasil
Demonstrasi hasil dimaksudkan untuk menunjukkan hasil dari beberapa parktik dengan menggunakan bukti-buktiyang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan. Iklan komersial di televise sering didsarkan atas metode demosntrasi hasil. Sebagai contoh, iklan pasta gigi, sabun cuci pakaian, dan sebagainya. Demosntrasi hasil memerlukan prosedur produksi, biaya operasi, waktu dan tenaga kerja yang ekonomis, dan kualitas produk. Demosntrasi hasil memrlukan waktu yang lama, biaya dan cara baru disbanding dengan cara biasa yang dilakukan petani (Kang & Song, 1984; Flores, ueno & Lapastora, 1983).
D.Langkah-Langkah Metode Demonstrasi Cara
Dari pendapat Morga, et al, (1976), Kang & Song, 1984; Flores, ueno & Lapastora, 1983, dapat diususn langkah-langkah metode demonstrasi cara antara lain :
1.Merencanakan Demonstrasi cara
a.Tentukan masalah yang akan dipecahkan
b.Tentukan keterampilan yang akan diajarkan
c.Kumpulkan informasi tentang keterampilan tersebut dan pelajari secara detail untuk dapat diajarkan
d.Libatkan sasaran dalam perencanaan dan pelaksanaan demosntrasi
e.Rencanakan langkah demonstrasi
2.Memepersiapkan Demonstator
a.Persiapkan semua alat, perlengkapan dan materi yang diperlukan
b.Adakan latihan untuk menggunakan jenis alat, bahan dan perlengkapan
c.Persiapkan ruang yang luas dan cukup penerangnnya untuk demonstrasi
d.Dalam memeilih tempat demonstrasi, usahakan memilih lokasi yang strategis
e.Demonstrator harus mengetahui materinya
3.Mempersiapkan Pengamat
a.Tekankan betapa pentingnya proses yang didemonstrasikan
b.Melalui pertanyaan, dapatkan informasi yang telah diketahui pengamat mengenai subjek yang didemonstrasikan
c.Minta mereka menceritakan masalah dan pengalamannya
d.Berikan satu contoh nyata atau lebih untuk menunjukkan jalannya proses
e.Minta pengamat membantu dalam merencanakan langkah-langkah yang akan dilakukan sesuai dengan prosedur operasionalnya
f.Bantu pengamat dalam memepelajari sesuatu hal selama demonstrasi cara dilaksankan
g.Jika perlu, gunakan slide, video, film, dan gambar hidup lainnya untuk meningkatkan minat
4.Melakukan Demonstrasi Cara
a.atur tempat pengamat sedemikian rupa sehingga mereka adapat melihat demonstrasi dengan baik
b.Demonstrasikan setiap langkah perlahan-lahan dan hati-hati
c.Lengkapi demonstrasi dengan ilustrasi dan penjelasan
d.Ajukan pertanyaan selama demonstrasi
e.Beri dorongan pengamat mengajukan pertanyaan
f.Beri waktu untuk berdiskusi
g.Beri dorongan kepada pengamat untuk membantu demonstrasi
h.Lengakapi demonstrasi dengan literature, model, dan bahan visualisasi
i.Selesaikan setiap langkah sebelum melanjutkan ke langkah berikutnya
j.Jelaskan mengapa, bagaimana, dan kapan langkah tersebut diambil
k.Tekankan bagian-bagian kunci dan tuliskan di papan tulis (jika ada)
l.Jelaskan bahaya yang mungkin terjadi dalam melaksankan proses.
