Jumat, 06 Mei 2011

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

1.Keterampilan Bertanya
Guru perlu menguasai keterampilan bertanya karena:
1.guru cenderung mendominasi kelas dengan ceramah,
2.siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan,
3.siswa harus dilibatkan secara mental-intelektual secara maksimal, dan
4.adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
Pertanyaan yang baik mempunyai berbagai fungsi antara lain:
1.mendorong siswa untuk berpikir,
2.meningkatkan keterlibatan siswa,
3.merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan,
4.mendiagnosis kelemahan siswa,
5.memusatkan perhatian siswa pada satu masalah, dan
6.membantu siswa mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik.
Keterampilan bertanya dasar terdiri atas komponen-komponen:
1.pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat,
2.pemberian acuan,
3.pemusatan,
4.pemindahan giliran,
5.penyebaran,
6.pemberian waktu berpikir, dan
7.pemberian tuntunan.
Keterampilan bertanya lanjut terdiri dari komponen:
1.pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan,
2.pengaturan urutan pertanyaan,
3.penggunaan pertanyaan pelacak, dan
4.peningkatan terjadinya interaksi.
Keterampilan bertanya lanjut terdiri dari komponen:
1.pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan,
2.pengaturan urutan pertanyaan,
3.penggunaan pertanyaan pelacak, dan
4.penigkatan terjadinya interaksi.
Dalam menerapkan keterampilan bertanya dasar dan lanjut, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1.Kehangatan dan keantusiasan.
2.Menghindari kebiasaan mengulang pertanyaan sendiri, menjawab pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban serempak, mengulangi jawaban siswa, mengajukan pertanyaan ganda, dan menunjuk siswa sebelum mengajukan pertanyaan
3.Waktu berpikir yang diberikan untuk pertanyaan tingkat lanjut lebih banyak dari yang diberikan untuk pertanyaan tingkat dasar.
4.Susun pertanyaan pokok dan nilai pertanyaan tersebut sesudah selesai mengajar.

2.Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan adalah respon yang diberikan oleh guru terhadap perilaku siswa yang baik, yang menyebabkan siswa tersebut terdorong untuk mengulangi atau meningkatkan perilaku yang baik tersebut.
Penguatan diberikan dengan tujuan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, mengontrol dan memotivasi perilaku yang negatif, menumbuhkan rasa percaya diri, serta memelihara iklim kelas yang kondusif.
Penguatan dapat dibagi menjadi penguatan verbal dan non-verbal. Penguatan verbal diberikan dalam bentuk kata-kata/kalimat pujian, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, serta benda atau simbol. Penguatan dapat juga diberikan dalam bentuk penguatan tak penuh, jika respon/perilaku siswa tidak sepenuhnya memenuhi harapan.
Dalam memberikan penguatan harus diperhatikan prinsip-prinsip berikut.
1.Kehangatan dan keantusiasan
2.Kebermaknaan
3.Hindari respon negatif
4.Penguatan harus bervariasi
5.Sasaran penguatan harus jelas
6.Penguatan harus diberikan segera setelah perilaku yang diharapkan muncul.

3.Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi di dalam kegiatan pembelajaran dapat menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan keingintahuan siswa, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa.
Komponen keterampilan mengadakan variasi dibagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut.
1.Variasi dalam gaya mengajar yang meliputi variasi suara, pemusatan perhatian, kesenyapan, pergantian posisi guru, kontak pandang serta gerakan badan dan mimik.
2.Variasi pola interaksi dan kegiatan.
3.Variasi penggunaan alat bantu pengajaran yang meliputi alat/bahan yang dapat didengar, dilihat, dan dimanipulasi.
Dalam mengadakan variasi, guru perlu mengingat prinsip-prinsip penggunaannya yang meliputi: kesesuaian, kewajaran, kelancaran dan kesinambungan, serta perencanaan bagi alat/bahan yang memerlukan penataan khsusus.

4.Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Komponen keterampilan menjelaskan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1.Merencanakan materi penjelasan yang mencakup:
1.menganalisis masalah,
2.menentukan hubungan, serta
3.menggunakan hukum, rumus, dan generalisasi yang sesuai.
2.Menyajikan penjelasan, yang mencakup:
1.kejelasan, yaitu keterampilan yang erat kaitannya dengan penggunaan bahasa lisan,
2.penggunaan contoh dan ilustrasi, yang bisa dilakukan dengan pola induktif atau deduktif,
3.pemberian tekanan yang dapat dilakukan dengan berbagai variasi gaya mengajar, dan membuat struktur sajian, dan
4.balikan, yang bertujuan untuk mendapat informasi tentang tingkat pemahaman siswa, baik melalui pertanyaan mapun melalui tugas.
Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, dan akhir pelajaran, dengan selalu memperhatikan karakteristik siswa yang diberi penjelasan serta materi/ masalah yang dijelaskan.

