Senin, 22 Desember 2008

PERKEMBANGAN TEORI, PERSPEKTIF HISTORIK

PERKEMBANGAN TEORI, PERSPEKTIF HISTORIK

A. Sejarah Perkembangan Teknologi Pengajaran

Metode Kaum Sofi

Para ahli pendidikan menduga bahwa golongan sofi pada pertengahan kedu abad ke-50 sebelum masehi, yang datang dari wilayah berbagai wilayah Yunani Kuno (Hellas) dan mengenbara ke Athena, merupakan kaum teknologi yang pertama. Mereka pergi mengembara dan bekerja sebagai guru mandiri untuk memperoleh hasil kerja mengajarnya. Mereka menyampaikan pelajaran dengan berbagai cara atau teknik. Mula-mula ia menjelaskan bahan pelajaran yang telah disiapkan secara matang mengenai suatu bahan yang disarankan oleh para pengikutnya. Sesudah pengajaran selesai, lalu dilanjudkan dengan perdebatan yang dilakukan secara bebas dengan sesorang atau dengan sekelompok orang. Kaum sofi memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki potensiIntelegen, potensi tanggung jawab socila, potensi mengatur diri dan menakhlukkan alam. Pengembangan potensi memerlukan pendidikan dan pengajaran.
Untuk mengembangkan keterampilan berpolitik dikembangkan pendidikan dan latihan bahasa,terutama dalam bentuk berfikir dan berpidato. Metode diskusi kelompok hasil penemuan phytagoras merupakn teknik mencari pemecahan suatu masalah berlandaskan asas-asas.

Untuk mengajarkan Retorika dipergunakan metode dasar yang menyerupai penggabungan antara teori dengan aplikasi pengetahuan, berdasarkan gagasan Polymath /pendidikan umum, yaitu pengajaran untuk menguasai makna yang relevan. Teknik analisis dalam pengajaran Retorika tersebut juga di aplikasi untuk mengajarkan pelajaran-pelajaran liannya.

Metode Socrates

Tujuan filsafatnya mencari kebenaran yang berlaku mutlak hal ini bertentangan dengan paham Sofiesme yang mnegajarkan paham bahwa semua itu relative dan subjectif dan harus dihadapi pendirian sekeftis. Socrates berpendapat bahwa kebenaran itu harus tetap dicari. Mencari kebenaran itu melalui Tanya jawab. Dengan demikian metode yang dipakai disebut Mayeutik atau menguraikan, yang sekarang dikenal sebagai metode penyelidikan atau Inquiri.
Metode Abelard

Aliran filsafat baru yang disebut Sikolastik. Karakteristik dalam metode pengajarannya deletakkan olehAbelard. Disamping itu banyak sekali tulisannya mengenai logika dan universale disekolah kadredal Notre Dame, tempat Abelard mengajar dan melatih para siswanya, yang diutamkan olehnya adalah aktifnya berfikir siswa. Dan bukan hanya meniru apa yang dikatakan oleh guru. Metode yang dipakai bertujuan untuk membentuk kelompok pro dan kontra terhadap pandangan materi.

Metode Johann Amos Comenius
Dalam pendidikan dan pengajaran pun Comenius berpatokan pada atau mencontoh seluruh alam besar/makrokosmos yang selalu berjalan secara tertib menurut aturan-aturan yang pasti. Pandangan diktatiknya pun dipengaruhi oleh warna realisme yang dianutnya, misalnya :
1.Pengetahuan yang diutamakan adalah pengetahuan yang bersifat kenyataan, bukan sebaliknya, yaitu kata-kata hampa yang bersifat verbalistik.
2.Pengajaran harus melalui peragaan, yaitu melalui pendayagunaan alat-alat pengindraan.
3.Bahasa yang nyata bagi anak-anak adalah bahhasa ibu. Oleh sebab itu, pelajaran bahasa ibu harus didahulukan dan dijadikan landasan untuk mempelajari bahasa asing sebagai pengantar dalam untuk mengajarkan pengetahuan.
4.Pelajaran disamakan secara induktif, dimulai dari peristiwa nyata, kemudian meningkat ke umum, kesimpulan atau dalil yang abstrak.
5.Dialam raya segala sesutau berkembang secara teratur, tidak meloncatloncat. Oleh sebab itu, pengajaran pun harus maju secara teratur dari pelajaran yang menuju sukar.
6.Pada kenyataannya sebelum suatu makhluk mulai hidupnya didunia ini, ia sudah dapat dipastikandipersiapkan dulu oleh alam didalam kandungan induknya.
7.Pelajar wajib meliputi banyak pengetahuan sesuai dengan isi alam yang banyak sekali.
8.Selama mengeram, burung akan berulang-ulang membolak-balik telurnya sebelum menettas.
Comenius telah meletakkan dasar-dasar pemahaman yang Sistematis dalam proses belajar-mengajar dan mengantisipasikannya secara meluas kearah konsepsi modern dari teknologi pengajaran. Dalam pendididkan dan latihan Comencius selalu menekankan asas alamiah.

Metode Josefh Lancaster

Dalam mengimplemasikan metodenya Lancaster mempelajari kontruksi kelas-kelas khusus yang dapat mendayaguankan secara efektifberbagai media pengajaran dan pengelompokkan siswa. Yang dikenal dari sistem pendidikan Lancaster adalah pemakaian biayanya yang ekonomis. Sekolah Lancaster merupakan prinsip pengajaran massal dengan biaya rendah, yang menjadi harapan di masa depan sebagai sekolah bebas / free school.
Didalam persekolahnya dipergunakannya suatu metode yang sudah dirinci Sistematis kedalam enam bidang.
1.Pengajaran berlangsung dalam bentuk monitor dan latihan
2.Pengajaran berlangsung dimana para siswa mempelajari kerangka isi pelajaran.
3.Para siswa melakukan kegitan atau latihan monitor
4.Guru-guru mengadakan pengontrolan pengajaran
5.Para siswa dikelompok-kelompokan
6.Dilakukan ujian dan pengadministrasian para siswa.

System lancaster ini mempunyai kelemahan karena pendekatan yang berpusat pada praktek semacam ini tidak mempunyai kesatuan teori dan terlepas sama sekali dengan landasan teori belajar. Sitem inilah yang pertama-tama memperkenalkan keteraturan Sistematika didalam metode pengajaran.

Metode Johann Heinrich Pestalozzi

Pestalozzi merupakan pelopor didalam pengembangan system pengajaran yang komprehensip dan berasaskan teori-teori. Sebagaimana telah diutarakan, pengajaran berlangsung dari unsur-unsur yang paling sederhana, lalu menambah maju secara teratur dalam serangkaian tingkat yang secara psikologi memang berkaitan erat dengan perkembangan jiwa anak.
Pestalozzi berpendapat bahwa ketiga mata pelajaran, yaitu bahasa, menggambar, dan berhitung merupakan sistem pengajaran yang dapat mengarahkan serta menumbuhkan insight anak. Insight akan diperoleh anak apabila pelajaran dirancang sesuai dengan perkembangan dari sederhana kearah yang sukar dan rumit.







Metode Friedrich W. Froeble

Menurut metologi Froeble pandangan hidup mempengaruhi jalan pikiran dalam membentuk gagasan dalam pendidikan dan pengajaran.
1.Bahwa alam raya seluruhnya itu berasal dari Tuhan, oleh Tuhan dan kembali kepada Tuhan.
2.Bahwa diantara seluruh alam raya yang ada suatu perhubungan yang erat seluruh kehidupan kesatuan yang bulat dan padu.
3.Menurut kodratnya manusia itu baik dan sifat negatifnya timbul karena pendidikan yang salah atau desebabkan oleh kurangnya pengertian pada diri anak itu sendiri.
4.Kehidupan rohani setiap orang tidak lain adalah pengulangan dari kehidupan rohani seluruh umat manusia.

Metode Johann Friedrich Herbart

Pada masa herbartlah dijumpai suatu bentuk pengajaran yang bermutu disusun secara sistematis, dan kaidah-kaidah bernilai tinggi dipergunakan untuk mengajarkan kebajikan kepada anak-anak, berdasarkan konsep tersebut Dia mengembangkan suatu ilmu jiwa belajar yang aktif dalam pengajaran yaitu apresiasi.


Teori Herbart membawa implikasi kepada guru yang tugas utamanya dalam mengajar harus membentuk apresiasi dengan cara menyampaikan mata-mata pelajaran dengan urutan-urutan gagasan yang benar. Untuk tujuan tersebut Herbart memanfaatkan literatur dan sejarah dunia terpilih yang disusun secara benar, yang mengembangkan serta menambah perhatian dan pemahaman perkembangan jiwa.
Dengan demiakian Herbart mengembangkan suatu system belajar yang spekulatif dan mekanistis, namun memberikan suatu krangka kerja teoritis dan logis bagi praktek pendidikan dan pengajaran.

Awal Munculnya Teknologi Pengajarn

pada tahun 1901 Willam James dalam bukunya, Talks To Teacher On Psychology, mengungkapkan perbedaan antara seni mengajar dan ilmu mengajar. Kemudian pada tahun yang sam John Dwey manyatakn bahwa metode ilmu pengetahuan empirislah yang merupakan asa dalam pendidikan terhadap fungsi ruang kelas sebagai laboraturium. Selanjutnya pada tahun 1902 Edward Thordike untuk masalh-masalah pengajaran.
Demikian biang penelitian mulai dimanfaatkan. Dan study ilmiah mengenai anak-anak diterbitkan dalam Adolesscence pada tahun 1904 oleh G. Stanley Hall. Suatu metode pengukuran intelegensi anakditerbitkan olehAlfred Binet dan T. Simon pada tahun yang sama dengan judul A Method of Measuring the Intelligence of Youn Children. Mereka mengemukakn teori-teori yang menghasilkan teknologi pengajaran.

Metode Pengajaran Thorndike

Sebagai ahli ilmu jiwa yang amat berharaga bagi perkembangan teknologi pengajarandi Amerika.
Dasar-dasar hukum belajar:
1.Hukum latihan atau pengulangan, suatu stimulus respon sering diulang-ulang, ia akan semakin diingat siswa.
2.Hukum efek, suatu respon akan menjadi kuat bila mana diikuti oleh rasa gembira atau rasa susah.
3.Hukum respon berganda, dalam situasi rumit ketika respons yang tepat belum ada, upaya coba-coba dilakukan sampai berhasil.
Peristiwa belajar terjadi dari pembentukan ikatan-ikatan stimulus respons tersebut menjadi pola-pola tingkah laku individu.
Prinsip-prinsip dasar Teknologi pengajaran :
1.Aktivitas sendiri
2.Minat sebagai inovasi
3.Persiapan dan suasana mental
4.Individualisasi
5.Sosialisasi




Metode Pengajaran John Dewey

Menurut dewey belajar adalah interaksi antara Stimulus dan Respons, merupakan hubungan dua arah antara belajar dan lingkungannya.Metode ilmiah yang amat berperan bagi Instuksional dari Dewey adalah metode berfikir Reflektif didalam memecahkan masalah, yaitu suasana proses berfikir aktif, hati-hati yang dilandasi proses berfikir kerah kesimpulan-kesimpulanyang definitive melalui lima langkah, yaitu :
1.Pertama siswa mengenali masalah
2.Selanjudnya menyelidiki dan menganalisis
3.Terus menghubungkan uraian-uraian hasil analisisnya
4.Kemudian menimbang kemungkinan jawaban
5.Selanjudnya mempraktekkan salah satu kemungkinan pemecahan yang dipandang terbaik
Manfaat khusus yang dapat diperoleh dari Metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah-masalah yang ada disekitarnya.





Metode Pengajaran Kurt Lewin

Belajar dipandang sebagai pemecahan masalah, mencari persepsi untuk membentunitif, mencari cara-cara untuk mengatasi hambatan-hambatan serta menyatukan pemahaman-pemahaman itu menjadi ruang hidup baru yang telah diatur kembali.