m.Simpulkan apa yang telah dikerjakan, atau minta pengamat untuk menyimpulkan
n.Jelaskan setiap pertanyaan tentang langkah-lagkah dalam proses yang sedang dijlani
5.Menganalisis Hasil
a.Pastikan Pengamat atau wakil kelompok telah mengerjakan tugasnya
b.Minta mereka mengerjakan proses satu langkah pada satu waktu
c.Jelaskan berbagai pertanyaan yang muncul
d.Jika perlu beri bimbingan secara individual
e.Ajukan pertanyaan untuk lebih memeprjelas setiap hal yang belum benar-benar dimengerti
f.Bantu anggota kelompok dalam membuat perencanaan dan menyelesaikan suatu proses sesuai dengan apa yang diperlukan
g.Evaluasi dengan seksama, tunjukkan jika terdapat kelebihan dan kelemahan
h.Kunjungi sasaran yang menunjukkan minat besar terhadap demonstrasi
E.Menilai Metode Demonstrasi Cara
Setiap instrukturatau demonstrator harus berhati-hati dalam menilai setiap demonstrasi dengan segala perlengkapannya. Umumnya pendidik melibatkan pengamat dalam membuat penilaian. Pengamat perlu banyak dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaannya.
F.Tahapan Demonstrasi Hasil
Suatu demonstrasi hasil sangat efektif dalam membutuhkan kepercayaan terhadap ide baru karena demonstrasi hasil menunjukkan bukti yang nayata dan objektif bahwa ide baru tersebut dapat dilaksankan dan menguntungkan. Agar suatu ide dapat diterima warga masyarakat tertentu, maka jalan yang harus ditempuh akan lebih mudah dan lebih murah jika warga masayarakat tersebut telah mempunyai kepercayaan terhadap ide itu. Apabila akan menggunakan demonstrasi hasil, tahapan berikut ini dapat dipertimbangkan :
Merencanakan Demonstrasi Hasil
1.Perencanaan demonstrasi hasil sama dengan perencanaan demonstrasi cara sampai dengan langkah kelima
2.selanjutnya, pilih lokasi demonstrasi yang strategis
3.sering mengunjungi demonstrasi untuk menyakinkan bahawa ia telah memahami maksud demonstrasi dan cara melaksanakan demonstrasi
Mempersiapkan Demosntrator
1.Demonstrator pada demonstrasui hasil harus memeprhatikan lima langkah persiapan yang sama seperti pada demonstrasi cara
2.Instruktur atau pimpinan sebaiknya memilih orang setempat untuk melaksankan demonstrasi
3.Pimpinan sebaiknya membuat rencana yang akan digunakan demonstrasi
4.Pimpinan sebaiknya membuat publikasi secukupnya
Melaksanakan Demonstrasi Hasil
1.Demonstrasi sebaiknya dilaksanakan di kelas atau tempat timbulnya masalah
2.demonstrasi sebaiknya tidak berusaha untuk mendapatkan fakta baru, tetapi lebih ditekankan untuk membuktikan hasil yang dicapai berdasarkan penelitian
3.Suatu hal yang baik untuk membandingkan hasil dari dua cara atau lebih, atau membandingkan hasil dari cara lama dengan hasil dari acara yang baru
Memepergunakan Hasil
1.gunakan bahan dari demonstrasi hasil sebagai bahan pertemuan, surat kabar, pameran, wawancara radio, dll
2.Analisis alas an / sebab kegagalan dan keberhasilan, dan gunakan hasil analisis tersebut untuk keperluan mengajar
3.Gunakan hasil demonstrasi untuk tindak lanjut, seperti pelatihan bagi mereka yang tertarik
G.Ilustrasi Demonstrasi Cara
1.Motivasi
2.Mengajar dengan Hanya Menceritakan
3.Mengajar dengan Hanya Meperagakan
4.Mengajar dengan Penjelasan yang Benar dan Memperagakannya adalah Cara yang Baik
H.Empat LAngkah Dalam Pelatihan Kerja
Empat langkah dalam pelatihan kerja berikut akan menghemat waktu, membuat pekerjaan lebih aman, mengurangi kerusakan, menghindari pemborosan, dan meningkatkan kualitas. Pelatihan ini banyak dilkaukan dalam industri
Langkah 1 : Memeprsiapkan pelajar
Langkah 2 : Melakukan pekerjaan
Langkah 3 : Mencoba keterampilan
Langkah 4 : Tindak Lanjut

I.Ilustrasi Demonstrasi Hasil
Ilustrasi demonstrasi hasil yang dapat diselesaikan dalam periode waktu yang pendek sangat lama. Beratus-ratus contoh dapat ditemukan dalam program pendidikan oaring dewasa dari system yang melibatkan 100 kelas atau program yang terpisah.