5.Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka Pelajaran
Kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu keberhasilan jalannya seluruh pelajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran. Dalam tahap ini, yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah menetapkan sikap dan minat yang benar di antara anggota kelas.
1.Hubungan dengan Kelas
Ada banyak hal yang masih memikat perhatian murid di luar ruangan kelasnya. Hal tersebut dapat membuat murid tidak memerhatikan pelajaran yang disampaikan. Untuk mengatasi hal ini, guru dapat menetapkan titik hubungan antara murid dan pelajaran yang disampaikan. Pembukaan pelajaran harus sesuai dengan minat dan kebutuhan murid. Guru juga harus dapat membangkitkan minat belajar sampai murid dapat memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran. Pembukaan pelajaran dengan metode yang terbaik pun tidak akan ada manfaatnya jika tidak mampu membawa murid untuk memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran.
Berikut ini beberapa cara yang dapat membangkitkan minat dan perhatian murid saat guru mulai mengajarkan pelajarannya.
1.Berita-berita terkini
Berita terkini yang sedang marak dibicarakan atau sedang menjadi perhatian dalam masyarakat dapat dipakai untuk mendapatkan minat murid. Murid-murid kelas besar biasanya membaca surat kabar, majalah, mendengarkan radio, dan menonton televisi. Mereka memunyai perhatian pada banyak hal. Guru bisa mendapatkan berita-berita terkini melalui media-media tersebut. Untuk murid- murid kelas kecil, mereka biasa menanggapi kejadian-kejadian yang berkaitan dengan sekolah atau permainan mereka. Guru yang sangat mengetahui aktivitas murid-muridnya sepanjang minggu itu pasti tidak akan menemukan kesulitan dalam hal ini. Adapun informasi tersebut dapat berupa kegiatan murid sepanjang minggu yang bisa diperoleh dengan menanyakannya pada murid.
2.Cerita-cerita dan lukisan
Sebuah cerita yang diceritakan dengan metode yang baik akan membangkitkan dan mempertahankan minat murid terhadap pelajaran yang sedang disampaikan. Sebuah gambar atau benda bisa sangat menarik perhatian anak. Lukisan dari kehidupan sehari-hari merupakan pilihan yang baik untuk menarik minat dan menanamkan sebuah kebenaran kepada mereka.
3.Laporan tentang tugas-tugas
Umumnya, manusia lebih tertarik dengan aktivitasnya sendiri. Oleh karena itu, usahakan untuk membahas pekerjaan rumah murid di awal pelajaran. Kegiatan tersebut bisa menambah semangat murid untuk memulai pelajaran. Selain itu, dengan membahas tugas-tugas yang sudah murid kerjakan di rumah, perhatian kelas dapat diarahkan kepada makna dan pentingnya belajar sendiri. Jangan lupa untuk menyatakan penghargaan atas usaha murid-murid yang telah belajar di rumah.
4.Persoalan yang diandaikan
Persoalan atau pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan dalam pelajaran hendaknya merupakan hal-hal yang biasa terjadi dalam kehidupan murid. Misalnya, “Apa yang akan kaukatakan seandainya ada orang yang bertanya mengapa engkau pergi ke gereja?” atau “Apa yang kau lakukan seandainya kamu disalahkan atas perbuatan yang tidak kamu lakukan?” Persoalan harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga mengarah pada pelajaran yang akan disampaikan.
5.Pemakaian alat peraga
Sebuah gambar, peta, benda, atau alat peraga yang lain dapat digunakan secara efektif untuk menumbuhkan minat murid terhadap pelajaran.
2.Menghubungkan Pelajaran
Saran-saran berikut ini merupakan cara-cara yang efektif untuk mengenalkan sebuah pelajaran.
1.Hubungkan pelajaran dengan pelajaran-pelajaran sebelumnya
Setiap pelajaran baru yang diajarkan merupakan bagian dari kurikulum yang sudah ditetapkan. Pelajaran itu harus dihubungkan dengan pelajaran-pelajaran lain agar menarik perhatian murid dan menajamkan pengertian mereka terhadap rangkaian pelajaran tersebut. Pelajaran dalam pertemuan sebelumnya harus diulang untuk dihubungkan dengan pelajaran yang baru. Hal ini juga dapat menolong murid untuk mengetahui hubungan antara pelajaran- pelajaran yang telah disampaikan dengan isi Alkitab. Metode untuk menghubungkan pelajaran yang sekarang dengan pelajaran sebelumnya harus divariasikan. Seorang guru tidak akan kehilangan waktu mengajarnya bila mengulang pelajaran sebelumnya. Jika seorang guru memunyai waktu 35 menit untuk mengajar, gunakan waktu lima menit pertama untuk menetapkan titik hubungan.
2.Umumkan pokok pelajaran secara wajar
Tidak perlu mengumumkan pokok pelajaran secara resmi. Yang penting adalah bagaimana kita dapat menyajikannya dengan lebih menarik, tetapi penuh dengan keterangan. Penyampaian pokok pelajaran harus menarik minat murid seperti halnya penyampaian pokok berita dalam sebuah surat kabar.
3.Nyatakan sasaran dan tujuan pelajaran
Banyak pendapat mengenai penyampaian sasaran dan tujuan pelajaran kepada murid. Ada yang berpendapat, sebaiknya hal tersebut disampaikan di akhir pelajaran. Ada juga yang berpendapat untuk menyampaikannya di awal pelajaran. Tidak semua pelajaran harus dilakukan dengan cara yang sama. Jika pelajaran tersebut, misalnya mengenai larangan minuman keras, penginjilan, atau pelajaran khusus tentang perayaan hari-hari tertentu, lebih baik sasaran dan tujuan disampaikan di awal pelajaran.
4.Garis besar harus jelas
Menyampaikan pokok pikiran atau garis besar pelajaran untuk menarik perhatian sangatlah penting. Penyampaian ini seperti halnya penyampaian tajuk rencana dalam sebuah surat kabar yang dapat menarik minat para pembaca untuk melihat lebih lanjut tulisan-tulisan dalam surat kabar tersebut. Garis besar pelajaran bisa disampaikan dengan lengkap atau hanya ringkasannya saja.
Memnguraikan pelajaran
Setelah memperkenalkan pelajaran, guru harus mengajarkan pelajaran sesuai dengan rencana yang telah disiapkan. Mutu persiapan dapat terlihat pada waktu pengajaran itu disampaikan. Satu hal yang perlu diingat, jika tidak ada murid yang belajar dari pengajaran tersebut, itu berarti guru belum mengajarkan pelajaran itu. Evaluasi yang terbaik bukanlah apa yang dikatakan guru, tetapi apa yang dipelajari oleh murid.
1.Merangsang Pikiran
Mengajukan pertanyaan merupakan metode yang efektif untuk merangsang pikiran murid. Pancing murid untuk memikirkan sedalam mungkin setiap uraian yang disampaikan oleh guru. Pengujian murid secara teratur bisa menjaga perhatian murid untuk tetap tajam sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana murid mendapat manfaat dari pelajaran itu.
Satu cara untuk menuntun pikiran adalah dengan menerapkan pola pemikiran yang deduktif. Pola ini dimulai dengan guru menyebutkan satu prinsip atau pernyataan umum yang diikuti sejumlah lukisan atau ilustrasi. Kemudian libatkan murid dengan meminta mereka mencari contoh-contoh selanjutnya dari kehidupan mereka sendiri.
2.Doronglah Pengungkapan
Selain dirangsang untuk berpikir, murid juga perlu didorong untuk mengungkapkan pikirannya. Doronglah murid dengan menolong mereka mengemukakan penafsiran dan pengertiannya sendiri mengenai pelajaran itu. Cara yang terbaik untuk melaksanakan hal ini ialah dengan metode pengajaran induktif. Mula-mula guru mendapat bantuan murid untuk mengumpulkan fakta atau ilustrasi yang ada hubungannya dengan pelajaran. Sebagai hasilnya, murid-murid akan dapat menemukan hukum- hukum, prinsip-prinsip umum, atau tujuan pelajaran itu sendiri. Pengetahuan atau pengalaman murid-murid dapat dipakai untuk mencapai prinsip ini.
3.Menerapkan Kebenaran
Guru perlu membimbing murid-muridnya dalam keadaan khusus di mana murid harus mempraktikkan prinsip-prinsip iman Kristen mereka. Hal ini bisa membawa pertumbuhan rohani yang baik bagi murid. Guru yang terus-menerus menitikberatkan penerapan maupun pengetahuan yang diperoleh murid dapat membawa murid-muridnya belajar dan menerapkan pelajaran itu pada pilihan, tingkah laku, tindakan, sikap, dan keseluruhan hidup rohani mereka.
Menutup Pelajaran
Jangan akhiri pelajaran dengan tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan dengan sebaik mungkin agar sesuai. Guru perlu merencanakan suatu penutup yang tidak tergesa-gesa dan juga dengan doa sekitar tiga sampai lima menit.
1.Merangkum Pelajaran
Sebagai penutup, hendaknya guru memberikan ringkasan dari pelajaran yang sudah disampaikan. Ringkasan pelajaran sudah tidak lagi berupa diskusi kelas atau penyampaian garis besar pelajaran, tetapi berisi ringkasan dari hal-hal yang disampaikan selama jam pelajaran dengan menekankan fakta dasar pelajaran tersebut. Misalnya, kebenaran- kebenaran yang penting dalam pelajaran, pelajaran praktis yang telah diajarkan, penerapan akhir yang harus dibuat, Kristus dinyatakan sebagai Juru Selamat orang berdosa, atau bagaimana pelajaran dapat dilakukan di rumah, sekolah, atau saat beraktivitas.
2.Menyampaikan Rencana Pelajaran Berikutnya
Waktu menutup pelajaran merupakan saat yang tepat untuk menyampaikan rencana pelajaran berikutnya. Guru dapat memberikan kilasan pelajaran untuk pertemuan berikutnya. Diharapkan hal ini dapat merangsang keinginan belajar mereka.
Sebelum kelas dibubarkan, ungkapkanlah pelajaran yang akan disampaikan minggu depan dan kemukakan rencana-rencana di mana murid dapat mengambil bagian dalam pelajaran mendatang.
1.Bangkitkan minat
Guru tentu ingin murid-muridnya kembali di pertemuan berikutnya dengan penuh semangat. Oleh karena itu, biarkan murid pulang ke rumah mereka dengan satu pertanyaan atau pernyataan yang mengesankan, yang dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu mereka. Sama seperti seorang penulis yang mengakhiri sebuah bab dalam cerita bersambung, yang membuat pembaca ingin segera tahu bab berikutnya. Dengan cara yang sama, guru dapat mengakhiri pelajarannya dengan penutup yang “berklimaks” sehingga seluruh kelas menantikan pelajaran berikutnya dengan tidak sabar.
2.Memberikan tugas
Tugas-tugas harus direncanakan dengan saksama, bahkan sebelum pelajaran dimulai. Perlu diingat pula sikap guru yang bersemangat dalam memberikan tugas akan mempengaruhi minat dan semangat para anggota kelas.

6.Keterampilan Mengelola Kelas
I. Rasional
Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa, dan tugas guru adalah sebagian besar terjadi dalam kelas adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Yang berhubungan dengan minat, kehendak, percakapan, kegiatan-kegiatn mereka sekaligus berhubungan dengan sarana dan prasarana pengajaran yang digunakan dalam PBM.

Kondisi belajar yang optimal dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikanya dalam situasi yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran.
Akan tetapi apabila terdapat kekurang serasian antara tugas, dan sarana atau alat atau terputusnya keinginan dengan keinginan yang lain, antara kebutuhan dan pemenuhanya maka akan terjadi gangguan terhadap PBM. Baik gangguan sifat sementara maupun sifat yang serius atau terus menerus.

II.Pengertian
Ketrampilan mengelila kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan ketrampilan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

III.Penggunaan di Dalam Kelas
Apabila ketrampilan dilakukan dengan baik maka akan berdampak positif baik pada siswa maupun pada guru yang bersangkutan.
Siswa :
1.Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkahlakunya serta sadar akan mengendalikan dirinya.
2.Membantu siswa mengerti akan arah tingkahlakunya sesuai dengan tatatertib kelas dan merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan bukan kemarahan.
3.Menimbulkan rasa kewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkahlaku yang wajar sesuai dengan aktivitas kelas yang sedang berlangsung.