Didalam prosesnya ada empat macam perubahan, yaitu :
1.Perubahan dalam struktur kognitif, yaitu pengetahuan
2.perubahan dalam motivasi, yaitu belajar menyenangi atau membenci
3.Perubahan dalam ikatan kelompok atau Ideology
4.Memperoleh kontrol secara sukarela
Dalam pendekatan teori medan, tugas guru adalah mengimplementasikan perkembangan pemahaman yang optimal agar dapat meningkatkan kecakapan siswa dalam menghadapi situasi.
Aspek teknik pengajaran medan Instruksional, yaitu :
1.Guru sebagai komunikator
2.Siswa sebagai komunikan menyimak materi pengajaran tersebut atau membentuk tanda materi pengajaran yang disajiakan guru
3.Pesan yang bersifat pengajaran


Teori Pengajaran Skinner

Sampai saat ini mengajar dianggap sekedar pengaturan kemungkinan penguatan. Kejadian belajar terjadi dengan adanya penguatan, yang mengandung tiga variabel, yaitu :
1.Suatu kesempatan untuk terjadinya prilaku
2.Perilaku itu sendiri
3.Akibat prilaku itu
Aliran ini menambahkan bahwa perilaku Si-belajar serta konsekuensinya atau penguatan atas perilaku itu merupakan unsur-unsur utama dalam belajar.
Skinner berasumsi bahwa manusia itu bersifat Netral dan fasif. Ilmu jiwa yang terpenting bagi Skinner adalah Operant Conditioning atau Behaviorisme, sebagai perluasan dari ilmu jiwa belajar Stimulus-Repons, yaitu konektivisme yang dikembangkan oleh Thorndike dan Watson. Hukum Operant Conditioning menyattakan bahwa bila terjadi Operant,segera diikuti oleh adanya kekuatan operant itu akan bertambah.Dengan kata lain; kunci keberhasilan pengajaran terletak pada analisis efek pengutan dan pola-pola pembentukan urutan yang memperkuat, sifat khusus dimana suatu responsdiikuti oleh stimlus yang memperkuatnya.




Untuk menimbulkan prilaku khusus, peralatan itu harus dihubungkan dengan prilaku Si-belajar melalui cara tertentu, prinsip yang mendasari mesin belajarnya Skinner adalh :
1.Perkuat respons siswa secepatnya dan sesering mungkin
2.Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol laju kecepatan belajarnya sendiri.
3.Diperlukan adanya partisipasi dengan memberikan jawaban

B. Tinjauan Historis lahirnya Teknologi Pengajaran

Teknologi bukan sekedar orang dan mesin, tetapi suatu organisasi yang rumit, integrasi dari orang, mesin, pemikiran, prosedur, dan pengolahan adalah dalam proses intruksional. Dengan demikian :
1.Perangkt fisik yang mengantarai transmisi informasi
2.Komponen sistem pembelajaran adalah ;
. Pesan-pesan, ialah informasi yang ditransmisikan isi dan arti
Instrumentasi-Media, menunjukkan sistem transmisi / bahan dan peralatan yang tesedia untuk menyampaikan pesan tertentu.
Orang, menunjukkan personel yang diperlukan untuk mengawasi atau membantu transmisi-transmisi atau persentasi.
Metode, Spesifikasi dan teknik yang diperlukan untuk persentasi yang efektif.


C. Pembelajaran Visual

Yang dimaksud dengan alat bantu visual yaitu gambar, model, objek atau alat-alat yang dipakai untuk menyajikan pengalaman konkrit melalui visualisasi kepada siswa dengan tujuan, yaitu :
1.Memperkenalkan, menyusun, memperkaya, atau memperjelas konsep-konsep abstrak
2.Mengembangkan sikap yang diinginkan
3.Mendorong timbulnya kegiatan siswa yang lebih lanjut

D. Dari Pembelajaran Visual Ke Pembelajaran Audio Visual

Pembelajaran Audiovisualmemberikan tekanan pada pengalaman konkrit atau non-verbal dalam proses dalam proses belajar. Bahan Audiovisual hanya berguna apabila sebagian Intergral dari proses insrtuksional.
Sekalipun pembelajaran Audiovisual menambahkan komponen audio kedalam aliran pembelajaran Visual, namun penambahan konseptual hanya sedikit serta mengklasifikasikan jenis bahan, dan bukannya sekedar mendaftar jenis bahan itu atau lebih menaruh perhatian kepada bahan dari pada proses pengembangan bahan itu.




E. Dari Pembelajaran Audiovisual Ke teori Komunikasi

Pendekatan yang lebih bermanfaat untuk memahami dan meningkatkan efesiensi dalam bidang audiovisual tampaknya terletak pada teori komunikasi.
Untuk menjalankan proses, orientasi komunikasi menambahkan konsep kedua yang dapat ditrapkan pada definisi yang berlaku sekarang, yaitu pemanfatan model yang dinamis, model yang diciptakan teoritis komunikasi merupakan model proses yang dinamis, jadi melibatkan lebih banyak daripada sekedar bahan yang dipakai untuk menyajikan pesan.

F. Dari Pembelajaran Audiovisual Ke Konsep Sistem Awal

Suatu system dapat didefinisikan sebagai rangkaian komponen-komponen yang mempunyai tujuan yang sama. Konsep programming dan system, serta analisis dari system itu sepenuhnya telah menyerap pengertian bahan-bahan Instruksional merupakan konsep ketinggalan zaman, Atomistis, dan Pra-Teknologis, serat hanya bermanfaat bagi para ahli sejarah pendidikan.
Konsep sistem awal dari teknologi pendidikan telah memperkenalkan bebrapa konsep baru yang terpenting dalam bidang bersangkutan.
1.Ditegaskan bahwa unit dasar atau produk bidang tersebut bukanlah bahan yang terpisah-pisah melainkan system instruksional yang lengkap
2.Hubungannya memandang masing-masing bahan sebagai komponen system, dan bukan sesuatu alat bantu guru yang terpisah-pisah.
G. Komunikasi Audiovisual; Perpaduan Komunikasi dan Konsep Awal

Komunikasi Audiovisual ialah cabang teori dan praktek pendidikan khusus yang berkepentingan dengan rancangan dan pemanfaatan pesan yang mengendalikan proses belajar.
Tujuan praktisnya yaitu efisiensi pemanfaatan setiap metode dan media komunikasi yang dapat menyumbangkan pengembangan potensi si-belajar secara penuh.
Definisi resmi ini oleh DAVI / Departeman of Audiovisual Intruction dari The Nation Education Assosiation tahun 1963, merupakan sutu perubahan penting dalam paradigna dalam teknologi pendidikan yaitu dari penekanan pada Audiovisual sebagai alat bantu yang memberikan pengalaman konkrit, kerah penekanan pada proses komunikasi yang lengkap pada pemanfaatan sistem pembelajaran yang lengkap.

H. Pengaruh Ilmu-Ilmu Prilaku

Ilmu tentang prilaku, khusnya teori belajar, merupakan landasan ilmu yang utama, dari mana dapat diperkirakan aplikasinya berupa teknolgi pembelajaran.
Teknologi Intruksional adalah aplikasi teknologi prilaku untuk menghasilakn prilaku khusus secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan Instruksional.

AL-QUR'AN,AS-SUNNAH DAN IJTIHAD

AL-QUR'AN,AS-SUNNAH DAN IJTIHAD
1.AL-QUR'AN
Al Qur'an adalah firman Allah yang di dalamnya terkandung banyak sekali sisi keajaiban yang membuktikan fakta ini. Salah satunya adalah fakta bahwa sejumlah kebenaran ilmiah yang hanya mampu kita ungkap dengan teknologi abad ke-20 ternyata telah dinyatakan Al Qur'an sekitar 1400 tahun lalu. Tetapi, Al Qur'an tentu saja bukanlah kitab ilmu pengetahuan. Namun, dalam sejumlah ayatnya terdapat banyak fakta ilmiah yang dinyatakan secara sangat akurat dan benar yang baru dapat ditemukan dengan teknologi abad ke-20. Fakta-fakta ini belum dapat diketahui di masa Al Qur'an diwahyukan, dan ini semakin membuktikan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah. ]