BAB VIII
METODE PELATIHAN
A.Pengertian Pelatihan
Pelatihan adalah salah satu metode dalam pendidikan orang dewasa atau dalam suatu pertemuan yang biasa digunakan adalam meningkatkan pengetahuan, keteramapilan, dan mengubah sikap peserta dengan cara yang sfesisik. Pengetahuan tentang jenis pelatihan ini sangat penting, agar pelatihan yang dilaksanakan adapat efektif mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B.Pelatihan Kepekaan
1.Kelompok-T
Jantung pelatihan adalah kelompok-T, suatu istilah yang sama artinya dengan kelompok training (kelompok pelatihan). Pengalaman kelompok-T ini dianggap sebagai aspek yang terpenting, sebab dalam kelompok-T seseoarang memeperoleh pengaruh emosional yang kuat. Diharapkan bahwa kelompok-T dap[at berperan sebagai “wadah peleburan” interaksi personal yang dapat menghasilkan suasana belajar yang kondusif. Suasana kondusif adalah salah satu unsure utama dari pengalaman kelompok-T.
2.Pesiapan Pelatihan
Mengamati situasi di perusahaan atau di rumah merupakan hal yang penting, yaitu untuk menentukan masalah yang perlu pemecahan. Indentifikasi masalah biasanya merupakan langkah pertama menuju pemecaan masalah.
3.Manfaat Pelatihan
Pelatihan kepekaan meempunyai pengaruh yang besar terhadap bisnis dan industri serta oragnisasi keagamaan dan profesi. Sebagai contoh, dalam profesi mengajar terjadi ketegangan anatara guru dan administrator. Untuk mengatasinya perlu mengembangkan empati dan tujuan yang dapat dipenuhi dengan cara pelatihan kepekaan.
4.Peringatan
Terdapat beberapa peringatan yang perlu dicacat jika ingin merencanakan pelatihan kepekaan, yaitu sebagai berikut :
a.Pelatihan kepekaan hatus cukup waktunya untuk membawa perubahan pada peserta
b.Hasil yang terbaik cendrung berasala dari pengalaman “pulau budaya” yang terisolasi, di mana pesertanya “ jauh dari dunia” yang secara konstan selalu bersama-sama.
c.Kurang bijaksana untukmmencoba mengambil peserta dari perusahaan atau system yang sama untuk dilatih
d.Kadangkala sulit untuk memisahkan pengalaman kelompok-T dengan terapinya
e.Personil yang kurang terlatih, yang membantu pelaksanaan pelatihan kepekaan sebagai “pencuri otak”
f.Banyak pelatih baru, didasari semangat ingin memeperoleh pengalaman, tergesa-gesa dan mulai melatih tanpa pengalaman professional yang cukup
g.Mereka yang ahli dan pelatihan kepekaan, karena pengalaman dan pelatihan merka yang sudah lama, mungkin gagal menerapkan teknik yang tepat dalam membnatu kelompok sukarela di tingkat local
h.Pelatihan yang intensif sangat bepotensi menyebabkan frustasi pada porsi tanpa arahan dan di luar pengendalian
i.Tidak semua jenis pelatihan berfungsi sama bagi seluruh personel
C.Pelatihan Kepemimpinan
Pelatihan kepemimpianan mungkin berbeda dengan pelatihan kepekaan. Hal itu tergantung pada apa yang ingin dikerjakan dalam pelatihan kepemimpinan.
D.Pelatihan Kerja
1.Definisi Pelatihan Kerja
Menurut Dejnozka & Kapel (1982), pelatihan kerja dapat didefinisikan sebagai “program terencana dari latihan yang sistematis tentang performansi kemampuan tertentu “(malon, 1984).