Guru
1.Mengembangkan pengertian dan ketrampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah pelajaran secara tepat dan baik.
2.Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensi di dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa.
3.Memberikan respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulkan gangguang.

IV.Prinsip Penggunaan
1.Kehangatan dan Keantusiasan
Memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan.
2.Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan meninkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya tingkah yang menyimpang.
3.Bervariasi
Penggunaan variasi dalam media gaya dan interaksi mengajar meruakan kunci pengelolaan kelas.
4.Keluwesan
Dalam PBM guru harus waspada mengmati jalannya proses kegiatan tersebut. Termasuk kemungkinan munculnya gangguan siswa. Sehingga diperlukan keluwesan tingkah laku guru untuk dapat merubahberbagai strategi mengajar dengan memanipulasi berbagai komponen keterampilan yang lain.
5.Penekanan Pada Hal-Hal Positif
Pada dasarnya didalam mengajar dan mendidik guru harus menekankan kepada hal-hal yang positif dan sedapat mungkin menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negative.
Cara guru memelihara suasana yang positif antara lain :
a.Memberikan aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan menghindari ocehan atau celaa atau tingkah laku yang kurang wajar.
b.Memberikan penguatan terhadap tingkah laku siswa yang positif.


6.Penanaman disiplin diri
Kegiatan ini merupakan tujuan akhir pengelolaan kelas. Untuk mencapainya guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri. Hal ini akan lebih berhasil jika guru sendiri yang menjadi contoh.

Keterampilan Mengelola kelas terbagi menjadi 2 jenis keterampilan :
1.Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
2.Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.

A.Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.

8.Menunjukkan Sikap Tangkap
Menggambarkan tingkah laku guryu yang tampak pada siswa, bahwa guru sadar dan tanggap terhadap perhatian keterlibatan, masalah dan ketidak acuan mereka. Dengan adanya sikap ini siswa merasa guru hadir ditengah mereka. Kesan ketanggapan ini dengan cara :
4.Memandang Secara Saksama
Memungkinkan guru meliput keterlibatan siswa dalam tugas dikelas serta menunjukkan kesiapan guru untuk memberi respon baik terhadap kelompok maupun individu.
5.Memberikan Pernyataan
Hal ini terkomunikasi kepada siswa melalui pernyataan guru bahwa ia telah siap untuk memulai kegiatan belajar serta siap memberi respon terhadap kebutuhan siswa. Hal yang harus dihindari adalah menunjukkan dominasi guru dengan pernyataan atau komentar yang mengandung ancaman.
Contoh : “Saya menunggu sampai kalian diam”.
6.Gerak Mendekati
Hal ini menunjukkan kesiapan, minat dan perhatian kepada siswa. Hal ini membantu siswa yang menghadapi kesulitan belajar, mengalami frustasi atau sedang marah. Gerak yang mendekati hendaknya dilakukan dengan wajar, bukan menakuti atau maksud lain ??

7.Memberikan Reaksi Terhadap Gangguan Dan Ketakacuan Siswa.
Dengan adanya teguran menandakan adanya guru bersama siswa. Teguran harus diberikan pada saat yang tepat serta dialamatkan pada sasaran yang tepat.

9.Membagi Perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi apabila guru membagi perhatian kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
5.Visual
Hal ini mennjukkan perhatian terhadap sekelompok siswa atau individu namun tidak kehilangan keterlibatannya dengan kelompok siswa atau individu.
Keterampilan ini digunakan untuk memonitor kegiatan kelompok atau individu, mengadakan koreksi kegiatan siswa, memberi komentar atau memberi reaksi terhadap siswa yang mengganggu.
6.Verbal
Guru dapat memberikan komentar terhadap aktivitas seseorang yang dilihat atau dilaporkan oleh siswa lain. Penggunaan teknik visual maupun verbal menunjukkan bahwa guru menguasai kelas.
10.Memusatkan Perhatian
Keterlibatan siswa dalam KBM dapat dipertahnkan apabila dari waktu kewaktu guru mampu memusatkan kelompok terhadap tugas-tugas yang dilaksanakan. Hal ini dengan cara :
a.Menyiagakan Siswa
Menciptakaan suasana yang menarik sebelum guru menyampaikan pertanyaan atau topic pelajarannya. Misalnya : “ coba anak-anak, semuanya memperhatikan dengan teliti gambar ini untuk membedakan daerah mana yang subur dan daerah mana yang tanahnya gersang.
b.Menuntut Tanggung Jawab Siswa
Komunikasi yang jelas dari guru mengenai tugas siswa merupakan hal yang sangat penting dalam mempertahankan pusat perhatian siswa seperti : meminta untuk diperagakan hasil pekerjaan tugas.
11.Memberikan Petunjuk Yang Jelas
Petunjuk yang diberikan harus bersifat langsung, dengan bahasa yang jelas dan tidak membingungkan serta dengan tuntutan yang wajar dapat dipenuhi oleh siswa.
12.Menegur
Tidak semua tingkah laku yang mengganggukelompok, siswa dalam kelas dapat dicegah atau dihindari dengan baik, sehingga guru harus melakukan teguran secara verbal atau memperingatkan siswa. Teguran itu efektif jika :
a.Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu
b.Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkn serta mengandung penghinaan.
c.Menghindari ocehan atau ejekan guru atau yang berkepanjangan
d.Guru dan siswa lebih baik mengadakan kesepakatan sehingga penyimpangan yang terjadi hanya sifatnya mengingatkan. Seperti : “suharto ingat”!
13.Memberi Penguatan
Komponen ini digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam kegiatan pembelajaran atau menggangu temanya. Yaitu dengan cara.
5.Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang menggagu yaitu dengan jalan” menangkapnya” ketika ia melakukan tingkhlaku yang wajar dan berusaha “ menangkapnya” ketika ia melakukan tingkah yang tidak wajar dan berusaha “ menangkapnya” ketika ia melakukan tindakan yang tidak wajar dengan tujuan perbuatan yang wajar tadi dapat terulang.
6.Guru daapat memberikan berbagai komponen penguatan kepada siswa yang bertingkah laku yang wajar kepada siswa yang lain untuk menjdi teladan.

B.Ketrampilan Yang Berhubungan Dengan Kondisi Belajar Optimal Setelah Mendapat Gangguan.

Ketrampilan ini berhubungan dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan maksud guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan tindakan optimal.
Apabila terdapat anak didik yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah mencoba memadamkan dengan tanggapan yang relevan tetap saja terjadi kembali, guru dapat meminta bantuan :
5.Kepala Sekolah
6.Konselor/BP
7.Waka kesiswaan untuk membantu mengatasinya.

Bukanlah kesalahan professional guru apabila tidak dapat menangani permasalahan anak didik dalam kelas berkenaan dengan itu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah anak didik yang terus menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam kegiatan di kelas

Strategi Yang Dapat Digunakan
5.Modifikasi Tingkah Laku
Guru hendaklah menganalisis tingkah anak didik yang mengalami masalah dan berusaha memodifikasi tingkahlaku tersebut. Dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
Dapat kerjasama dengan rekan kerja mengatasi masalah
Merinci dengan tepat tingka yang menimbulkan masalah
Memilih dengan teliti tingkah yang diperbaiki dengan mudah untuk diubah, tingkah yang paling menjengkelkan yang sering muncul.
Tepat memilih pemberian penguatan yang dapat digunakan untuk mempertahankan tingkah yang telah menjadi baik.
6.Pendekatan Pemecahan Masalah Kelompok
Memperlancar tugas, mengadakan terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas.
Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok, memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan menangani konflik yang timbul.
7.Menemukan dan memecahkan tingkahlaku yang menimbulkan masalah.
Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkahlaku keliru yang muncul, guru harus mengetahui sebab dasar yang mengakibatkan ketidak patuhan tingkah tersebut. Serta berusaha mencari pemecahanya.

Hal-hal yang harus di hindari
A.Campur Tangan Yang Berlebihan
Seperti guru menyela kegiatan yang asik berlangsung dengan komen atau petunjuk mendadak, maka kegiatan siswa akan terganggu atau terputus. Kesan guru tidak memperhatikan kebutuhan siswa, hanya memuaskan dirinya saja.