Al-Qur'an (ejaan KBBI: Alquran, dalam bahasa Arab قُرْآن) adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam memercayai bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril.
Ditinjau dari segi kebahasaan (etimologi), Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”.(75:17-75:18)
Terminologi
Sebuah cover dari mushaf Al-Qur'an
Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
“Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir di mana membacanya termasuk ibadah”.
Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"
Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai Muslim, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan Al-Qur’an seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat Nabi Musa AS atau Kitab Injil yang diturunkan kepada umat Nabi Isa AS. Demikian pula firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak termasuk Al-Qur’an.
Nama-nama lain Al-Qur'an
Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:
Al-Kitab, QS(2:2),QS (44:2)
Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)
Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)
Al-Mau'idhah (pelajaran/nasehat): QS(10:57)
Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)
Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)
Asy-Syifa' (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)
Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)
At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)
Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)
Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)
Al-Bayan (penerang): QS(3:138)
Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
An-Nur (cahaya): QS(4:174)
Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)
Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)
Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)
Struktur dan pembagian Al-Qur'an
Surat, ayat dan ruku'
Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat). Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar dan Al-‘Așr. Total jumlah ayat dalam Al-Qur'an mencapai 6236 ayat di mana jumlah ini dapat bervariasi menurut pendapat tertentu namun bukan disebabkan perbedaan isi melainkan karena cara/aturan menghitung yang diterapkan. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.
Makkiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah. Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat,sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah
Juz dan manzil
Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.
Menurut ukuran surat
Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada didalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus
Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya
Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya
Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya
Sejarah Al-Qur'an hingga berbentuk mushaf
Manuskrip dari Al-Andalus abad ke-12
Penurunan Al-Qur'an
Dipercayai oleh umat Islam bahwa penurunan Al-Qur'an terjadi secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.
Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya
Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.
Pengumpulan Al-Qur'an di masa Rasullulah SAW
Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.
Pengumpulan Al-Qur'an di masa Khulafaur Rasyidin
Pada masa pemerintahan Abu Bakar
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:
Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."
Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).
Upaya penerjemahan dan penafsiran Al Qur'an
Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna) dalam berbagai bahasa. Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab. Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.
Terjemahan
Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh. Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang bervariasi; terkadang untuk arti hakiki, terkadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
1.Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia, ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002
2.Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus
3.An-Nur, oleh Prof. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
4.Al-Furqan, oleh A.Hassan guru PERSIS
Terjemahan dalam bahasa Inggris
1.The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, oleh Abdullah Yusuf Ali
2.The Meaning of the Holy Qur'an, oleh Marmaduke Pickthall
Terjemahan dalam bahasa daerah Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
1.Qur'an Kejawen (bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
2.Qur'an Suadawiah (bahasa Sunda)
3.Qur'an bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
4.Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
5.Al-Qur'an Suci Basa Jawi (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhamad Adnan
6.Al-Amin (bahasa Sunda)
Tafsir
Upaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak semasa hidupnya Nabi Muhammad, saat itu para sahabat tinggal menanyakan kepada sang Nabi jika memerlukan penjelasan atas ayat tertentu. Kemudian setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga saat ini usaha menggali lebih dalam ayat-ayat Al-Qur'an terus berlanjut. Pendekatan (metodologi) yang digunakan juga beragam, mulai dari metode analitik, tematik, hingga perbandingan antar ayat. Corak yang dihasilkan juga beragam, terdapat tafsir dengan corak sastra-bahasa, sastra-budaya, filsafat dan teologis bahkan corak ilmiah.
Adab Terhadap Al-Qur'an
Sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Qur'an, seorang Muslim dianjurkan untuk menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan berwudhu. Hal ini berdasarkan tradisi dan interpretasi secara literal dari surat Al Waaqi'ah ayat 77 hingga 79.
Terjemahannya antara lain:56-77. Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, 56-78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), 56-79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (56:77-56:79)
Penghormatan terhadap teks tertulis Al-Qur'an adalah salah satu unsur penting kepercayaan bagi sebagian besar Muslim. Mereka memercayai bahwa penghinaan secara sengaja terhadap Al Qur'an adalah sebuah bentuk penghinaan serius terhadap sesuatu yang suci. Berdasarkan hukum pada beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, hukuman untuk hal ini dapat berupa penjara kurungan dalam waktu yang lama dan bahkan ada yang menerapkan hukuman mati.
Hubungan dengan kitab-kitab lain
Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Muhammad SAW dalam agama Islam (Taurat, Zabur, Injil, lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut. Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:
Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan ummat Islam terhadap eksistensi kitab-kitab tersebut. QS(2:4)
Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara ummat-ummat rasul yang berbeda. QS(16:63-64)
Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen.
2.AS-SUNNAH
a).As-Sunnah sebagai sumber nilai.
Sunnah adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) yang kedua setelah al-Qur'an. Bagi mereka yang telah beriman kepada al-Qur'an sebagai sumber hukum, maka secara otomatis harus percaya bahwa sunnah sebagai sumber Islam juga. Ayat-ayat al-Qur'an cukup banyak untuk dijadikan alasan yang pasti tentang hal ini, seperti:
a) Setiap Mu'min harus percaya kepada Allah dan Rasul-Nya (al-Anfal:20, Muhammad:33, An-Nisa':59, Ali
'Imran:32, al-Mujadalah:13, an-Nur:54, al-Ma'ida:92).
b) Kepatuhan kepada Rasul berarti patuh dan cinta kepada Allah (an-Nisa':80, Ali 'Imran:31).
c) Orang-orang yang menyalahi sunnah akan mendapatkan siksa (al-Anfal:13, al-Mujadalah:5, an-Nisa':115).
d) Berhukum terhadap sunnah adalah tanda orang yang beriman (an-Nisa':65).
Kemudian perhatikan ayat-ayat: an-Nur:52, al-Hasyr:4, al-Mujadalah:20, an-Nisa':64 dan 69, al-Ahzab:36 dan 71, al-Hujurat:1, al-Hasyr:7, dan sebagainya. Apabila sunnah tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum Muslimin akan mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam hal: cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji, dan lain sebagainya. Sebab ayat-ayat al-Qur'an dalam hal tersebut hanya berbicara secara global dan umum, dan yang menjelaskan secara terperinci justru sunnah Rasulullah. Selain itu juga akan mendapatkan kesukaran-kesukaran dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang musytarak, muhtamal, dan sebagainya yang mau tidak mau memerlukan sunnah untuk menjelaskannnya. Dan apabila penafsiran-penafsiran tersebut hanya didasarkan kepada pertimbangan rasio sudah barang tentu akan melahirkan tafsiran-tafsiran yang sangat subjektif dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
b).Hubungan as-Sunnah dan al-Qur'an.
Dalam hubungan dengan al-Qur'an , maka as-Sunnah berfungsi sebagai penafsir, pensyarah, penjelas atas ayat-ayat tertentu. Apabila disimpulkan tentang fungsi as-Sunnah dalam hubungan dengan al-Qur'an itu adalah sebagai berikut:
a) Bayan Tafsir, yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum mujmal dan musytarak. Seperti hadits: "Shallukama ra'aitumuni ushalli" (shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat) adalah merupakan tafsiran dari ayat al-Qur'an yang umum, yaitu: "Aqimush-shalah" (kerjakan shalat). Demikian pula dengan hadits: "khudzu 'annimanasikakum" (ambilah dariku perbuatan hajiku) adalah tafsiran ayat al-Qur'an "Waatimmulhajja" (dan sempurnakan hajimu).
b) Bayan Taqrir, yaitu as-Sunnah yang berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan al-Qur'an, seperti hadits yang berbunyi: "Shaumul liru'yatihi wafthiruliru'yatihi" (berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya) adalah memperkokoh ayat al-Qur'an dalam surat al-Baqarah:185.
c) Bayan Taudhih, yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat al-Qu r'an, seperti pernyataan Nabi: "Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati" adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat al-Qur'an dalam surat at-Taubah:34 yang berbunyi sebagai berikut: "Dan orang-orang yang menyimpan mas dan perak yang kemudian tidak membelanjakannya di jalan Allah maka gembirakanlah mereka dengan azab yang sangat pedih".
Pada waktu ayat ini turun banyak para sahabat yang merasa berat untuk melaksanakan perintah ini, maka mereka bertanya kepada Nabi yang kemudian dijawab dengan hadits tersebut.
c).Perbedaan antara al-Qur'an dan al-Hadits sebagai sumber hukum.
Sekalipun al-Qur'an dan as-Sunnah/al-Hadits sebagai sumber hukum Islam namun di antara keduanya terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup prinsipil. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain:
a) al-Qur'an nilai kebenarannya adalah qath'i (absolut), sedangkan al-Hadits adalah zhanni (kecuali hadits mutawatir).
b) Seluruh ayat al-Qur'an mesti dijadikan sebagai pedoman hidup, tetapi tidak semua hadits kita jadikan sebagai pedoman hidup. Sebab di samping ada sunnah yang tasyri' ada juga sunnah yang ghairu tasyri'. Di samping ada hadits yang shahih (kuat) ada pula hadits yang dha'if (lemah),dan seterusnya.
c) Al-Qur'an sudah pasti otentik lafazh dan maknanya, sedangkan hadits tidak.
d) Apabila al-Qur'an berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib maka setiap Muslim wajib mengimaninya, tetapi tidak demikian apabila masalah-masalah tersebut diungkapkan oleh hadits (ada yang wajib diimani dan ada yang tidak)

3.IJTIHAD
Ijtihad (Arab: اجتهاد) adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.
Namun pada perkembangan selanjutnya, diputuskan bahwa ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam.
Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu.
Fungsi Ijtihad
Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap, tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detil oleh Al Quran maupun Al Hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan pada saat turunnya Al Quran dengan kehidupan modern. Sehingga setiap saat masalah baru akan terus berkembang dan diperlukan aturan-aturan baru dalam melaksanakan Ajaran Islam dalam kehidupan beragama sehari-hari.
Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu atau di suatu masa waktu tertentu maka persoalan tersebut dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadist. Sekiranya sudah ada maka persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana disebutkan dalam Al Quran atau Al Hadits itu. Namun jika persoalan tersebut merupakan perkara yang tidak jelas atau tidak ada ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka umat Islam memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah mereka yang mengerti dan paham Al Quran dan Al Hadist.
Jenis-jenis ijtihad
Ijma'
Adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati.
Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
Qiyâs
Beberapa definisi qiyâs' (analogi)
1.Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada cabangnya, berdasarkan titik persamaan diantara keduanya.
Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui suatu persamaan diantaranya.
Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di dalam Al-Qur'an atau Hadis dengan kasus baru yang memiliki persamaan sebab (iladh).
Istihsân
Beberapa definisi Istihsân
1.Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena dia merasa hal itu adalah benar.
Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan olehnya
Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang banyak.
Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.
Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara yang ada sebelumnya...
Mushalat murshalah
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskhnya dengan pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan menghindari kemudharatan.
Sududz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentinagn umat.
Istishab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya.
Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.

MAKHLUK(CIPTAAN ALLAH)

MAKHLUK(CIPTAAN ALLAH)
DISUSUN GUNA MELENGKAPI TUGAS MATAKULIAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1. OKTARIYANA MPM 08 22 076
2. JECKY DANIEL MPM 08 22 082
3. LENSA WATI MPM 08 22 086
4. PUJI WATNI MPM 08 22 016
DOSEN PEMBIMBING :
YELMI YUNARTI S.Pd.I M.Pd

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
2008/2009


BAB.1 PENDAHULUAN
Di antara makhluk-makhluk Allah adalah langit dan bumi serta apa-apa yang berada di situ. Kita lihat makhluk-makhluk yang beraneka ragam di bumi. Manusianya, hewannya, tumbuh-tumbuhannya,lautannya,pegunungannya,hutannya,dan segala sumber daya alam yang terkandung di dalamnya.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya:
“Dan di bumi terdapat tanda-tanda Allah bagi orang-orang yang yakin. Begitu juga pada diri-diri kalian tidakkah kalian melihat?” (Adz Dzariyat 21-22 )
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya:
“Apakah mereka tercipta begitu saja secara tiba-tiba ataukah mereka yang menciptakan? Apakah mereka yang telah menciptakan langit-langit dan bumi bahkan mereka tidak meyakini.” (At Thur 35-36)
Mengenai penciptaan alam semesta oleh Tuhan, banyak hal menarik yang dapat dibahas, namun masalah penciptaan makhluk hidup menjadi suatu fokus kajian dalam kaitannya dengan munculnya neo-organisme (organisme baru) melalui berbagai metoda bioteknologi. Semakin maraknya neo-organisme sebagai suatu sarana bagi para ilmuwan bereksperimen, guna mewujudkan harapan untuk membuktikan bahwa teori evolusi itu benar. Teori evolusi adalah teori yang meyakini bahwa makhluk hidup sekarang berasal dari makhluk tak hidup yang terbentuk dengan sendirinya (spontan), dan makhluk hidup dahulu merupakan cikal bakal makhluk hidup sekarang yang berubah dari jenis ke jenis lainnya secara perlahan-lahan dalam waktu yang relatif lama.
Nyata dalam urut-urutan proses penciptaan yang dilakukan Tuhan terhadap alam semesta ini mencerminkan detail perancangan yang luar biasa yang dilakukan Tuhan untuk keberadaan alam semesta ini. Setiap hal diadakan dan disediakan lebih dahulu olehNya sebagai persiapan bagi eksistensi makhluk hidup. Sebagai contoh sebelum tumbuhan diciptakan, Tuhan menyediakan lahannya terlebih dahulu dengan cara memisahkan daratan dengan lautan atau bagian-bagian yang tergenang (lihat Kejadian 1: 6-7, 9-10 kemudian Kejadian 1: 11-12). Demikian juga waktu diciptakan hewan juga manusia, Tuhan terlebih dahulu menyediakan habitat serta makanannya (lihat Kejadian 1: 11-12, 20-30).






KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk, bantuan dan pertolongan kepada kita sekalian, sehingga kita dapat menjadi pemeluk agama Islam.
Semoga Allah Yang Maha Esa selalu membantu dan melindungi kita semua untuk selalu tetap sabar dalam menjalani semua ujian dan cobaan hidup ini.
Tak ada tujuan lain bagi Allah Yang Maha Esa menjadikan keanekaragaman manusia dalam segala hal selain untuk hidup berdampingan dengan rukun dan damai antar sesama makhluk hidup di muka bumi ini, dan juga tidak di ciptakannya manuasia dan jin kecuali untuk selalu beribadah hanya kepada-NYA.
Kami menyadari bahwa segala sesuatu yang tidak sempurna pastilah datang dari kami, karena kesempurnaan itu hanyalah milik ALLAH Yang Maha Esa.
Apabila ada kata-kata yang salah dan kurang berkenan dari kami, kami mohon untuk dapat di maafkan.