2.Asumsi dan Rasional Dasar
Pimpinanan penyuluhan yang merencanakan program pelatihan kerja seyogianya mempunyai asumsi dan rasional dasar dalam pikirannya sebelum kegiatan dilaksanakan. Asumsi ini seyogiyanya termasuk fakta di mana pria atau waniata sevcara individu maupun berkelompok dapat belajar tentang pekerjaannya, dan belajar sebaik mungkin ketika terlibat secara aktif dalam proses belajar.
3.Pedoman Bagi Perencana Program Pelatihan Kerja
Proses perencanaan program sebaiknya digunakan untuk mendesain program peltihan kerja yang efektif. Berikut ini adalah pedman perencanaan yang terdiri atas komponen dan pertanyaan yang perlu dijawab oleh perencan pelatihan kerja.
a.Identifikasi masalah
b.Identifikasi pelajar / peserta
c.Identifikasi tujuan umum dan tujuan khusus
d.Strategi kesempatan belajar dan pemilihan pengajaran
e.Format dan penjadwalan kegiatan belajar
f.Evaluasi dan penilaian
E.Pelatihan Partisipatif
Pelatihan untuk orang dewasa memerlukan strategi dan teknik yang berbeda dengan pelatihan bagi anak-anak (paedagogis). Oleh karena it, diperlukan pendekatan yang berbed, yiatu keterlibatan atau peran serta peserta pelatihan., dan pengaturan lainnya yang menyangkut materi pelatihan, waktu penyelenggaraan, dan lain sebagainya.
Agar pelatihan partisipatif dapat berjalan dengan lancer, maka pemandu (fasilitator), pelatih (trainer) dengan menggunakan metode dan teknik yang banayk melibatkan peran serta peserta harus dapat berperan dengan baik untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Dalam pelatihan partisipatif biasanya digunakan apa yang diesbut siklus belajar dari pengalaman (eksperiential learning cycle). Yakni ;
1.Mengalami
2.Mengungkapkan
3.Menganalisis
4.Generalisasi
5.Menerapkan
Gambar

1.Megalami. Pengalaman merupakan inti proses belajar
2.Mengungkapkan. Tahapan ini merupakan tahapan dimana peserta mengungkapkan pengalamannya
3.Menganalisis. Tahap ini merupakan suatu proses pemahaman yaitu suatu proses untuk mencoba memahami berbagai ungkapanb pengalaman dari berbagai pihak yang terlibat dalam proses belajar atau proses pelatihan secara kritis.
4.Generalisasi. Terhadap ini merupakan tahap yang sangat penting dalam proses belajar dan pelatihan.
5.Menerapkan. Tahap ini merupakan tahap dimana kita melakukan dan melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan atas hasil pembelajaran.
F.Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Merancang Pelatihan
Setiap perencanaan selalu ada unsur-unsur: (1) siapa, (2) apa, (3) dimana, (4) bagaimana, (5) kapan (kartasaproetra,1994, ibrahim, 2003, proyek Deliveri, 2000b). sejalan dengan itu, dalam perencanaan pelatihan pun terdapat unsur-unsur tersebut. Seperti dikemukakan oleh (Lunandi, 1982), unsur-unsur perencanaan pelatihan antara lainsebagai berikut.
1.Siapa yang akan dilatih?
2.apa yang akan mereka pelajari?
3.Siapa yang akan menyampaikan pelajaran?
4.dengan cara bagaimana mereka akan dilatih?
5.Bagaimana hasil pelatihan akan dievaluasi?
G.Prosedur Ranacangan Pelatihan
1.Identifikasi kebutuhan. Kebutuhan akan pendidikan orang dewasa dari berbagai pihak(peserta, organisasi penyelenggara, masyarakat, maupun pemerintah)perlu diidentifikasi secara cermat. Kebutuhan masing-masing pihak mungkinberbeda satu sama lain.
2.Identifikasi sasaran. Maksud sasaran disini adalah prilaku peserta yang diharapkan setelah mengikuti pelatihan.
3.Identifikasi sumber. Perlu dianalisis sumber-sumber yang di perlukan (dana, penceramahan, fasilitator, alat, perlengkapan dan lain-lain).