B.Kelenyapan
Terjadi jika guru gagal secara tepat melengkapi suatu intruksi penjelasan atau petunjuk, komentar. Kemudian menghentikan penjelasan atau sajian tanpa alas an yang jelas dan membiarkan pikiran anak mengawang-awang.
C.Ketidak tepatan memulai dan mengahiri kegiatan
Terjadi jika guru memulai suatu aktivitas tanpa mengakhiri aktivitas sebelumnya.
D.Penyimpangan
Terjadi jika dalam kegiatan PBM guru terlalu asik dengan kegiatan tertentu seperti sibuk dengan tempat duduk yang tidak rapi atau cerita sesuatu yang tidak ada hubungan dengan materi terlalu jauh, sehingga kelancaran kegiatan di kelas terganggu.
E.Bertele-tele
Terjadi jika pembicaraan guru bersifat :
7.Mengulang-ulangi hal-hal tertentu
8.Memperpanjang pelajaran atau penjelasan
9.Mengubah teguran menjadi ocehan yang panjang

Hal ini merupakan hambatan kemajuan pelajaran atau aktivitas kelas. Siswa pada umumnya mencatat sebagai hal yang membosankan dan tidak mau terlibat dalam kegiatan di kelas.

F.Pengulangan Penjelasan Yang Tidak Perlu Terjadi Jika
Guru memberi petunjuk yang berulang-ulang secara tidak perlu membagi kelas dalam memberikan petunjuk atau secara terpisah memberi petunjuk ke setiap kelompok yang sebelumnya dapat diberikan secara bersama-sama kepada seluruh kelompok sekali saja di depan kelas.

7.Keterampilan Memimpin Diskusi
Diskusi kelompok kecil adalah proses yang melibatkan kelompok-kelompok kecil dalam interaksi tatap muka secara informal dengan tujuan berbagi pengalaman atau informasi, memecahkan masalah atau mengambil keputusan. Diskusi kelompok merupakan salah satu strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep, ini dapat meningkatkan kreativitas siswa, membina kemampuan berinteraksi, serta keterampilan berbahasa.
Syarat-syarat diskusi kelompok:
1. Melibatkan kelompok antara 3-9 orang
2. Berlangsung dalam interaksi tatap muka secara informal
3. Mempunyai tujuan yang akan dicapai melalui kerjasama antar anggota kelompok
4. Berlangsung menuju proses yang sistematis menuju suatu kesimpulan

Dalam keterampilan membimbing diskusi peran utama guru adalah sebagai :
1. Sebagai Koordinator belajar                    5. Fasilitator
2. Perencana Tugas bersama                       6. Katalisator
3. Pemandu aktivitas siswa                          7. Nara sumber
4. Penilai kemajuan kelompok

Keuntungan diskusi kelompok bagi siswa yaitu:
1. Siswa dapat berbagi informasi dalam menjelajahi gagasan baru atau memecahkan suatu masalah
2. Menngkatkan pemahaman terhadap masalah-masalah penting
3. Mengembangkan kemampuan untuk berfikir dan berkomunikasi
4. Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
5. Terbina semangat kerjasama yang sehat serta kelompok yang kohesif dan bertanggung jawab.
Hal-hal yang perlu diperhatikan guru untuk menjadi pemimpin diskusi kelompok, antara lain:
a. Diskusi berlangsung dalam iklim terbuka, antusias, menghargai pendapat,bebas berekspresi.
b. Memiliki perencanaan dan persiapan yang matang sebagai berikut:
    1. Pemilihan topic diskusi yang sesuai tujuan, minat, dan kemampuan siswa.
    2. Perencanaan dan penyiapan informasi perdahuluan yang berhubungan dengan topic.
    3. Persiapan diri sebagai pemimpin diskusi dimana ia sebagai motivator,nara sumber,dan paham kesulitan              siswa.
    4. Penetapan besar kelompok, efektifnya sekitar 5-9 orang.
    5. Pengaturan tempat dudk agar siswa dapat bertatap muka sehingga memupuk iklim persahabatan.
c. Kekuatan diskusi yang dapat dimanfaatkan, antara lain:
    1. Kelompok memiliki buah fikiranyang kaya sehingga menghasilkan keputusan yang baik.
    2. Dapat saling memotivasi anggota kelompok.
    3. Dalam kelompok kecil siswa pemalu dapat lebih bebas mengemukakan pendapat.
    4. Anggota kelompok lebih merasa terikat dapat pengambilan keputusan.
    5. Diskusi kelompok dapat meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain.
d. Kelemahan diskusi kelompok, antara lain:
    1. Diskusi kelompok memerlukan waktu yang lebih banyak daripada cara belajar yang biasa.
    2. Dapat memboroskan waktu jika pengarahan kurang tepat, pembicaraan berlarut-larut, penampilan yang            kurang baik.
    3. Anggota kelompok yang kurang agresif (pendiam, pemalu) sering tidak mendapat kesempatan untuk                 mengemukakan ide-idenya sehingga menyebabkan terjadinya sikap menarik diri.
    4. Adakalanya diskusi didominasi oleh orang-orang tertentu.

Komponen-komponen Ketrampilan Diskusi Kelompok
Ada enam ketrampilan yang harus dimiliki Guru sebagai pemimpn diskusi, yaitu:
1. Memusatkan perhatian
    Ada beberapa cara pemusatan perhatian seperti :
    - Merumuskan tujuan pada awal diskusi
    - Menyatakan masalah-masalah khusus
    - Menandai dengan cermat perubahan yang menyimpang sehingga dapat mengarahkan kembali pada topic.
    - Merangkum hasil pembicaraan pada tahap-tahap tertentu.
2. Memperjelas masalah
3. Menganalisis pandangan siswa
4. Meningkatkan kemampuan siswa

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan seperti member pertanyaan menantang dan membuat perbedaan pendapat, memberi contoh verbal dan non-verbal, member motivasi dan dukungan pada setiap pendapat siswa.
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Terkadang terjadi monopoli pendapat oleh beberapa siswa jadi guru dapat member kesempatan bagi siswa yang jarang berpendapat untuk angkat bicara dan memanage agar monopoli pendapat tidak berlanjut.
6. Menutup diskusi
Keterampilan ini menuntut pemimpin untuk membuat rangkuman hasil diskusi, member bayangan tindak lanjut diskusi, serta mengajak siswa menilai prose diskusi yang telah dilakukan.
Keterampilan diatas dapat dikuasai dengan baik jika kita dapat menghindari hal-hal berikut:
a. Menyelenggarakan diskusi dengan topic yang tidak sesuai dengan minat dan latar belakang siswa.
b. Mendominasi diskusi, antara lain dengan pertanyaan yang terlampau banyak dan menyediakan jawaban yang banyak juga.
c. Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi.
d. Membiarkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dengan pembicaraan yang tidak relevan.
e. Tergesa-gesa meminta respon siswa atau mengisi waktu dengan berbicara terus sehingga siswa tidak sempat berpikir.
f. Membiarkan siswa yang enggan berkomentar
g. Tidak memperjelas atau mendukung pendapat siswa.
h. Gagal mengakhiri diskusi dengan efektif.

8.Keterampilan Mengajar kelompok Kecil dan perorangan
Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan bentuk mengajar klasikal biasa yang memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil yang belajar secara kelompok dan beberapa orang siswa yang bekerja atau belajar secara perorangan. Format mengajar ini ditandai oleh adanya hubungan interpersonal yang lebih akrab dan sehat antara guru dengan siswa, adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat, cara, dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran.
Setiap guru dapat menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik (materi), kebutuhan siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan perlu dikuasai guru karena penerapannya dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda. Selain itu, pembelajaran kelompok kecil dan perorangan memberi kemungkinan terjadinya hubungan interpersonal yang sehat antara guru dengan siswa, terjadinya proses saling belajar antara siswa yang satu dengan lainnya, memudahkan guru dalam memantau pemerolehan belajar siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dapat menumbuhkembangkan semangat saling membantu, serta memungkinkan guru dapat mencurahkan perhatiannya pada cara belajar siswa tertentu sehingga dapat menemukan cara pendekatan belajar yang sesuai bagi siswa tersebut.
Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan terdiri dari:
1. keterampilan mengadakan pendekatan pribadi, yang ditampilkan dengan cara:
1. menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa,
2. mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa,
3. merespon secara positif pendapat siswa,
4. membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai,
5. menunjukkan kesiapan untuk membantu,
6. menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian, serta
7. berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, terbantu, dan mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya.
2. keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan dengan cara:
1. memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, dan cara mengerjakannya,
2. memvariasikan kegiatan untuk mencegah timbulnya kebosanan siswa dalam belajar,
3. membentuk kelompok yang tepat,
4. mengkoordinasikan kegiatan,
5. membagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa, serta
6. mengakhiri kegiatan dengan kulminasi.
3. keterampilan membimbing dan memberi kemudahan belajar, yang ditampilkan dengan cara:
1. memberi penguatan secara tepat,
2. melaksanakan supervisi proses awal,
3. melaksanakan supervisi proses lanjut, serta
4. melaksanakan supervisi pemaduan.
4. keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan dengan cara:
1. membantu siswa menetapkan tujuan belajar,
2. merancang kegiatan belajar,
3. bertindak sebagai penasihat siswa, serta
4. membantu siswa menilai kemajuan belajarnya sendiri
Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu format pembelajaran yang mempunyai ciri-ciri : (1) melibatkan 3 – 9 orang siswa setiap kelompoknya, (2) mempunyai tujuan yang mengikat, (3) berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal, dan (4) berlangsung menurut proses yang sistematis.
Diskusi kelompok kecil bermanfaat bagi siswa untuk (1) mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi (2) meningkatkan disiplin, (3) meningkatkan motivasi belajar, (4) mengembangkan sikap saling membantu, dan (5) meningkatkan pemahaman.
Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil mencakup (1) memusatkan perhatian siswa, (2) memperjelas pendapat siswa, (3) menganalisis pandangan siswa, (4) meningkatkan kontribusi siswa, (5) mendistribusikan pandangan siswa, dan (6) menutup diskusi. Dalam penerapannya, guru harus memperhatikan hal-hal berikut: (1) harus ada kesamaan latar belakang pengetahuan di antara para anggota kelompok, (2) semua anggota diskusi kelompok harus mampu mengemukakan pendapatnya secara lisan, (3) topik yang dibahas harus bersifat terbuka untuk menampung banyak pendapat, (4) diskusi harus berlangsung dalam suasana keterbukaan, (5) pelaksanaan diskusi harus mengingat keunggulan dan kelemahan-kelemahannya, (6) diskusi memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang, dan (7) guru harus mampu mencegah timbulnya hal-hal yang dapat menghambat jalannya diskusi
Sumber:
Teknik Mengajar, Clarence H. Benson, , halaman 80–85, Gandum Mas, Malang, 1980.
http://massofa.wordpress.com/2008/01/25/ketrampilan-dasar-mengajar/