Baturaja,10 November 2008


Penulis









DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... (i)
DAFTAR ISI...................................................................................................................(ii)

BAB 1.PENDAHULUAN.............................................................................................. (1)
BAB 11.PEMBAHASAN MAKHLUK (CIPTAAN ALLAH)...................................... (2)
1. ALAM SEMESTA.......................................................................................................(2)
2. ALAM KEHIDUPAN (HAYATI)...............................................................................(7)

BAB 111.PENUTUP
KESIMPULAN...................................................................................................(iii)
DAFTAR FUSTAKA.....................................................................................................(iv)
























BAB.11 PEMBAHASAN
MAKHLUK(CIPTAAN ALLAH)

Makhluk adalah sebuah kata serapan dari bahasa Arab yang berarti "yang diciptakan", sebagai lawan kata Kholik —"yang menciptakan." Secara umum, kata ini merujuk pada organisme hidup yang diciptakan oleh Tuhan. Selain itu, "makhluk" juga dapat merujuk pada:
Makhluk halus, adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bersifat ghaib seperti setan, jin, atau iblis.
Makhluk legenda, adalah makhluk yang terdapat dalam legenda atau cerita dongeng, misalnya naga, bijuu, atau monster.
Ciptaan Allah menjadi objek garapan akal. Yang dimaksud ciptaan Allah (makhluk) adalah segala sesuatu selain zat Allah. Mengapa demikian, karena keseluruhan yang ada di maya pada ini Allah Swt. yang menciptakan. Semua ciptaan-Nya menyandang fungsi dan keajaiban sendiri-sendiri, tidak satu pun yang diciptakan sia-sia. (QS Ali Imrân: 191). Manusia berkewajiban menyingkap setiap misteri keajaiban penciptaan itu, spesifiknya lagi seorang mukmin, dalam rangka mengenal dan membuktikan bahwa Allah sebagai Sang Khalik. Saya berikan contoh emplisit—mengutip permisalan yang diambil Imam Syahid—tentang hal ini. Udara yang selalu kita hirup mengandung dua unsur; pertama, bermanfaat bagi manusia, dalam istilah ilmu Kimia disebut oksigen dan kedua, membawa efek buruk yang disebut karbon dioksida. Dengan memahami konteks udara serta fungsinya bagi makhluk hidup akan mereduksi kesimpulan adanya jalinan harmonis antara satu komponen dengan komponen yang lain, sebut saja manusia dan tumbuhan. Manusia sesuai sistem pernapasannya menghirup oksigen, mengeluarkan karbon dioksida, sedangkan bagi tumbuhan berpola sebaliknya, menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen
1.ALAM SEMSTA
Pada pertengahan pertama abad ke-20, kata alam semesta digunakan untuk menjelaskan seluruh ruang waktu kontinu di mana kita berada, dengan energi dan materi yang dimilikinya. Usaha untuk memahami pegertian alam semesta dalam lingkup ini pada skala terbesar yang memungkinkan, ada pada kosmologi, ilmu pengetahuan yang berkembang dari fisika dan astronomi.
Pada pertengahan terakhir abad ke-20, perkembangan kosmologi berdasarkan pengamatan, juga disebut fisika kosmologi, mengarahkan pada pembagian kata alam semesta, antara kosmologi pengamatan dan kosmologi teoritis; yang (biasanya) para ahli menyatakan tidak ada harapan untuk mengamati keseluruhan dari ruang waktu kontinu, kemudian harapan ini dimunculkan, mencoba untuk menemukan spekulasi paling beralasan untuk model keseluruhan dari ruang waktu, mencoba mengatasi kesulitan dalam mengimajinasikan batasan empiris untuk spekulasi tersebut dan resiko pengabaian menuju metafisika.
a. Asal-Usul Kejadian Makhluk
Manusia adalah sebahagian dari makhluk yang hidup diatas bumi dengan tersedianya sarana kebutuhan hidupnya dan fasilitas-fasilitas secukupnya.
Firman Allah Q.S.Al-A'raf (7): 10;
Artinya: “ Dan sesungguhnya kami telah menempatkan kamu di muka bumi dan Kami jadikan di dalamnya penghidupan bagi kamu. Sedikit sekali kamu bersyukur”.
Q.S. Al-Hijr (15) : 20;
Artinya: “ Dan Kami menjadikan di bumi keperluan kehidupan kamu dan keperluan kehidupan orang yang bukan kamu memberi rezekinya”.
Bagi manusia bukan saja yang ada di bumi sebagai bahan keperlluan hidup, namun yang terkandung dalam langit seperti udara, air, matahari dan benda-benda lainnya.
Asal- usul kejadian manusia menurut ajaran islam akan berbeda-berbeda denagn pendapat ahli filsafat antropologi terutama pendapat ahli kenamaan seperti Darwin dan lainnya. Manusia yang hidup di manapun di dunia, berasal dari satu keturunanyaitu adam, kemudian berkembang biak dan bertebaran dipelosok bumi. Dalam hal ini, Allah telah berfirman. Artinya :“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhannmu yang telah menciptakan kamu seorang diri, dan daripadanya Allah menciptkan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakan laki-laki dan perempuan banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (periharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (Q.S. An-Nisa' : 1)
Penilaian terhadap manusia oleh Penciptanya yang selalu mengawasi gerak langkah dari lakunya, dulihat dari segi ketaqwaan kepada Pencipta itu, dan terpeliharanya hubungan kasih sayang diantara sesamanya. Hal ini ditegaskan pula dalam firman-Nya :
Artinya :
“Hai manusia sesungguhnya kami mencipatkan kamu dari seorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan besuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kami di sisi Allah ialah orang yang palin bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahuai lagi Maha Mengenal. (Q.S.Al-Hujurat : 13)
Makhluk itu terbagi atas dua kelompok besar, yaitu :
1).Makhluk nyata
2).Makhluk gaib
Makhluk nyata meliputi : manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, bakteri, virus, tanah, air, udara. Bulan, matahari, dan lain sebagainya. Makhluk gaib meliputi: malaikat,jin, roh, surga, neraka, dan lai-lain.
b. Sifat, kedudukan dan hubungan tiap-tiap makhluk
Makhluk Malaikat sebagai makhluk gaib tidak memasuki alam nyata atau alam material, tapi alam rohaniyah. Dia bertugas sebagai perantara dan pelaksana kehendak Tuhan, Terutama yang berhubungan dengan alam rohaniayah manusia.
Jin adalah makhluk gaib dan termasuk golongan makhluk halus. Sebagai roh ia tidak dapat disentuh ooleh panca-indera, tetapi ia dapat menjelmakan dirinya sehingga dpat ditangkap oleh panca-indera. Kadang-kadang ia memperlihatkan dirinya sebagai manusia biasa, seperti bintang atau makhluik hidup lainnya yang luar bbiasa dan mengerikan. Sewaktu-waktu dapat ditangkap suaranya.
Jenis makhluk lain yang bertetangan tabiat dan tugasnya terhadap manusia ialah setan. Makhluk halus ini termasuk jenis jin dan dan diciptakan dari api. Kerjanya menyesatkan manusia. Kalau tergerak hati manusia untuk berbuat jahat, tanda hati itu telah dibisiki setan. Sedangkan apabila hati tegerak untuk berbuat amal saleh, tanda Malaikat telah menyampaikan ilhamnya.


Adapun iblis adalah termasuk jenis setan. Ia makhluk halus yang dapat merupakn diri dalam berbagai bentuk. Sebagaimana halnya setan ia mempengaruhi hati manusia untuk berbuat jahat. Ada pula dikatakan, bahwa iblis adalah golongan jin yang fisik dan ingkar akan perintah Allah dan bertekad senatiasa berdaya upaya atau menjeumuskan manusia kelembah kesesatan, agar menjadi golongan mereka, seperti pula orang jahat mempengaruhi orang-orang lain memasuki golongannya.
Fungsi pokok malaikat ialah menyampaikan pesan Allah kepada manusia. Adapaun perincian tugasnya sebagai berikut:
1.Malaikat sebagai perantara dalam menyampaikan wahyu Allah
2.Malaikat sebagai perantara untuk menambahkan dan menguatkan hati orang-orang yang beriman.
3.Malaikat sebagai perantara dalam melaksanakn hukum Allah.
4.Malaikat sebagai penolong dan mendoakan manusia.
5.Malaikat memberikan pertolongan kepada manusia dalam perkembangan rohaniayah.
6.Malaikat memberikan ilham ke dalam hati manusia untuk berbuat baik (amal saleh).
7.Malaikat mencatat laku perbuatan manusia.
8.Malaikat mencabut nyawa manusia
~Kedudukan Jin :
Jin, ada yang baik dan ada yang buruk (jahat), ada yang benar ada yang salah, ada yang taat dan ada pula yang ingkar. Denagn demikian ada di antara mereka yang Islam dan ada pula yang kafir. Paham dan pendirian mereka bersama dengan manusia.
Banyak ayat-ayat Al- qur'an menyebutkan tentang jin dan kewajibannya terhadap Allah, sama halnya dengan manusia. Firman Allah :
Artinya :
“Dan aku tidak mencipatakan jin manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.(Q.S. Adz-Dzariyat : 56)
Makhluk halus, inilah yang paling dekat kepada manusia. Proses pengislaman jin bersama pula pengislaman manusia. Firman Allah :
Artinya :
“ Dan ingatlah ketika Kami hadapkan serombingan jin kepadamu yang mendengarkan Al-qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (Nya) lalu mereka berkata : “ Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata : “hai kaum kami, sesungguhnya kami telah selsai mendengarkan Kkitab (Al-qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus”.
Yakin kepada yang gaib adalah pertanda utama dari orang yang taqwa. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-baqarah ; 2-3.
Artinya :
“ Kitab (Al-Qur'an)ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang taqwa”.
“ (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka.” (Q.S.Al_Baqarah: 2-3.
~Kedudukan Setan
Setan adalah penggerak manusia berlaku jahat. Sedangkan Malaikat menggerakkan manusia berbuat amal saleh. Gerak jahat atau baik itu dipertimbangkan oleh akal. Keputusan akal melairkan kemauan, dan kemauan manusia itu bebas. Mungkin turut bisikan setan atau mungkin menentangnya.
Demikian pula sikap akal itu terhadap Malaikat. Kemauan berbuat baik akan melahirkan amal saleh. Allah menurunkan Wahyu-Nya dan mengutus Rasul_Nya untuk menunjukkna perbuatan mana dan apa yang baikdan yang buruk serta diikuti dengan penjelasan dan balasan bagi perbutan-perbuatan tersebut yang harus dipertanggungjawabkan oleh setiap individu duhadapan Allah, pada hari dimana manusia tidak dapat lari dari kakuasaaan Allah selaku penciptanya.
Setan ialah jenis makhluk jahat yang selalu memperdaya manusia untuk berbuat sesat dari suruhan juga larangan Allah. Atas kejahatannya, setan dikutuk Allah dengan firman-Nya:
Artinya :
“Yang dilaknati Allah dan setan itu mengatakan : saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan ( Untuk saya)”. (Q.S.An-Nisa' : 118).
Karena kedurhakaannya setan dikutuk Allah, dimurkai dan dijauhi dari rahmat dan keridhaan-Nya. Manusia yang mengikuti setan itu menjadi pendurhaka pula terhadap Tuhan.
Bagaimana setan mengambil bahgian dari manusia diterangkan oleh Allah dengan firman_Nya, dalam surat An-Nisa' : 19-121.
Artinya :
“Dan saya benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruhmereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan saya suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. Barang siapa yang menjadikansetan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya mereka menderita kerugian yang nyata (119)”.
“Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjajikan kepada mereka selain dari tipuan belaka”.(120)
“Mereka itu tempatnya Jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat lari daripadanya.” (Q.S. An-Nisa' : 119-121)
2.ALAM KEHIDUPAN (HAYATI)
a. Alam Nabati
Alam nabati (tumbuh-tumbuhan) yang ada disekeliling kita dalam persada bumi yang produktif, disediakan Allah bagi sarana kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Firman Allah :
Artinya :
“Dan kami telah menghamparkan bumidan menjdikan padanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. (Q.S. Al-Hijr: 19)
Proses terjadinya tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam bentuk dan jenisnya itu antara lain :
Pertama : Awan mendung yang bersal dari uap, diterbangkan angin, kemudian turun sebagai hujan yang menghidupakan tumbuh-tumbuhan.
Kedua : Tiupan angin tersebut dapat memindahkan bibit tumbuhan-tumbuhan yang jantan kepada yang betina, lalu menjadi buah.
Ketiga : tiupan angin dapat menggoyangkan pohon-pohon bagaikan olehraga baginya, menghilangkan debu-debunya yang melekat pada daun-daunnya, pori-porinya pun terbuka, maka mudahlah ia mengisap makanannya. Hal ini sesuai dengan Firman Allah:
Artinya :
“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazananya; dan kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu (21). Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Q.S. Al-Hijr : 21-22)
b.Alam Hewani
Jenis Alam hewani ada yang hidup di hutan-hutan atau pegunungan-pegununganyang sifatnya masih liar, juga banyak yang hidup dalam pemeliuharaan manusia dan masuk dalam kategori hewan jinak atau hewan peliharaan. Juga hewan yang terbang diangkasa dengan sayapnya, namun kesemuanya itu adlah jenis-jenis makhluk yang banyak persamaannya dengan manusia.
c.Alam Insani
“Insan” berasal dari bhasa Arab yang berarti manusia. Insan adalah bentuk mufrad dari kata An-Nas. Insan bersal dari akar kata Anisa'-ya;nasu Ansan, artinya : ramah, mesra, berpuas hati. Dari Alhadist Nabi Muhammad SAW, kita akan mengetahui sifat insan, yang serring lupa dan salahy, sehngga manusia dibebaskan dari hukum apabila ia melakukan pelanggaran karena tidak sengaja dan karena lupa.
Alam Insani berbeda sekali dengan alam hewani dan makhluk lainnya di qurun dunia ini. Perbedaan-perbedaan ini terletak pada keadan, kejadian, dan penghidupannya. Adapun yang menjadi pokok keutamaan hidupnya, ialah :
1)Diturunkannya agama 4) Hartanya
2)Memiliki akal 5) Keturunannya
3)Jiwanya
Proses kehidupan insan (manusia), dijelaskan oleh Firman Allah SWT dalam Surat Al-Qiyamah : 36-40.
Artinya :
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungan jawab)? Bukankah dulu dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (kedalam rahim) ? Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah mencipatakannya, dan menyempurnakannya,. Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang laki-laki dan perempuan. Bukankah ( Allah yang berbuat) demikain berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (Q.S. Al-Qiyamah : 36-40).
d.Alam Barzah dan Alam Akhirat
Pengertian Barzah ialah dinding yang membatasi antara dua barang. Waktu sejak mati sampai hari berbangkit, merupakan dinding yang membatsi antara dunia dan akhirat, diistilahkan Barzah. Barzah ialaha alam tempat pemberhentian arwah-orang-orang yang matisebelum dibangkitkan oleh Tuhan dalam bentuk baru.
Disitu roh menunggu akhirat, sedang akhirat yang sesungguhnya dimulai dengan Qiamat. Dalam hal ini Tuhan menjelaskan, dalam surat Al-Mu'minun : 99-100.
Artinya :
“Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu, hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata : “Ya Tuhanku kembalikan aku (ke dunia). (99)”
“Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aq tinggalkan. Sekali-sekali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapakanya saja. Dan dihadapan mereka ada dinding sampai hari ini mereka dibangkitkan.” (Q.S. Al-Mu'minun : 99-100).
e.Surga dan Neraka
Surga
Surga berasal dari bahasa Sanskerta : swarga yaitu kayangan atau indera atau keinderaan yang dikepalai oleh Batara Indera. Didalam Al-Qur'an memakai kata Firdaus dan jannah.
Surga, dihubungkan dengan keadaan yang meningkat tinggi, sedangkan neraka dihubungkan dengan kejauhan kedalam lubang yang sangat dalam.
Surga dan neraka tidak lain adalah akibat laku perbuatan manusia.Apa yang dinikmati dalam surga atau yang dirasakan dalam neraka, tertutup dari pandangan atau pengetahuan kita sekarang, dan baru akan terbuka pada hari kiamat. Firman Allah :
Artinya ;
“Pada hari dinampakkan segala rahsia, (9) Muka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatau kekuasan pun dan tidak (pula) seorang penolong.(10).” (QS.Ath-Tharaaq : 9: 10).
Neraka
Neraka (naraka) pun seperti kata surga, berasal dari bahasa Sanskerta. Neraka adalah lawan surga yaitu tempat orang yang berdosa sebagai hukuman di akhirat. Dalam Al-Qur'an neraka disebut dengan tujuh nama yang berbeda-beda, yaitu :
1) Jahannam. 4) Saqar 7) Hutama
2)Haawiya 5) Sa'ir dan Nur
3)Jahiim 6) Laza
BAB 111.PENUTUP