4.Pengembangan alternatif. Alternatif lain perlu dikembangkanuntuk mencari cara mencapai tujuan/sasaran yang terbaik.
5.Seleksi. Seleksi terhadap semua alternatifdilakukan dengan mempertimbangkan sumber daya, hambatan, kelebihan dan kekurangan masing-masing alternatifserta sasaran yang ingin dicapai.









H.Contoh Rancangan Kegiatan Pelatihan

No
Pertanyaan
Jawaban
1
Siapa yang akan dilatih
Orang-orang dewasa yang berminat dan belum mempunyai pengetahuan perkoperasian dengan pendidikan formal, profesi, usia,jenis kelamin yang beragam
2
Apa yang akan mereka pelajari?
a.fasafah kerja sama dalam kelompok
b.keterampilan hubungan dwngan manusia (human relations)
c.teknis pengolahan koperasi
3
Siapa yang akan menyampaikan pelajaran?
Tiga orang staf pendidikan biro konsultasi koperasi kredit (yang telah mendapat pelatihan koperasi dan POD).
4
Dengan cara bagaimana mereka akan dilatih?
a. Metode pendidikan orang dewasa
b. Metode laboratorium digunakan untukmengajarkan fasafahkerja samadalam kelompok dan keterampilan hubungan antar manusia.
c. Ceramah digunakan untuk memberikan pengetahuan dasar.
d. Studi kasus dipakai untuk memberikan pelajaran kepengurusan dan peraturan koperasi.
e. Permainan peran untuk pendekatan manusiawi
f. Pemutaran slide untuk menumbuhkan motivasi.
g. Latihan eksperimensial untuk teknis administrasi perkoperasian.
5
Apa yang akan mereka pelajari?
a.falsafah kerja sama dalam kelompok.
b.keterampilan hubungan dwngan manusia (human relations)
c.teknis pengolahan koperasian.
6
Bagaimana hasil pelatihan akan dievaluasi ?
Hasil pelatihan akan dievaluasi dalam dua tahap:
a.Segera setelah selesai kegiatan pelatihan, dengan menggunakan formulir evaluasi yang diisi oleh para peserta.
b.Segera setelah peserta merintis pembentukan koperasi kredit, peserta diminta mengirim surat kebiro konsultasi koperasi kredit.

I.Pengaturan Ruangan

Dalam menata ruangan pelatihan, perlu diperhatikan beberapa hal penting berikut ini:
1.Ruangan yang cukup luas untuk menampung semua peserta yang akan hadir
2.Ruangan khusus, baik untuk diskusi kelompok kecil maupun untuk sidang paripurna.
3.Penerangan yang cukup terangdan tidak menyilaukandan stop kontak untukberbagai alat bantu audiovisual
4.Peredaran udara yang cukup baik dengan jendela-jendela yang cukup.
5.Ruangan yang cukup bersih.
6.Ruangan yang cukup tenang.
7.Toilet yang cukup baik untuk peserta.
8.Kursi yang cukup jumlahnya dan baik kondisinya untujumlah peserta yang direncanakan.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkandalam pengaturan tempat duduk bagi pendidikan orang dewasa adalah sebagai berikut:
1.Agar peserta dapat melihat pendidikan dengan jelas
2.Agar peserta dapat memandang satu sama lain. biasanya diatur melingkar, bentuk U, atau setengah lingkaran.
3.Agar peserta dapat meninggalkan tempat duduknya dengan mudah, jika ia harus ke depan untuk menjelaskan sesuatu atau harus pindah ke kelompok kecil.
4.Agar setiap peserta dapat melihat dengan jelas alat – alat peraga yang dipergunakan.
5.Agar tidak ada peserta yang duduknya menghadap cahaya yang menyilaukan.
6.Agar pembimbing bebas bergerak untuk berbagai keperluan, seperti menggunakan alat peraga, membuat variasi gerakan dalam menyampaikan materi pelatihannya.
7.Agar tersedia sebuah meja di sudut ruangan untuk meletakkan bahan ajar yang tidak segera digunakan atau yang akan digunakan kemudian.