Konsep Dasar Penelitian Kualitatif

Konsep Dasar Penelitian Kualitatif
A.Pengertian Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigm, strategi, dan implementasi model secara kualitatif. Perspektif, strategi, dan model yang dikembangkan sangat beragam. Secara umum dalam penelitian kualitatif terdapat hal-hal berikut :
a.Data disikapi sebagai data verbal atau sebagai sesuatu yang dapat ditranporsikan sebagai data verbal
b.Diorentasikan pada pemahaman makna baik itu merunjuk pada ciri, hunngan sistematika, konsepsi, nilai, kaidah dan abstraksi formula pemahaman.
c.Mengutamakan hubungan secara langsung antara peneliti dengan hal yang diteliti
d.Mengutamakan peran peneliti sebagai instrument kunci.
Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai penelitian yang temuan- temuanya tidak diperoleh melalui prosedur statistic atau bentuk hitungan lain. Contohnya, dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat hidup, dan prilaku seseorang, peranan organisasi, gerakan social, atau hubungan timbale balik. Sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif.
Bodgan dan Taylor (1975: 5) mendefenisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskristif berupa kata-kata tulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Menurut mereka, pendekatan ini di arahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu kebutuhan.
Pengajian penelitin kualitatif atau inkuiri alamiah telah di lakukan terlebih dahulu oleh williem dan rauscha ( 1969), kemudian hasil mereka di ulas lagi oleh guba dan ahirnya di simpilkan atas dasar tersebut beberapa hal sebagai berikut:
1.Penelitian kualitatif adalah penelitian inkuiri naturalistic atau alamiah.
2.Sejauah mana tingkat kenaturalistikannya merupakan kemapuan yang di lakukan oleh peneliti.
3.Peneliti harus mampu memberikan stimulus atau kondisi anteseden yang mampu di respons oleh informan.
4.Peneliti harus mampu mengatasi respons dari subjek informansehingga hanya respons yang sesuai dengan tema saja yang di sampaikan informan.
5.Inkuiri naturalistic, peneliti tidak perlu konsepsi-konsepsi atau pemahaman teoretik tertentu mengenai lapangan.
6.Istgilah naturalistic merupakan istilah yang tidak memodifikasi gejala-gejala.

B.Karekteristik Penelitian Kualitatif
Metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh , rinci, dalam, dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah (Miles and Huberman, 1994:6-7).
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum nterhadap kenyataan social dari presfektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak di tentukan terlebuh dahulu tetapi di dapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan social yang menjadci fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian di tarik kesimpulsan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan ( hadjar, 1996:33-34).
Karakter khusus penelitian kualitatif berupaya mengungkap keunikan individu, kelompok, masyarakat atau oganisasi tertentu dalam kehidupannya sehari-hari secara komperehensif dan rinci. Pendekatan ini merupakan suatu metode penelitian yang diharapkan dapat menghasilkan suatu deskripsi tentang ucapan, lisan, atau perilaku yang dacpat di amati dari suatu individu, kelompok, masyarakat atau organisasi tertentu dalam suatu seting tertentu pula.
Dari hasil penelaahan keperpustakaan di temukan bahwa Botgan dan Biklen (1982,27-30). Mengajukan lima cirri penelitian kualitatif sedangkan lincolink dan guba (1985:33-44) mengupas 10 ciri penelitian kualitatif. Uraiandi bawah ini merupakan hasi pengkajain dan sintesis kedu persi tersebut.
1.Latar alamiah
Penelititian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu kebutuhan (entity). Hal ini dilakukan, menurut linclonk dan guba (1985,39), karena ontology alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhanyang tidak dapat di pahami jika di pisahkan dari konteksnya. Hal teresbut di darsarkan pada beberapa asumsi berikut.
1.Tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang di lihat, karena itu peneliti harus mengambil tempat dalam konteks untuk keperluan keutuhan pemahaman.
2.Konteks sangat menentukaan dalam menetapkan apakah suatu penemuan mempunyai arti bagi konteks lainnya.
3.Sebagian dari struktur nilai kontekstual bersifat determinatife terhadap apa yang akan di cari.

2.Manusia Sebagai Alat (Human Instrument)
Dalam penelitin kualitatif peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupkan alat pengumpulan data utama. Hal ini dilakukan karena jika memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkannya terlebih dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat tidak mungkin untuk tidak mengadakan ppenyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan tang ada dilapangan. Hanya manusia sebagai instumen pulalah yang adcapa menilai apakah kehadirannya menjadi faktor pengganggu sehingga apabila terjadi hal yang demikian ia dapat menyadari serta dapat mengatasinya.

3.Metode Kualitatif
Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan
1.Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda.
2.Metode .ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antar peneli dan infoman.
3.Metode lebih peka dan lebih menyesuaikan diri dengan seting penelitian dan mampu melakukan penajaman terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
4.Analisis data secara induktif
Analisi induktif ini digunakan karena beberapa alasan. Pertama proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganada sebagai yang terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit. Ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapa membuat keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat menentukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. Terakhir, analisis denikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagbian struktur analitik.
5.Teoti dari dasar
Penelitian kialitatif lebih menghendaki penyusunan teori subtantik yang berasal dari data. Hal ini di sebabkan karena: pertama, tidaka ada teori a priori yang dapat mencakup kenyataan-kenyataan ganda yang mungkin akan dihadapi. Kedua, penelitian ini mempercayai apa yang dilihat sehingga ia berusaha untuk sejauh mungkin menjadi netral. Dan ketiga, teori dari pemahaman yang mendasar dapat merespon nilai-nilai kontektual.
6.Deskriptif
Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hanl ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kuci terhadap apa yang sudah diteliti.
7.Lebih mementingkan proses dari pada hasil
Penelitian kalitatif lebih banyak mementingkan segi proses dari pada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan lebih jelas apabila diamaiti dalam proses.