KESIMPULAN

Alam semesta adalah cipataan Allah. Sebagai ciptaan Allah, alam semesta tunduk pada ketentuan dan kehendak Allah (Ridho Allah). Dengan potensi-potensi yang diannugrahi Allah, manusia mampu mengungkapkan dan mengindentifikasikansisi dari suatu fenomena hukum yang mengatur ciptaan itu. Atas dasar fenomena tersebut selanjudnya memerikan (mendeskripsikan) suatu froses kejadian. Pemerian (deskripsi) itu belum final, karena fenomena yang dapat dipahami akan semakin banyak.
Manusia dengan kualitas yang dimiliknya, menduduki posisi lebih tinggi dibanding makhluk yang lain. Dengan kualitas tersebut, wajar pula apabila manusia mempunya tugas khusus (khalifah Allah) dengan segala akibatnya. Sebagai khlifah, manusia diharuskan untuk mengetahui, memahami bukan hanyayang indrawi, bukan juga yang tidak bisa ditangkap oleh indra. Hal yang tidak indrawi itu hanya dapat dipahami dengan iman. Iman merupakan anugrah Allah selain panca indra. Oleh karena itulah dalam agama islam, beriman pada Allah dan para malaikat, ini akan membawa efek bagaimana harus berfikir, berbicara, bersikap dan bertindak dalam hubungan dengan Allah, dirinya sendiri, sesama manusia maupun dalam hubungan dengan alam.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Alam_semesta
http://rahmatalibt.blogspot.com/2008/06/berdasar-tugas-dan-tujuannya-setiap.html
(http://taryudi.multiply.com/journal/item/3/Ciptaan_Allah_Cerminan_Kudrat_dan_Sifat-Nya)

FILOSOFIS PENDIDIKAN

FILOSOFIS PENDIDIKAN

1. PENGERTIAN FILSAFAT

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Ciri-ciri berfikir filosfi :
1.Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
2.Berfikir secara sistematis.
3.Menyusun suatu skema konsepsi, dan
4.Menyeluruh.
Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
1.Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
2.Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
3.Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
1.Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
2.Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
3.Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
4.Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
1.Sebagai dasar dalam bertindak.
2.Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3.Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
4.Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
2. FILSAFAT PENDIDIKAN

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
1.Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
2.Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan
3.Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
3. ESENSIALISME DAN PERENIALISME

Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada.
Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut. Menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut. perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
1.Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato)
2.Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)
3.Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)
Adapun norma fundamental pendidikan menurut J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama.
4. PENDIDIKAN NASIONAL

Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.
Pendidikan nasional Indonesrn adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlanar mencapai cita-cita nasional Indonesia.
Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.










FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN

Filsafat pendidikan adalah ilmu yang menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara dan hasilnya, serta hakikat ilmu pendidikan, yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaan pendidikan itu sendiri .

Filsafat pendidikan secara garis besarnya bukanlah filsafat umum atau filsafat murni tetapi merupakan filsafat khusus atau filsafat terapan.Apabila dilihat dari sudut karakteristik objeknya,filsafat dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu(1) Filsafat umum atau filsafat murni,dan (2) filsafat khusus atau filsafat terapan. Filsafat umum mempunyai objek :
a) Hakikat kenyataan segala sesuatu (metafisika) yang termasuk didalamnya,hakikat kenyataan secara keseluruhan (Ontologi),Kenyataan tentang alam atau kosmos(Kosmologi)kenyataan tentang manusia(Humanologi) dan kenyataan tentang tuhan (Teologi)
b) Hakikat mengetahui kenyataan(Epistemologi)
c) Hakikat menyusun kesimpulan pengetahuan tentang kenyataan (Logika)
d) Hakikat menilai kenyataan (Aksiologi),antara lain tentang hakikat nilai yang berhubungan dengan baik dan jahat (Etika)serta nilai yang berhubungan dengan indah dan buruk (Estetika)

Berbeda dengan filsafat umum yang objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu,filsafat khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia yang terpenting Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller, 1971).Kanzen, meninjau ilmu dari segi morfologis atau bentuk subtansinya,sebagi pengetahuan sistimatis yang dihasilkan dari kegiatan kritis yang tertuju pada penemuan .Ditinjau dari subtansinya atau isinya,ilmu pendidikan merupakan suatu sistim pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset dan disajikan dalam bentuk konsep-konsep pendidikan.Dalam arti sempit pendidikan adalah pengaruh yang diupayakan dan rekayasa sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanyaagar mereka mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas social mereka atau pendidikan memperhatikan keterbatasan dalam waktu,tempat,bentuk kegiaatan dan tujuan dalam proses berlangsungnya pendidikan. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan. Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan . Tujuan pendidikan perlu dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup. Guru sebagai pribadi mempunyai tujuan hidupnya dan guru sebagai warga masyarakat mempunyai tujuan hidup bersama. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik (guru). Hal tersebut akan mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM). Selain itu pemahaman filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah,pendidikan.