8.Adanya batas yang ditentukan oleh pokus
Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam penelitianya atas dasar focus yang timbul sebagi masalah dalam penelitian. Hal tersebut didasrkan oleh beberapa hal:
1.Batas menentukan kenyataan ganda yang kemudian mempertajam focus
2.Penetapan focus dapat lebih dekat dihubungkan oleh interaksi antara peneliti dan focus.
9.Adanya criteria Khusus untuk keapsahan data
Penelitian kualitatif menedepenisikan validitas, reabilitas, dan objektifitas dalam persi lain dibandingkan dengan lazim digunakkan dalam penelitian klasik. Menurut Lincoln dan Guba hal itu disebabkan hal-hal berikut:
1.Validitas internal cara lama telah gagal
2.Validitas ekternal gagal karana tidak taat asas dengan aksioma dasar dari generalisasinya
3.Kriterian reabilitas gagal karna mempersyratkan stabilitas dan keterlaksanaan secara mutlak dan keduang tidak mungkin digunakan dalam paradidgma yang didasarkan atas desain yang dapat beruab-ubah
4.Criteria objektivitas gagal karna penelitian kualitataif justru memberikan kesempatan intereksi antara peneliti – responden dan peranan nilai
10.Desain yang bersifat sementara
Penelitian kualitataif menyusun desain yang secara tereus menerus disesuaikan sdengan kenyataan lapangan. Jadi, tidak menggunakan desai yang telah disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat di ubah lagi
11.Hasil penelitian di halrundingkan dan disepakati bersama
Penelitian kualitaif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sumber data. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, susunan kenyataan dari mereka lah yang akan diangkat oleh peneliti. Kedua,hasil penelitian bergantung pada hakikat dan kualitas hubungan antara pencari dengan yang dicari. Ketiga, konfermasi hipotesis kerja akan menjadi lebih baik perifikasi apabila diketahui dan dikonfirmasikan oleh orang-orang yang ada kaitanya dengan yannng diteliti.

C.Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

D.Penyusunan Teori dalam Penelitian Kualitatif
E.Persoalan Generalisasi dalam Penelitian Kualitatif

KONSEP DASAR PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK

KONSEP DASAR PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK
Pengertian Perkembangan
Perubahan merupakan hal yang melekat dalam perkembangan. E.B. Hurlock (Istiwidayanti dan Soejarwo, 1991) mengemukakan bahwa perkembangan atau development merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Ini berarti, perkembangan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat progresif (maju), baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan kualitatif disebut juga ”pertumbuhan” merupakan buah dari perubahan aspek fisik seperti penambahan tinggi, berat dan proporsi badan seseorang. Perubahan kuantitatif meliputi peubahan aspek psikofisik, seperti peningkatan kemampuan berpikir, berbahasa, perubahan emosi dan sikap, dll. Selain perubahan ke arah penambahan atau peningkatan, ada juga yang mengalami pengurangan seperti gejala lupa dan pikun. Jadi perkembangan bersifat dinamis dan tidak pernah statis.
Terjadinya dinamika dalam perkembangan disebabkan adanya ”kematangan dan pengalaman” yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi/realisasi diri. Kematangan merupakan faktor internal (dari dalam) yang dibawa setiap individu sejak lahir, seperti ciri khas, sifat, potensi dan bakat. Pengalaman merupakan intervensi faktor eksternal (dari luar) terutama lingkungan sosial budaya di sekitar individu. Kedua faktor (kematangan dan pengalaman) ini secara stimultan mempengaruhi perkembangan seseorang. Seseorang anak yang memiliki bakat musik dan didukung oleh pengalaman dalam lingkungan keluarga yang mendukung perkembangan bakatnya seperti menyediakan dan memberi les musik, akan berkembang terus menerus sepanjang hayat memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana manusia hidup. Sikap manusia terhadap perubahan berbeda-beda tergantung beberapa faktor, diantaranya pengalaman pribadi, streotipe dan nilai-nilai budaya, perubahan peran, serta penampilan dan perilaku seseorang.
Pengertian Belajar
Cukup banyak para ahli yang merumuskan pengertian belajar. Slamento (1995) merumuskan belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkahlaku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara Winkel (1989) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya. Sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap/  bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan yang progresif.
Belajar abad 21, seperti yang dikemukakan Delors (Unesco, 1996), didasarkan pada konsep belajar sepanjang hayat (life long learning) dan belajar begaimana belajar (learning how to learn). Konsep ini bertumpu pada empat pilar pembelajaran yaitu : (1) learning to know (belajar mengetahui) dengan memadukan pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja melalui kemampuan belajar bagaimana caranya belajar sehingga diperoleh keuntungan dari peluang-peluang pendidikan sepanjang hayat yang tersedia; (2) learning to do (belajar berbuat) bukan hanya untuk memperoleh suatu keterampilan kerja tetapi juga untuk mendapatkan kompetensi berkenaan dengan bekerja dalam kelompok dan berbagai kondisi sosial yang informal; (3) learning to be (belajar menjadi dirinya) dengan lebih menyadari kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan terus menerus mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik dan mampu bertindak mandiri, dan membuat pertimbangan berdasarkan tanggung jawab pribadi; (4) learning to live together (belajar hidup bersama) dengan cara mengembangkan pengertian dan kemampuan untuk dapat hidup bersama dan bekerjasama dengan orang lain dalam masyarakat global yang semakin pluralistik atau /majemuk secara damai dan harmonis, yang didasari dengan nilai-nilai demokrasi, perdamaian, hak asasi manusia, dan perkembangan berkelanjutan.
Pengertian Peserta Didik
Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangakan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar disekolah (Sinolungan, 1997). Departemen Pendidikan Nasional (2003) menegaskan bahwa, peserta didik adalah angota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Peserta didik usia SD/MI adalah semua anak yang berada pada rentang usia 6-12/13 tahun yang sedang berada dalam jenjang pendidikan SD/MI.
Peserta Didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Penting anda pahami sebagai guru kelas SD bahwa pemahaman dan perlakuan terhadap peserta didiksebagai suatu totalitas atau kesatuan.
Sinolungan (1997) juga mengemukakan, manusia termasuk peserta didik adalah mahluk totalitas ”homo trieka”. Ini berarti manusia termasuk peserta didik merupakan (a) mahluk religius yang menerima dan mengakui kekuasaan Tuhan atas dirinya dan alam lingkungan sekitarnya, (b) mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dan saling mempengaruhi agar berkembang sebagai manusia; serta (c) mahluk individual yang memiliki keunikan (ciri khas, kelebihan, kekurangan, sifat dan kepribadian, dll.), yang membedakan dari individu lain.
Jadi dalam mempelajari dan memperlakukan peserta didik, termasuk peserta didik usia SD/MI hendaknya dilakukan secara utuh, tidak terpisah-pisah. Kita harus melihat mereka sebagai suatu kesatuan yang unik, yang terkait satu dengan yang lainnya.

PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN BERBASIS KTSP

BAB II
PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN BERBASIS KTSP

Pembelajaran berbasis KTSP dapat didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Implementasi KTSP juga dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum operasional dalam bentuk pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran dan penilaian adalah operasionalisasi konsep KTSP yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran berbasis KTSP adalah hasil terjemahan guru terhadap KTSP tertulis.

A.Prinsip Pelaksanaan KTSP
KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP . KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1.Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

2.Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

3.Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4.Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

5.Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

6.Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

7.Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

B.Pengembangan Program
Pengembangan program KTSP dibagi dalam beberapa bagian yaitu:
1.Program Tahunan
Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program guru berikutnya, yakni program semester, program mingguan, dan program harian atau program pembelajaran setiap kompetensi dasar.
Sumber-sumber yang dapat dijadikan bahan pengembangan program tahunan antara lain:
a.Daftar kompetensi standar (standar competency) sebagai konsensus nasional yang dikembangkan dalam silabus setiap mata pelajaran yang akan dikembangkan.
Ruang lingkup dan urutan kompetensi.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan materi pembelajaran. Materi pembelajaran tersebut disusun dalam topik/tema dan sub topik/sub tema, yang mengandung ide-ide pokok sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran. Topik dan sub topik tersebut harus jelas ruang lingkup dan urutannya. Pengembangan ruang lingkup dan urutan ini bisa dikembangkan oleh masing-masing guru mata pelajaran, dan bisa dikembangkan dalam kelompok kerja guru (KKG) untuk setiap mata pelajaran. Sebagai pedoman berikut dikemukakan pendapat Syaodih tentang cara menyusun urutan bahan.
1)Sekuens kronologis. Untuk meyusun bahan ajaran yang mengandung urutan waktu, dapat digunakan kronologis. Peristiwa-peristiwa sejarah perkembangan historis suatu institusi, penemuan-penemuan ilmiah dan sebagainya dapat disusun bedasarkan Sekuens kronologis.
2)Sekuens Kausal. Sekuen kausal berhubungan dengan sekuen kronologis. Peserta didik dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu dari pada sesuatu peristiwa atau situasi lain. Dengan mempelajari sesuatu yang menjadi sebab atau pendahulu peserta didik akan menemukan akibatnya.
3)Sekuens struktural. Bagian-bagian bahan ajaran suatu bidang studi telah mempunyai struktural tertentu. Penyusunan sekuens bahan ajaran bidang studi tersebut perlu disesuaikan dengan strukturnya. Dalam fisika tidak mungkin mengajarkan alat-alat optik, tanpa terlebih dahulu diajarkan pemantulan, dan pembiasan cahaya tidak mungkin diajarkan tanpa terlebih dahulu diajarkan masalah cahaya. Masalah cahaya, pemantulan-pembiasan, dan alat-alat optik tersusun secara struktural.
4)Sekuens logis dan psikologis. Bahan ajaran juga dapat disusun berdasarkan urutan logis.Rowntree (1974) melihat perbedaan antara sekuens logis dengan psikologis. Menurut sekuens logis bahan ajar dimulai dari bagian kepada keseluruhan, dari yang sederhana kepada yang kompleks, tetapi menurut sekuens psikologis sebaliknya dari keseluruhan kepada bagian, dari yang komplek kepada sederhana. Menurut sekuens logis bahan ajaran disusun dari yang nyata kepada yang abstrak dari benda-benda kepada teori, dari fungsi kepada struktur, dari masalah bagaimana kepada masalah bagaimana.
5)Sekuens spiral. Dikembangkan oleh Bruner (1960). Bahan ajaran dipusatkan pada topik atau pokok bahasan tertentu. Dari topik atau dari pokok bahasan tersebut bahan diperluas dan diperdalam. Topik atau pokok bahan ajaran tersebut adalah sesuatu yang populer dan sederhana, tetapi kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan yang lebih kompleks dan sophisticated.
6)Rangkaian kebelakang (backward chaining). Dikembangkan oleh Thomas Gilbert (1962). Dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah terakhir dan mundur kebelakang. Contoh pemecahan masalah yang bersifat ilmiah meliputi:
(a)Pembatasan masalah
(b)Penyusunan hipotesis
(c)Pengumpulan data
(d)Pengetesan hipotesis
(e)Interpretasi hasil tes
Dalam mengajar mulai dengan langkah (e), kemudian guru menyajikan data tentang sesuatu masalah dari langkah (a) sampai (d), dan peserta didik diminta untuk membuat interpretasi hasilnya (e). Pada kesempatan lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari langkah (a) sampai (c), dan peserta didik diminta  untuk mengadakan pengetesan hipotesis (d) dan seterusnya.
7)Sekuens berdasarkan hierarki belajar. Model ini dikembangkan Gagne (1965) dengan prosedur tujuan khusus utama dianalisis, dan dicari suatu hierarki urutan bahan ajarn untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Hierarki tersebut menggambarkan urutan prilaku apa yang mula-mula harus dikuasai pesera didik, berturut-turut sampai dengan perilaku terakhir. Untuk bidang studi tertentu dan pokok-pokok bahasan tertentu hierarki juga dapat mengikuti hierarki tipe-tipe belajar dari Gagne. Gagne (1970) mengemukakan delapan tipe belajar yang tersusun secara hierarkhis mulai dari yang paling sederhana: “signal learning, stimulus respons learning motorchain learning, verbal association, multiple discrimination, concept learning, principle learning, dan problem solving learning”.

b.Kalender Pendidikan.
Penyusunan kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran mengacu pada efisiensi, efektifitas, dan hak-hak peserta didik. Dalam kalender pendidikan dapat kita lihat beberapa jam waktu efektif yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran, termasuk waktu libur, dan lain-lain. Dengan demikian dalam menyusun program tahunan perlu memperhatikan kalender pendidikan. Hari belajar efektif dalam satu tahun pelajaran dilaksakan dengan menggunakan sistem semester (satu tahun pelajaran terdiri atas dua kelompok penyelenggaraan pendidikan) yang terdiri atas 34 minggu.

2.Program Semester
Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester ini merupakan penjabaran dari program tahunan. Pada umumnya program semester ini berisikan tentang bulan, pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan, dan keterangan-keterangan.

3.Program Mingguan dan Harian
Untuk membantu kemajuan belajar peserta didik, disamping modul perlu dikembangkan program mingguan dan harian. Program ini merupakan penjabaran dari program semester dan program modul. Melalui program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang perlu diulang, bagi setiap peserta didik. Melalui program ini juga diidentifikasi kemajuan belajar setiap peserta didik, sehingga dapat diketahui peserta didik yang mendapat kesulitan dalam setiap modul yang dikerjakan, dan peserta didik yang memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata kelas. Bagi peserta didik yang cepat bisa, bisa diberikan pengayaan, sedang bagi yang lambat dilakukan pengulangan modul untuk mencapai tujuan yang belum dicapai dengan menggunakan waktu cadangan.

4.Program Pengayaan atau Remidial
Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari program mingguan dan harian. Berdasarkan hasil analisis terhadap kegiatan belajar, dan terhadap tugas-tugas modul, hasil tes, dan ulangan dapat diperoleh tingkat kemampuan belajar setiap peserta didik. Hasil analisis ini dipadukan dengan catatan-catatan yang ada pada program mingguan dan harian, untuk digunakan sebagai bahan tindak lanjut proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Program ini juga mengidentifikasi modul yang perlu diulang, peserta yang wajib mengikuti remedial, dan yang mengikuti program pengayaan.
Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran ninimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut.
Sekolah perlu memberikan perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mendapat kesulitan belajar melalui kegiatan remedial. Peserta didik yang cemerlang diberikan kesempatan untuk tetap mempertahankan kecepatan belajaranya. Melalui kegiatan pengayaan.

5.Program Pengembangan Diri
Dalam pelaksanaan KTSP, sekolah berkewajiban memberikan program pengembangan diri melalui bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan karier. Selain guru pembimbing, guru mata pelajaran  yang memenuhi keriteria pelayanan bimbingan dan karier diperkenankan memfungsikan diri sebagai guru pembimbing. Oleh karena itu, guru mata pelajaran harus senantiasa berdiskusi dan berkoordinasi dengan guru bimbingan dan konseling secara rutin berkesinambuangan.

C.Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.
Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP mencakup tiga hal:

1.Pre Tes (Tes Awal)
Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pre tes. Pre tes ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajaki proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pre tes memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran. Fungsi pre tes ini atara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pre tes maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka kerjakan.
b.Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan hasil pre tes dengan post tes.
c.Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai kompetensi dasar yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran.
d.Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, kompetensi dasar mana yang telah dikuasai peserta didik, serta kompetensi dasar mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus.
Untuk mencapai fungsi yang ketiga dan keempat maka hasil pre tes harus segera diperiksa, sebelum pelaksanaan proses pembelajaran inti dilaksanakan. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara cepat dan cermat, jangan sampai mengganggu suasana belajar, dan jangan sampai mengalihkan perhatian peserta didik. Untuk itu, pada waktu guru memeriksa pre tes, peserta didik perlu diberikan kegiatan lain, misalnya membaca hand out, atau text books. Dalam hal ini pre tes sebaiknya dilakukan secara tertulis, meskipun bisa saja dilaksanakan secara lisan atau perbuatan.

2.Pembentukan Kompetensi
Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi dibentuk pada peserta didik, dan bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktifitas dan kreatifitas guru dalam menciptakan lingkungan kondusif. Proses pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.
Kualitas pembentukan kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembentukan kompetensi dapat dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembentukan kompetensi dapat, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembentukan kompetensi dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya setidak-tidaknya sebagian besar (75%) sesuai dengan kompetensi dasar. Lebih lanjut proses pembentukan kompetensi dapat dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan.
Untuk memenuhi tuntutan tersebut di atas perlu dikembangkan pengalaman belajar yang kondusif untuk membentuk manusia yang berkualitas tinggi baik mental, moral maupun fisik. Hal ini berarti kalau kompetensinya bersifat afektif psikomotorik tidak cukup hanya diajarkan dengan ceramah, atau sumber yang mengandung nilai kognitif. Namun perlu penghayatan yang disertai pengalaman nilai-nilai kognitif, afektif ,yang dimanifestasikan dalam perilaku (beharvioral skill) sehari-hari metode dan strategi belajar mengajar yang kondusif untuk hal tersebut perlu dikembangkan, misalnya metode inquiry, discovery, problem solving, dan sebagainya. Dengan metode dan strategi tersebut diharapkan setiap peserta didik dapat mengembangkan kompetensi dasar dan potensinya secara optimal, sehingga akan lebih cepat dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat apabila mereka telah menyelesaikan suatu program pendidikan pada satuan pendidikan tertentu.

3.Post Tes
Pada umumnya pelaksanaan pelajaran diakhiri dengan post tes. Sama halnya dengan pre tes, post tes juga memiliki banyak kegunaan, terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Fungsi post tes antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu atau kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan antara hasil pre tes dan post tes.
b.Untuk mengetahuai kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya. Sehubungan dengan kompetensi dan tujuan yang belum dikuasai ini, apabila sebagian besar belum menguasainya maka perlu dilakukan pembelajaran kembali (remedial teaching).
c.Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dihadapi.
d.Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.