Filsafat ilmu pendidikan dibedakan dalam 4 macam,yaitu:
1. Ontology ilmu pendidikan yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola organisasi ilmu pendidikan
2. Epistomologi ilmu pendidikan yang membahas tentang hakikat objek formal dan material ilmu pendidikan
3. Metedologi ilmu pendidikan ,yang membahas tentang hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pendidikanAksiologi ilmu pendidikan yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu pendidikan
Filsafat Pendidikan
Suatu usaha untuk mengatasi persoalan-persoalan pendidikan tanpa menggunakan kearifan (wisdom) dan kekuatan filsafat ibarat sesuatu yang sudah ditakdirkan untuk gagal. Persoalan pendidikan adalah persoalan filsafat. Pendidikan dan filsafat tidak terpisahkan karena akhir dari pendidikan adalah akhir dari filsafat, yaitu kearifan (wisdom). Dan alat dari filsafat adalah alat dari pendidikan, yaitu pencarian (inquiry), yang akan mengantar seseorang pada kearifan.
Filsafat pendidikan memang suatu disiplin yang bisa dibedakan tetapi tidak terpisah baik dari filsafat maupun juga pendidikan, ia beroleh asupan pemeliharaan dari filsafat. Ia mengambil persoalannya dari pendidikan, sedangkan metodenya dari filsafat. Berfilsafat tentang pendidikan menuntut suatu pemahaman yang tidak hanya tentang pendidikan dan persoalan-persoalannya, tetapi juga tentang filsafat itu sendiri. Filsafat pendidikan tidak lebih dan tidak kurang dari suatu disiplin unik sebagaimana halnya filsafat sains atau sains yang disebut mikrobiologi.
Filsafat secara ringkas berkenaan dengan pertanyaan seputar analisis konsep dan dasar-dasar pengetahuan, kepercayaan, tindakan, dan kegiatan. Jadi dalam filsafat terkandung pengertian dua hal, yaitu (1) analisis konsep, dan (2) pendalaman makna atau dasar dari pengetahuan dan sejenisnya. Dengan menganalisis suatu konsep, hakikat makna suatu kata dieksplorasi baik secara tekstual dengan padanannya maupun juga secara kontekstual dalam penggunaannya. Sehingga akan terkuak dimensi-dimensi moral yang khas dalam pemakaiannya, yang membedakannya dari kata yang lainnya. Jadi, memasukkan makna suatu kata sebagai konsep yang khas dalam kesadaran sehingga memiliki asumís-asumsi moral guna membantunya lebih cermat dalam fungsionalisasinya.
Analisis konseptual akan mengantar kita pada setidaknya 2 hal penting: (1) memungkinkan kita melihat secara lebih jernih bagaimana suatu konsep terkait tidak saja dengan konsep-konsep lainnya tetapi juga dengan bentuk-bentuk kehidupan sosial yang berada pada jaringan asumsi-asumsi yang saling bertautan seperti tanggung jawab manusia, hak-hak yang terkait dengan kewenangan, dan peran penderitaan dalam kehidupan kita. Hal tersebut akan mengantar kita pada pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan sosial kita. (2) dengan memahami struktur konseptual tertentu, akan memungkinkan kita untuk bisa mencermati asumsi-asumsi moral terkait isu yang ada. Diskusi tentang ini akan mengantar kita lebih jauh pada filsafat moral.
Terdapat tiga persoalan umum yang disebut filsafat.
(1) Metafisika (Metaphysics)
Istilah lebih generik adalah “ontology” yang berkenaan dengan hakikat realitas (what is), sedangkan metafisika berkenaan dengan hakikat eksistensi (what it means “to be”). Pada konteks ini keduanya dipakai saling menggantikan (interchangeably).
Metafisika bisa diartikan sebagai the theory of reality. Suatu upaya filosofis untuk memahami karakteristik mendasar atau esensial dari alam semesta dalam suatu simpul yang sederhana namun serba mencakup.
Secara sederhana, metafisikawan berusaha menjelaskan rangkuman dan intisari dari apa (of what is), apa yang ada (of what exists), dan apa yang sejati ada (of what is ultimately real). Intisari atau substansi realitas ini secara kualitatif maupun kuantitatif bisa jadi satu atau banyak. Mereka yang beraliran kuantitatif (yakni hakikat sebagai rangkuman realitas atau as the sum of reality) terbagi kedalam tiga posisi pandang: (1) monisme, (2) dualisme, dan (3) pluralisme. Sedangkan yang beraliran kualitatif (yakni hakikat sebagai intisari dari realitas atau as the substance of reality) terbagi kedalam 4 posisi pandang: (1) idealisme, bahwa hakikat realitas bersifat mental atau spiritual; (2) realisme, bahwa hakikat realitas bersifat material atau fisis. Dua aliran tersebut termasuk kategori monisme. (3) Thomisme yang mengkombinasikan dua corak aliran monisme sebelumnya. (4) Pragmatisme, yang menolak untuk mengkuantifikasi atau mengkualifikasikan realitas. Mereka lebih suka mengatakan bahwa realitas senantiasa berada pada keadaan berubah dan mencipta secara konstan sekalipun secara literal bisa dinyatakan ada ketidakterbatasan filosofis baik jenis maupun jumlahnya.
(2) Aksiologi (Axiology)
Secara historis, istilah yang lebih umum dipakai adalah etika (ethics) atau moral (morals). Tetapi dewasa ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih akrab dipakai dalam dialog filosofis. Jadi, aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and ends). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis. Ia bertanya seperti apa itu baik (what is good?). Tatkala yang baik teridentifikasi, maka memungkinkan seseorang untuk berbicara tentang moralitas, yakni memakai kata-kata atau konsep-konsep semacam “seharusnya” atau “sepatutnya” (ought / should). Demikianlah aksiologi terdiri dari analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.
Terdapat dua kategori dasar aksiologis; (1) objectivism dan (2) subjectivism. Keduanya beranjak dari pertanyaan yang sama: apakah nilai itu bersifat bergantung atau tidak bergantung pada manusia (dependent upon or independent of mankind)? Dari sini muncul empat pendekatan etika, dua yang pertama beraliran obyektivis, sedangkan dua berikutnya beraliran subyektivis.
Pertama, teori nilai intuitif (the initiative theory of value). Teori ini berpandangan bahwa sukar jika tidak bisa dikatakan mustahil untuk mendefinisikan suatu perangkat nilai yang bersifat ultim atau absolut. Bagaimanapun juga suatu perangkat nilai yang ultim atau absolut itu eksis dalam tatanan yang bersifat obyektif. Nilai ditemukan melalui intuisi karena ada tata moral yang bersifat baku. Mereka menegaskan bahwa nilai eksis sebagai piranti obyek atau menyatu dalam hubungan antarobyek, dan validitas dari nilai obyektif ini tidak bergantung pada eksistensi atau perilaku manusia. Sekali seseorang menemukan dan mengakui nilai tersebut melalui proses intuitif, ia berkewajiban untuk mengatur perilaku individual atau sosialnya selaras dengan preskripsi-preskripsi moralnya.
Kedua, teori nilai rasional (the rational theory of value). Bagi mereka janganlah percaya pada nilai yang bersifat obyektif dan murni independen dari manusia. Nilai tersebut ditemukan sebagai hasil dari penalaran manusia dan pewahyuan supranatural. Fakta bahwa seseorang melakukan sesuatu yang benar ketika ia tahu dengan nalarnya bahwa itu benar, sebagaimana fakta bahwa hanya orang jahat atau yang lalai yang melakukan sesuatu berlawanan dengan kehendak atau wahyu Tuhan. Jadi dengan nalar atau peran Tuhan, seseorang menemukan nilai ultim, obyektif, absolut yang seharusnya mengarahkan perilakunya.
Ketiga, teori nilai alamiah (the naturalistik theory of value). Nilai menurutnya diciptakan manusia bersama dengan kebutuhan-kebutuhan dan hasrat-hasrat yang dialaminya. Nilai adalah produk biososial, artefak manusia, yang diciptakan, dipakai, diuji oleh individu dan masyarakat untuk melayani tujuan membimbing perilaku manusia. Pendekatan naturalis mencakup teori nilai instrumental dimana keputusan nilai tidak absolut atau ma’sum (infallible) tetapi bersifat relatif dan kontingen. Nilai secara umum hakikatnya bersifat subyektif, bergantung pada kondisi (kebutuhan/keinginan) manusia.
Keempat, teori nilai emotif (the emotive theory of value). Jika tiga aliran sebelumnya menentukan konsep nilai dengan status kognitifnya, maka teori ini memandang bahwa bahwa konsep moral dan etika bukanlah keputusan faktual tetapi hanya merupakan ekspresi emosi-emosi atau tingkah laku (attitude). Nilai tidak lebih dari suatu opini yang tidak bisa diverifikasi, sekalipun diakui bahwa penilaian (valuing) menjadi bagian penting dari tindakan manusia. Bagi mereka, drama kemanusiaan adalah sebuah axiological tragicomedy.


(3) Epistemologi (Epistemology)
Disebut the theory of knowledge atau teori pengetahuan. Ia berusaha mengidentifikasi dasar dan hakikat kebenaran dan pengetahuan, dan mungkin inilah bagian paling penting dari filsafat untuk para pendidik. Pertanyaan khas epistemologi adalah bagaimana kamu mengetahui (how do you know?). Pertanyaan ini tidak hanya menanyakan tentang apa (what) yang kita tahu (the products) tetapi juga tentang bagaimana (how) kita sampai mengetahuinya (the process). Para epistemolog adalah para pencari yang sangat ulet. Mereka ingin mengetahui apa yang diketahui (what is known), kapan itu diketahui (when is it known), siapa yang tahu atau dapat mengetahuinya (who knows or can know), dan yang terpenting, bagaimana kita tahu (how we know). Mereka adalah para pengawas dari keluasan ranah kognitif manusia.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut didahului dengan pertanyaan dapatkah kita mengetahui (can we know?). Di sini terdapat tiga posisi epistemologis:
Pertama, dogmatism. Aliran ini menjawab: ya, tentu saja kita dapat dan benar-benar mengetahui (we can and do know) – selanjutnya bahkan kita yakin (we are certain). Untuk mengetahui sesuatu kita harus lebih dahulu memiliki beberapa pengetahuan yang memenuhi dua kriteria: certain (pasti) dan uninferred (tidak tergantung pada klaim pengetahuan sebelumnya). Contoh untuk itu: a = a dan keseluruhan > bagian.
Kedua, skepticism. Aliran ini menjawab: tidak, kita tidak benar-benar tahu dan tidak juga dapat mengetahui. Mereka setuju dengan dogmatisme bahwa untuk berpengetahuan seseorang terlebih dahulu harus mempunyai beberapa premis-premis yang pasti dan bukannya inferensi. Tapi mereka menolak klaim eksistensi premis-premis yang self-evident (terbukti dengan sendirinya). Respon aliran ini seolah menenggelamkan manusia kedalam lautan ketidakpastian dan opini.
Ketiga, fallibilism. Aliran ini menjawab bahwa kita dapat mengetahui sesuatu, tetapi kita tidak akan pernah mempunyai pengetahuan pasti sebagaimana pandangan kaum dogmatis. Mereka ini hanya mengatakan mungkin (possible), bukan pasti (certain). Manusia hanya akan puas dengan pengetahuan yang reliable, tidak pernah 100% yakin. Tidak ada yang dapat diverifikasi melampaui posibilitas-posibilitas dari keraguan yang mencakup suatu pernyataan tertentu. Inilah yang dikenal dengan istilah “doubting Thomas” yang yakin bahwa kita selalu berhubungan dengan posibilitas-posibilitas dan probabilitas-probabilitas (pengetahuan) dan tidak pernah dengan kepastian-kepastian. Filosofi fallibilistik ini memandang sains senantiasa berada dalam gerak (posture) dan tidak diam. Belajar pengetahuan selalu bersifat terbuka untuk berubah dan bukannya final, bersifat relatif dan bukannya absolut, bersifat mungkin daripada pasti. Moda kerja aliran ini mengkaji pergeseran-pergeseran, melakukan cek dan re-cek, sekalipun hasil yang dicapai selalu saja akan bersifat tentatif.
Para filsuf kontemporer dengan pengecualian beberapa eksistensialis, percaya bahwa kita (manusia) memang dapat mengetahui, tetapi bagaimana?
Idealisme menjawab bahwa pengetahuan itu terdiri dari ide. Ide adalah produk akal (the mind) atau hasil dari proses-proses mental dari intuisi dan penalaran. Intuisi –jika bukan nalar—dapat meraih pengetahuan yang pasti. Analogi yang dipakainya adalah analogi garputala.
Realis klasik menjawab bahwa daya rasional dari akal mengurai kode pengalaman dan merajut darinya kebenaran. Pengetahuan kita tentang dunia eksternal hadir melalui penalaran terhadap laporan-laporan observasi. Sekalipun laporan tersebut dari waktu ke waktu sering menipu ktia, kita dapat selalu bersandar pada nalar kita dan percayalah bahwa pengetahuan pasti itu ada, kebenaran absolut itu ada, dan kita bisa menemukannya.
Kaum Thomis menjawab agar kita meletakkan kepercayaan pada wahyu sebagaimana pada nalar. Bagi mereka ada kebenaran yang ditemukan (truth finding) dan kebenaran yang diberikan (truth living). Adapun orang yang bijak adalah orang yang mampu mengambil manfaat dari keduanya. Aliran ini secara epistemologis bersifat dogmatis.

Sementara kaum realis modern, pragmatis, empirisis logis, atau naturalis mengambil tesis falibilistik bahwa pengetahuan adalah bersifat kontingen dari perubahan serta kebenaran bersifat relatif sesuai dengan kondisinya.
Dari sini, epistemologi adalah bidang tugas filsafat yang mencakup identifikasi dan pengujian kriteria pengetahuan dan kebenaran. Pernyataan kategoris yang menyebutkan bahwa “ini kita tahu” atau “ini adalah kebenaran” merupakan pernyataan-pernyataan yang penuh dengan makna bagi para pendidik karena sedikit banyak hal tersebut bertaut dengan tujuan pendidikan yang mencakup pencarian pengetahuan dan perburuan kebenaran.
Beberapa pandangan tentang konsep pendidikan:
(1) Pendidikan sebagai manifestasi (education as manifestation).
Dengan analogi pertumbuhan bunga atau benih, dikatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses untuk menjadikan manifes (tampak aktual) apa-apa yang bersifat laten (tersembunyi) pada diri setiap anak.
(2) Pendidikan sebagai akuisisi (education as acquisition)
Dengan analogi spon, pendidikan digambarkan sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan seseorang dalam memperoleh (menyerap) informasi dari lingkungannya.
(3) Pendidikan sebagai transaksi (education as transaction)
Dengan analogi orang Eskimo di Baffin Bay yang “berinteraksi” (work together) dengan bebatuan yang ada di lingkungannya untuk membuat rumah batu (stone sculpture) yang secara organic sesuai dengan materialnya dan selaras dengan kemampuan pembuatnya. Pendidikan adalah proses memberi dan menerima (give and take) antara manusia dengan lingkungannya. Di sana seseorang mengembangkan atau menciptakan kemampuan yang diperlukan untuk memodifikasi atau meningkatkan kondisinya dan juga lingkungannya. Sebagaimana pula di sana dibentuk perilaku dan sikap-sikap yang akan membimbing pada upaya rekonstruksi manusia dan lingkungannya.
Filsafat dan pendidikan berjalan bergandengan tangan, saling memberi dan menerima. Mereka masing-masing adalah alat sekaligus akhir bagi yang lainnya. Mereka adalah proses dan juga produk.
(1) Filsafat sebagi proses (philosophy as process)
Filsafat sebagai aktivitas berfilsafat (the activity of philosophizing). Tercakup di dalamnya adalah aspek-aspek: (a) analisis (the analytic), yakni berkaitan dengan aktivitas identifikasi dan pengujian asumsi-asumsi dan criteria-kriteria yang memandu perilaku. (b) evaluasi (the evaluative), berkaitan dengan aktivitas kritik dan penilaian tindakan. (c) spekulasi (the speculative), berhubungan dengan pelahiran nalar baru dari nalar yang ada sebelumnya. (d) integrasi (the integrative), yakni konstruksi untuk meletakkan bersama atau mempertautkan kriteria-kriteria atau pengetahuan atau tindakan yang sebelumnya terpisah menjadi utuh.
Jadi, proses filosofis itu membangun dinamika dalam perkembangan intelektual.
(2) Filsafat sebagai produk (philosophy as product)
Produk dari aktivitas berfilsafat adalah pemahaman (understanding), yakni klarifikasi kata, ide, konsep, dan pengalaman yang semula membingungkan atau kabur sehingga bisa menjadi jernih dan dapat dimanfaatkan untuk pencarian pengetahuan lebih lanjut. Filsafat dengan “P” capital adalah suatu bangun pemikiran yang secara internal bersifat konsisten dan tersusun dari respon-respon yang dibuat terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam proses berfilsat. Pertama-tama, Filsafat memang tampak sebagai suatu jawaban, posisi sikap, konklusi, ringkasan akhir, dan juga rencana final.


A. Kajian Filsafat

Definisi kata filsafat bisa dikatakan sebagai sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa "filsafat" adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan mendasar (radikal).
Kerapkali ilmu filsafat dipandang sebagai ilmu yang abstrak dan berada di awang-awang (tidak mendarat) saja, padahal ilmu filsafat itu dekat dan berada dalam kehidupan kita sehari-hari. Benar, filsafat bersifat tidak konkrit (atau lebih bisa dikatakan tidak tunggal), karena menggunakan metode berpikir sebagai cara pergulatannya dengan realitas hidup kita.
Ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa .
Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), filsafat merupakan pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
Beberapa filsuf mengajukan beberapa definitif pokok filsafat seperti: Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas. Upaya untuk melukiskan hakekat realitas akhir dan dasar serta nyata, Upaya untuk menentukan batas-batas jangkauan pengetahuan: sumbernya, hakekatnya, keabsahannya, dan nilainya. Penyelidikan kritis dan radikal atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan. Sesuatu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang kita katakan dan untuk mengatakan apa yang kita lihat.
Kalau menurut tradisi filsafati yang diambil dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.) , setelah dia membaca tulisan Herakleides Pontikos (penganut ajaran Aristoteles) yang memakai kata sophia. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan.
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia (Φιλοσοφία) Dalam bahasa ini, kata tersebut merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".
Dalam istilah Inggris, philosophy, yang berarti filsafat, juga berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan ke dalam bahasa tersebut sebagai cinta kearifan. Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu, filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999).
Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna (hakikat) dan nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca indera manusia sekalipun.Bidang filsafat sangatlah luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya. Filsafat menggunakan bahan-bahan dasar deskriptif yang disajikan bidang-bidang studi khusus dan melampaui deskripsi tersebut dengan menyelidiki atau menanyakan sifat dasarnya, nila-nilainya dan kemungkinannya.Tujuannya adalah pemahaman dan kebijaksanaan. Karena itulah filsafat merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia. Suatu bidang yang berhubungan erat dengan bidang-bidang pokok pengalaman manusia.

B. Munculnya Filsafat

Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu pengetahuan serta semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan oleh pemikiran keagamaan, peran mitologi yang sebelumnya mengikat segala aspek pemikiran kemudian secara perlahan-lahan digantikan oleh logos (rasio/ ilmu).
Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan cara yang lain yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara ilmiah. Dalam mencari keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri dari hal-hal mistis yang secara turun-temurun diwariskan oleh tradisi. Dan selanjutnya mereka mulai berpikir sendiri. Di balik aneka kejadian yang diamati secara umum, mereka mulai mencari suatu keterangan yang memungkinkan mereka mampu mengerti kejadian-kejadian itu. Dalam artian inilah, mulai ada kesadaran untuk mendekati problem dan kejadian alam semesta secara logis dan rasional.
Sebab hanya dengan cara semacam ini, terbukalah kemungkinan bagi pertanyaan-pertanyaan lain dan penilaian serta kritik dalam memahami alam semesta. Semangat inilah yang memunculkan filosof-filosof pada jaman Yunani. Filsafat dan ilmu menjadi satu.
Filsafat, terutama Filsafat Barat, muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berfikir-fikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama pada saat itu yang dianggap sebagai “tirai besi keilmuan” lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang berberadaban lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.

C. Sejarah Perkembangan Awal Filsafat Dunia

Meski istilah philosophia (Φιλοσοφία) pertama kali dimunculkan oleh Pythagoras, namun orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales (640-546 S.M.) dari Mileta (sekarang di pesisir barat Turki). Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).
Dalam buku History and Philosophy of Science karangan L.W.H. Hull (1950), menulis setidaknya sejarah filsafat dan ilmu dapat dibagi dalam beberapa periode, termasuk di dalamnya tokoh-tokoh yang terkenal pada periode itu.

a. Periode pertama, filsafat Yunani abad 6 SM
Pada masa ini ahli filsafatnya adalah Thales, Anaximandros, dan Anaximenes yang dianggap sebagai bapak-bapak fisafat dari Mileta. Thales berpendapat bahwa sumber kehidupan adalah air. Makhluk yang pertama kali hidup adalah ikan dan menusia yang pertama kali terlahir dari perut ikan. Thales juga berpendapat bahwa bumi terletak di atas air. Tentang bumi, Anaximandros mengatakan bahwa bumi persis berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap semua badan yang lain. Sementara Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan jagat raya. Udara di alam semesta ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia.
Setelah mereka bertiga, Yunani kemudian memiliki pemikir-pemikir terkenal yang lebih berpengaruh lagi terhadap perkembangan fisafat, seperti Socrates, Plato, Aristoteles, Phythagoras, Hypocrates, dan lain sebagainya.

b. Periode Kedua, Periode setelah kelahiran Al Masih (Abad 0-6 M)
Pada masa ini pertentangan antara gereja yang diwakili oleh para pastur dan para raja yang pro kepada gereja, dengan para ulama filsafat. Sehingga pada masa ini filsafat mengalami kemunduran. Para raja membatasi kebebasan berfikir sehingga filsafat seolah-olah telah mati suri. Ilmu menjadi beku, kebenaran hanya menjadi otoritas gereja, gereja dan para raja yang berhak mengatakan dan menjadi sumber kebenaran.

c. Periode Ketiga, Periode kejayaan Islam (Abad 6-13 M)
Pada masa ini dunia Kristen Eropa mengalami abad kegelapan, ada juga yang menyatakan periode ini sebagai periode pertengahan. Masa keemasan atau kebangkitan Islam ditandai dengan banyaknya ilmuan-ilmuan Islam yang ahli dibidang masing-masing, berbagai buku inilah diterbitkan dan ditulis. Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali yang ahli dalam hokum Islam, Al-farabi ahli astronomi dan matematika, Ibnu Sina ahli kedokteran dengan buku terkenalnya yaitu The Canon of Medicine. Al-kindi ahli filsafat, Al-ghazali intelek yang meramu berbagai ilmu sehingga menjadi kesatuan dan kesinambungan dan mensintesis antara agama, filsafat, mistik dan sufisme . Ibnu Khaldun ahali sosiologi, filsafat sejarah, politik, ekonomi, social dan kenegaraan. Anzahel ahli dan penemu teori peredaran planet. Tetapi setelah perang salib terjadi umat Islam mengalami kemundurran, umat Islam dalam keadaan porak-poranda oleh berbagai peperangan.
Terdapat 2 pendapat mengenai sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan, yang terus berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa orang Eropa belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab yang disalin oleh St. Agustine (354 – 430 M), yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius Boethius (480 – 524 M) dan John Scotus. Pendapat kedua menyatakan bahwa orang Eropah belajar filsafat orang-orang Yunani dari buku-buku filasafat Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh filosof Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi. Terhadap pendapat pertama Hoesin (1961) dengan tegas menolaknya, karena menurutnya salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara. Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam.
Sebagaimana telah diketahui, orang yang pertama kali belajar dan mengajarkan filsafat dari orang-orang sophia atau sophists (500 – 400 SM) adalah Socrates (469 – 399 SM), kemudian diteruskan oleh Plato (427 – 457 SM). Setelah itu diteruskan oleh muridnya yang bernama Aristoteles (384 – 322 SM). Setelah zaman Aristoteles, sejarah tidak mencatat lagi generasi penerus hingga munculnya Al-Kindi pada tahun 801 M. Al-Kindi banyak belajar dari kitab-kitab filsafat karangan Plato dan Aristoteles. Oleh Raja Al-Makmun dan Raja Harun Al-Rasyid pada Zaman Abbasiyah, Al-Kindi diperintahkan untuk menyalin karya Plato dan Aristoteles tersebut ke dalam Bahasa Arab.
Sepeninggal Al-Kindi, muncul filosof-filosof Islam kenamaan yang terus mengembangkan filsafat. Filosof-filosof itu diantaranya adalah : Al-Farabi, Ibnu Sina, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhamad Iqbal, dan
Ibnu Rushd.
Berbeda dengan filosof-filosof Islam pendahulunya yang lahir dan besar di Timur, Ibnu Rushd dilahirkan di Barat (Spanyol). Filosof Islam lainnya yang lahir di barat adalah Ibnu Baja (Avempace) dan Ibnu Tufail (Abubacer).
Ibnu baja dan Ibnu Tufail merupakan pendukung rasionalisme Aris-toteles. Akhirnya kedua orang ini bisa menjadi sahabat.
Sedangkan Ibnu Rushd yang lahir dan dibesarkan di Cordova, Spanyol meskipun seorang dokter dan telah mengarang Buku Ilmu Kedokteran berjudul Colliget, yang dianggap setara dengan kitab Canon karangan Ibnu Sina, lebih dikenal sebagai seorang filosof.
Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli agama, telah memancing kemarahan pemuka-pemuka agama, sehingga mereka meminta kepada khalifah yang memerintah di Spanyol untuk menyatakan Ibnu Rushd sebagai atheis. Sebenarnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula oleh Al-Kindi dalam bukunya Falsafah El-Ula (First Philosophy). Al-Kindi menyatakan bahwa kaum fakih tidak dapat menjelaskan kebenaran dengan sempurna, oleh karena pengetahuan mereka yang tipis dan kurang bernilai.
Pertentangan antara filosof yang diwakili oleh Ibnu Rushd dan kaum ulama yang diwakili oleh Al-Ghazali semakin memanas dengan terbitnya karangan Al-Ghazali yang berjudul Tahafut-El-Falasifah, yang kemudian digunakan pula oleh pihak gereja untuk menghambat berkembangnya pikiran bebas di Eropah pada Zaman Renaisance. Al-Ghazali berpendapat bahwa mempelajari filsafat dapat menyebabkan seseorang menjadi atheis. Untuk mencapai kebenaran sejati menurut Al-Ghazali hanya ada satu cara yaitu melalui tasawuf (mistisisme). Buku karangan Al-Ghazali ini kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushd dalam karyanya Tahafut-et-Tahafut (The Incohenrence of the Incoherence).
Kemenangan pandangan Al-Ghazali atas pandangan Ibnu Rushd telah menyebabkan dilarangnya pengajaran ilmu filsafat di berbagai perguruan-perguruan Islam. Hoesin (1961) menyatakan bahwa pelarangan penyebaran filsafat Ibnu Rushd merupakan titik awal keruntuhan peradaban Islam yang didukung oleh maraknya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sejalan dengan pendapat Suriasumantri (2002) yang menyatakan bahwa perkembangan ilmu dalam peradaban Islam bermula dengan berkembangnya filsafat dan mengalami kemunduran dengan kematian filsafat.
Pada pertengahan abad 12 kalangan gereja melakukan sensor terhadap karangan Ibnu Rushd, sehingga saat itu berkembang 2 paham yaitu paham pembela Ibnu Rushd (Averroisme) dan paham yang menentangnya. Kalangan yang menentang ajaran filsafat Ibnu Rushd ini antara lain pendeta Thomas Aquinas, Ernest Renan dan Roger Bacon. Mereka yang menentang Averroisme umumnya banyak menggunakan argumentasi yang dikemukakan oleh Al-Ghazali dalam kitabnya Tahafut-el-Falasifah. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa apa yang diperdebatkan oleh kalangan filosof di Eropah Barat pada abad 12 dan 13, tidak lain adalah masalah yang diperdebatkan oleh filosof Islam.
d. Periode Keempat, Periode kebangkitan Eropa (Abad 12-17)

Bersamaannya dengan mundurnya kebudayaan Islam, Eropah mengalami kebangkitan. Pada masa ini, buku-buku filsafat dan ilmu pengetahuan karangan dan terjemahan filosof Islam seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rushd diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Pada zaman itu Bahasa Latin menjadi bahasa kebudayaan bangsa-bangsa Eropah. Penterjemahan karya-karya kaum muslimin antara lain dilakukan di Toledo, ketika Raymund menjadi uskup Besar Kristen di Toledo pada Tahun 1130 – 1150 M. Hasil terjemahan dari Toledo ini menyebar sampai ke Italia. Dante menulis Divina Comedia setelah terinspirasi oleh hikayat Isra dan Mikraj Nabi Muhammad SAW. Universitas Paris menggunakan buku teks Organon karya Aristoteles yang disalin dari Bahasa Arab ke dalam Bahasa Latin oleh John Salisbury pada tahun 1182.
Seperti halnya yang dilakukan oleh pemuka agama Islam, berkembangnya filsafat ajaran Ibnu Rushd dianggap dapat membahayakan iman kristiani oleh para pemuka agama Kristen, sehingga sinode gereja mengeluarkan dekrit pada Tahun 1209, lalu disusul dengan putusan Papal Legate pada tahun 1215 yang melarang pengajaran dan penyebaran filsafat ajaran Ibnu Rushd.
Pada Tahun 1215 saat Frederick II menjadi Kaisar Sicilia, ajaran filsafat Islam mulai berkembang lagi. Pada Tahun 1214, Frederick mendirikan Universitas Naples, yang kemudian memiliki akademi yang bertugas menterjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab ke dalam Bahasa latin. Pada tahun 1217 Frederick II mengutus Michael Scot ke Toledo untuk mengumpulkan terjemahan-terjemahan filsafat berbahasa latin karangan kaum muslimin. Berkembangnya ajaran filsafat Ibnu Rushd di Eropah Barat tidak lepas dari hasil terjemahan Michael Scot. Banyak orientalis menyatakan bahwa Michael Scot telah berhasil menterjemahkan Komentar Ibnu Rushd dengan judul de coelo et de mundo dan bagian pertama dari Kitab Anima.
Pekerjaan yang dilakukan oleh Kaisar Frederick II untuk menterje-mahkan karya-karya filsafat Islam ke dalam Bahasa Latin, guna mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di Eropah Barat, serupa dengan pekerjaan yang pernah dilakukan oleh Raja Al-Makmun dan Harun Al-Rashid dari Dinasti Abbasiyah, untuk mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di Jazirah Arab.
Setelah Kaisar Frederick II wafat, usahanya untuk mengembangkan pengetahuan diteruskan oleh putranya. Untuk tujuan ini putranya mengutus orang Jerman bernama Hermann untuk kembali ke Toledo pada tahun 1256. Hermann kemudian menterjemahkan Ichtisar Manthiq karangan Al-Farabi dan Ichtisar Syair karangan Ibnu Rushd. Pada pertengahan abad 13 hampir seluruh karya Ibnu Rushd telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin, termasuk kitab tahafut-et-tahafut, yang diterjemahkan oleh Colonymus pada Tahun 1328.

e. Periode Filsafat Modern (Abad 17-20 M)

Dikenal Juga sebagai abad Äufklarung. Pada masa ini Kristen yang berkuasa dan menjadi sumber otoritas kebenaran mengalami kehancuran, dan juga awal abad kemunduran bagi umat Islam. Berbagai pemikiran Yunani muncul, alur pemikiran yang mereka anut adalah rasionalitas, empirisrme, dan Kritisme. Peradaban Eropa bangkit melampaui dunia islam. Masa ini juga memunculkan intelektual Gerard Van Cromona yang menyalin buku Ibnu Sina, ”The canon of medicine”, Fransiscan Roger Bacon, yang menganut aliran pemikiran empirisme dan realisme berusaha menentang berbagai kebijakan gereja dan penguasa pada waktu itu. Dalam hal ini Galileo dan Copernicus juga mengalami penindasan dari penguasa. Masa ini juga menyebabkan perpecahan dalam agama Kristen, yaitu Kristen Katolik dan Protestan. Perlawanan terhadap gereja dan raja yang menindas terus berlangsung Revolusi ilmu pengetahuan makin gencar dan meningkat. Pada masa ini banyak muncul para ilmuwan seperti Newton dengan teori gravitasinya, John Locke yang menghembuskan perlawanan kepada pihak gereja dengan mengemukakan bahwa manusia bebas untuk berbicara, bebas mengeluarkan pendapat, hak untuk hidup, hak untuk merdeka, serta hak berfikir. Hal serupa juga dilakuklan ole J.J .Rousseau mengecam penguasa dalam bukunya yang berjudul Social Contak.
Hal berbeda terjadi didunai Islam, pada masa ini umat Islam tertatih untuk bangkit dari keterpurukan spiritual. Intelektual Islam yang gigih menyeru umat Islam untuk kembali pada ajaran al-Quran dan Hadis. Pada masa krisis moral dan peradaban muncul ilmuwan lainnya yaitu Muhammad Abduh. Muhammad Abduh berusaha membangkitkan umat Islam untuk menggunakan akalnya. Ia berusaha mengikis habis taklid. Hal tersebut dilakukan oleh Muhammad Abduh agara umat Islam menemukan ilmu yang berasal dari al-Quran dan hadis.
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.
Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Kalau suatu kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian yang radikal ini, maka kebenaran itu 100% pasti dan menjadi landasan bagi seluruh pengetahuan.
Tetapi dalam rangka kesangsian yang metodis ini ternyata hanya ada satu hal yang tidak dapat diragukan, yaitu “saya ragu-ragu”. Ini bukan khayalan, tetapi kenyataan, bahwa “aku ragu-ragu”. Jika aku menyangsikan sesuatu, aku menyadari bahwa aku menyangsikan adanya. Dengan lain kata kesangsian itu langsung menyatakan adanya aku. Itulah “cogito ergo sum”, aku berpikir ( menyadari) maka aku ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi. — Mengapa kebenaran itu pasti? Sebab aku mengerti itu dengan “jelas, dan terpilah-pilah” — “clearly and distinctly”, “clara et distincta”. Artinya, yang jelas dan terpilah-pilah itulah yang harus diterima sebagai benar. Dan itu menjadi norma Descartes dalam menentukan kebenaran.
Descartes adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang percaya bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran.
Aliran empririsme nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776), yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Oleh karena itu pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Hume merupakan pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita.


Adapun Kritisisme oleh Imanuel Kant (1724-1804) mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh. Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia. Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak mengetahui secara pasti seperti apa dunia “itu sendiri” (”das Ding an sich”), namun hanya dunia itu seperti tampak “bagiku”, atau “bagi semua orang”. Namun, menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia. Yang pertama adalah kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan. Demikian Kant membuat kritik atas seluruh pemikiran filsafat, membuat suatu sintesis, dan meletakkan dasar bagi aneka aliran filsafat masa kini.
Begitulah pergulatan antar aliran filsafat Modern. Rasionalist diwakili Descartes, Empirist diwakili Hume, dan Kritisme oleh Kant saling menkritik satu sama lain.

1.) Klasifikasi Filsafat Menurut Wilayah

a. Filsafat Barat

‘‘‘Filsafat Barat’’’ adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat mengalami pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara. Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropah, maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam pada dinasti Abbasyah.
Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, George Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.
Dalam tradisi filsafat Barat di Indonesia sendiri yang notabene-nya adalah bekas jajahan bangsa Eropa-Belanda, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. Tema-tema tersebut adalah: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Tema pertama adalah ontologi. Ontologi membahas tentang masalah “keberadaan” sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.
Tema kedua adalah epistemologi. Epistemologi adalah tema yang mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
Tema ketiga adalah aksiolgi. Aksiologi yaitu tema yang membahas tentang masalah nilai atau norma sosial yang berlaku pada kehidupan manusia. Nilai sosial .

b. Filsafat Timur

‘‘‘Filsafat Timur’’’ adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.

‘‘‘Filsafat Timur Tengah’’’ ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab dilihat dari sejarah, para filsuf dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Yunani. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam dan juga beberapa orang Yahudi, yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka. Lalu mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani.
Bahkan ketika Eropa setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah: Avicenna(Ibnu Sina), Ibnu Tufail, Kahlil Gibran (aliran romantisme; kalau boleh disebut bergitu)dan Averroes.

2.) Klasifikasi Filsafat Menurut Latar Belakang Agama

a. Filsafat Islam
‘‘‘Filsafat Islam’’’ bukanlah filsafat Timur Tengah. Bila memang disebut ada beberapa nama Yahudi dan Nasrani dalam filsafat Timur Tengah, dalam filsafat Islam tentu seluruhnya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih 'mencari Tuhan', dalam filsafat Islam justru Tuhan 'sudah ditemukan.'
Pada mulanya filsafat berkembang di pesisir samudera Mediterania bagian Timur pada abad ke-6 M yang ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menjawab persoalan seputar alam, manusia, dan Tuhan. Dari sinilah lahirlah sains-sains besar, seperti fisika, etika, matematika, dan metafisika yang menjadi batubara kebudayaan dunia.
Dari Asia Minor (Mediterania) bergerak menuju Athena yang menjadi tanah air filsafat. Ketika Iskandariah didirikan oleh Iskandar Agung pada 332 SM, filsafat mulai merambah dunia timur, dan berpuncak pada 529 M.

b. Filsafat Kristen
‘‘‘Filsafat Kristen’’’ mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam zaman kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya. Tak heran, filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat ketuhanan. Hampir semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama. Sebagai contoh: Santo Thomas Aquinas, Santo Bonaventura, dan lain sebagainya.

Selain dua agama terbesar diatas, masih ada beberapa agama lainya yang melahirkan pemahaman falsafi yang sampai sekarang masih eksis. Misalnya Budha, Taoisme, dan lain sebagainya.
Buddha dalam bahasa Sansekerta berarti mereka yang sadar, atau yang mencapai pencerahan sejati (Dari perkataan Sansekerta: untuk mengetahui). Budha merupakan gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang berkembang kesadarannya. Dalam penggunaan kontemporer, ia sering digunakan untuk merujuk Siddharta Gautama yang dilahirkan pada tahun 623 SM di Taman Lumbini.
Sidharta adalah guru agama dan pendiri Agama Buddha (dianggap "Buddha bagi waktu ini"). Dalam pandangan lainnya, ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah sadar.
Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang hyang Buddha pertama atau terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang menemukan Dharma atau Dhamma (yang bermaksud: Kebenaran; perkara yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan jalan benar kepada kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus (tujuan) dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak mahir ditinggalkan. Pencapaian nirwana (nibbana) di antara ketiga jenis Buddha adalah serupa, tetapi Samma-Sambuddha menekankan lebih kepada kualitas dan usaha dibandingkan dengan dua lainnya.
Taoisme merupakan filsafat Laozi dan Zhuangzi (570 SM ~470 SM) tetapi bukan agama. Taoisme berasalkan dari kata "Dao" yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat tetapi merupakan asas atau jalan atau cara kejadian kesemua benda hidup dan benda-benda alam semesta dunia. Dao yang wujud dalam kesemua benda hidup dan kebendaan adalah “De”. Gabungan Dao dengan De diperkenalkan sebagai Taoisme merupakan asasi alamiah. Taoisme bersifat tenang, tidak berbalah, bersifat lembut seperti air, dan berabadi. Keabadian manusia adalah apabila seseorang mencapai “Kesedaran Dao”. Penganut-penganut Taoisme mempraktekan Dao untuk mencapai “Kesedaran Dao” dan juga mendewakan.
Taoisme juga memperkenalkan teori Yinyang. Yin dan Yang dengan saintifiknya diterjemahkan sebagai negatif dan positif. Setiap benda adalah dualisme, terdapat positif mesti adanya negatif; tidak bernegatif dan tidak berpositif jadinya kosong, tidak ada apa-apa. Bahkan magnet, magnet memiliki kutub positif dan negatif, kedua-dua sifat tidak bisa diasingkan; tanpa positif, tidak akan wujud negatif, magnet tidak akan terjadi.