D.Penilaian Hasil Belajar Tindak Lanjut
Penilaian hasil belajar dalam KTSP mencakup penilaian-penilaian sebagai berikut :
1.Penilaian hasil Belajar
a.Penilaian berbasis Kelas
Penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan dalam bentuk pertanyaan lisan di kelas, kuis, ulangan harian, tugas kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan kerja, praktik atau laporan praktikum, responsi dan ujian akhir, sebagaimana di bawah ini:
1)Pertanyaan lisan di kelas: Materi yang ditanyakan berupa pemahaman konsep, prinsip, atau teorema. Pertanyaan ini kita lemparkan kepada sisiwa-siswa, kemudian diberikan kesempatan mereka untuk berfikir, kemudian kita pilih secara acak untuk menjawab pertanyaan tadi. Jawaban tersebut diberi kebebasan mereka mengeluarkan gagasannya, benar atau salah jawaban yang didapat dari siswa, selanjutnya kita lempar lagi kepada siswa untuk mendapat klarifikasi jawaban yang pertama. Setelah itu guru dapat menyimpulkan tentang jawaban siswa yang benar. Pertanyaan ini dapat dilakukan pada awal atau akhir pelajaran.
2)Kuis: Pertanyaan yang diajukan kepada siswa dalam waktu yang terbatas, kurang lebih 15 menit, pertanyaan tersebut berupa option atau jawaban singkat, kuis ini untuk mendapat gambaran materi sebelumnya, yang telah diajarkan kepada mereka. Waktu pelaksanaan kuis pada umumnya di awal pembelajaran. Manakala kita menemui materi yang telah kita uraiakan sebelumnya, sebagian siswa masih ada yang belum menguasainya, sebaiknya guru menjelaskan kembali secara singkat materi tersebut.
3)Ulangan harian: Ulangan harian ini dapat dilakukkan secara priodik, misalnya 1 atau 2 seiap materi pokok yang selesai diajarkan. Guru dapat membuat soal dalam bentuk objektif dan non objektif. Tingkat berfikir yang terlibat sebaiknya mencakup pemahaman, aplikasi, dan analisis.
4)Tugas individu: Tugas individu dapat diberikan setiap minggu dengan bentuk tugas/soal uraian objektif atau non objektif. Tingkat berfikir yang terlibat sebaiknya aplikasi, analisis, bila mungkin sampai sintesis, dan evaluasi. Tugas individu untuk mata pelajaran tertentu dapat terkait dengan ranah psikomotor, seperti menugasi siswa untuk melakukan obserfasi lapangan dalam biologi atau menugasi mereka untuk latihan seperti tari, musik renang, olahraga lainnya dalam mata pelajaran Pendidikan Kesenian, dan pendidikan jasmani.
5)Tugas kelompok: Tugas kelompok ini digunakan untuk menilai kemampuan kerja kelompok. Bentuk soal yang digunakan adalah uraian dengan tingkat berfikir yang tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi. Para siswa dianjurkan mencari data lapangan atau melakukan pengamatan terhadap sesuatu fenomena, atau membuat suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan berkelompok, tugas ini menekankan pada penilaian psikomotor.
6)Ulangan semester: Adalah ujian yang dilakukan pada akhir semester, dengan bentuk soal pilihan ganda atau uraian, Campuran pilihan ganda dan uraian, atau boleh semuanya dalam bentuk uraian. Materi yang diujikan berdasarkan kisi-kisi soal. Tingkat berfikir yang terlibat mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi.
7)Laporan kerja praktik atau laporan praktikum: Mata pelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk praktik, dan laboratorium adalah mata pelajaran tertentu seperti fisika, kimia, dan biologi.
8)Responsi atau ujian praktik: Responsi yang dilakukan adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan praktik dan laboratorium, seperti fisika, kimia, dan biologi. Responsi atau ujian praktik digunakan untuk mengetahui penguasaan akhir siswa terhadap materi pelajaran pada tingkat kognitif, dan psikomotorik.
9)Ujian akhir: bentuk soal yang kita gunakan hampir sama pada ujian semester, kenaikan kelas, akan tetapi cakupan materi yang diuji lebih luas dari ujian naik kelas, karena menguji kemampuan mereka dari kelas awal ke kelas akhir. Pemilihan materinya harus essensial, mewakili seluruh standar kompetensi yang ada.



b.Tes Kemampuan dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program remedial). Tes kemampuan dasar dilakukan pada setiap akhir tahun kelas tiga.

c.Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja, dan hasil belajar yang dicantumkan dalam surat tanda tamat belajar STTB tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jenjang sekolah.

d.Benchmarking
Benchmarking merupakan penilaian terhadap sesuatu pekerjaan, proses, performance, untuk menentukan tingkat keunggulan dan keberhasilan. Penilaian ini dilakukan pada akhir satuan pendidikan, untuk melihat peringkat kelas bukan memberikan nilai akhri peserta didik. Umpamanya; menentukan klasifikasi kelas di suatu sekolah, mengukur keunggulan sekolah di tingkat daerah dan nasional.

e.Penilaian Program
Penilaian program dilakukan oleh departemen pendidikan nasional dan dinas pendidikan secara kontinu dan berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman.
2.Tindak Lanjut
Dalam KTSP, terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan sebagai tindak lanjut pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut antara lain mencakup peningkatan aktivitas dan kreativitas peserta didik, serta peningkatan motivasi belajar.    
a.Peningkatan Aktifitas dan Kreatifitas peserta didik
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun dalam pelaksanaannya seringkali kita tidak sadar, bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik.
Dalam upaya meningkatkan aktivitas dan kreativitas pembelajaran, Mulyasa (2004) mengemukakan bahwa di samping penyediaan lingkungan yang kreatif, guru dapat menggunakan pendekatan sebagai berikukt:
1)Self esteem Approach. Dalam pendekatan ini guru dituntut untuk lebih mencurahkan perhatian pada pengembangan Self esteem (kesadaran akan harga diri), guru tidak hanya mengarahkan peserta didik untuk mempelajari materi ilmiah saja, tetapi pengembangan sikap harus mendapat perhatian secara proposional.
2)Creative approach. Beberapa saran untuk pendekatan ini adalah dikembangkannya problem solving, brain storning, inquiry, dan role playing.
3)Value clarification and moral development approach. Dalam pendekatan ini mengembangkan pribadi menjadi sasaran utama, pendekatan holistik dan  humanistik menjadi ciri utama dalam mengembangkan potensi manusia menuju self actualization. Dalam situasi yang demikian pengembangan intelektual akan mengiringi pengembangan pribadi peserta didik.
4)Multiple talent approach. Pendekatan ini mementingkan upaya pengembangan seluruh potensi peserta didik, karena manifestasi pengembangan potensi dan membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.
5)Inquiry approach. Melalui pendekatan ini peserta didik diberi kesempatan untuk menggunkan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah, serta meningkatkan potensi intelektual.
6)Pictorial riddle approach. Pendekatan ini merupakan metode untuk pengembangan motivasi dan minat peserta didik dalam diskusi kelompok. Pendekatan ini sangat membantu meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.
7)Synetics approach. Pada hakekatnya pendekatan ini memusatkan perhatian pada kompetensi peserta didik untuk mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk membuka intelegensinya dan mengembangkan kreatifitasnya. Kegiatan dimulai dengan kegiatan kelompok yang tidak rasional, kemudian berkembang pada penemuan dan pemecahan masalah secara rasional.
Memahami uraian di atas, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam belajar sangat bergantung pada aktivitas dan kreativitas guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Guru dapat menggunakan berbagai pendekatan dalam meningkatkan dan kreativitas peserta didik.

b.Peningkatan motivasi Belajar
Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan pembelajaran. Callahan and Clark (1988) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi dengan kata lain seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongan (motivasi). Dalam kegiatan ini guru dituntut memiliki kemampuan membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan belajar.
Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi peserta didik diantaranya.
1)Peserta didik akan belajar lebih giat apabila kompetensi dasar yang dipelajari menarik, dan berguna bagi dirinya.
2)Kompetensi dasar harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada peserta didik sehingga mereka mengetahuinya dengan jelas. Peserta didik juga dapat dilibatkan dalam penyusunan indikator kompetensi.
3)Peserta didik harus selalu diberitahu tentang hasil belajar dan pembentukan kompetensi pada dirinya.
4)Pemberian pujian lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan.
5)Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu peserta didik.
6)Usahakan untuk memperhatikan perbedaan peserta didik, misalnya perbedaaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subjek tertentu.
7)Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar ke arah keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah.